Bagian 2

1494 Words
Mesin waktu menunjukkan pukul 23:59, jam dimana semua orang telah lelap dengan mimpi indah mereka. Tetapi tidak untuk seorang gadis cantik ini sedang berdiri di balkon kamarnya.  Hari dimana biasa Ia merasa teramat bahagia, dengan canda gurau yang begitu indah dikenang. Namun, hal lain terjadi, biasa terdengar tawa yang begitu merdu, terganti dengan Isak yang menderu.  Lelehan air mata membasahi wajahnya yang teramat cantik. Senyuman getir tersungging, menertawakan keadaan yang begitu menyakitkan hati dan sanubari. Dadanya seperti dipukul dengan palu, meninggalkan sesak yang begitu menggebu. Tangan tertarik ke atas untuk menghapus air mata yang seolah tiada berhenti untuk berproduksi. Netranya menatap ke langit yang hari ini begitu cerah, namun sayang hatinya tidak secerah langit malam. Hatinya sedang dirundung mendung yang teramat tebal, sedangkan langit di atas sana bersih tanpa celah. "Apa, Mama sama Papa bahagia di sana? Apa kalian tidak merindukan Zahra? Zahra sangat merindukan kalian. Zahra hanya bisa berdoa semoga kalian bahagia di sana," gumamnya dengan netra menatap bintang yang ada di langit. David yang sedari tadi memperhatikan Zahra dalam diam, menyusut air mata yang sedikit keliar dari persembunyiannya. Laki-laki itu kemudian menghampiri Zahra. merangkul bahu Zahra seolah seperti sahabat. Zahra yang kaget langsung menatap ke arah David. Ter sambut dengan senyum manis dari David. "Selamat ulang tahun, “ucap David pelan. Zahra menatap David dengan senyuman tipis yang tersungging. "Terima kasih," ucapnya tanpa menatap David yang menatapnya dengan sendu. Setelah mengatakan terima kasih, suasana menjadi hening. David bingung harus berbuat apa. Jika tidak dalam kondisi berduka pasti dia akan mengusili Zahra. "Kakak liat deh, dua bintang yang paling terang yang ada di sana," tunjuk Zahra pada bulan bintang yang paling terang. David mengikuti arah telunjuk Zahra.  "Apa itu Mama sama Papa, ya?" David yang mendengar itu langsung memeluk tubuh mungil Zahra. Zahra terdiam, dia tidak menolak atau membalas pelukan hangat khas seorang Kakak itu. Walaupun David hanya Kakak sepupu, David sangat menyayangi Zahra bagai adik kandungnya sendiri. "Zahra apa kamu belum bisa mengikhlaskan mereka?" Tanya David sendu, Ia mengurai pelukannya dan menatap perempuan satu-satunya yang di dalam keluarga besarnya. Jadi, takhayal jika Zahra sangat disayangi oleh keluarga besarnya. Karena semau saudaranya laki-laki semua. Zahra mencoba menahan air matanya yang akan keluar dari mata bulatnya. Namun dengan sekuat yang dia bisa, dia menahan air mata yang ingin merebak, dia tidak ingin membuat David khawatir. Kepalanya mendongak, senyum indah tersungging dari bibirnya. "Insya Allah, Zahra sudah ikhlasin mereka. Walau teramat sulit mengikhlaskan orang yang teramat kita cintai, Zahra akan tetap mencoba. Menangis pun tidak akan merubah apa yang telah digariskan oleh sang maha pencipta." David tersenyum. Dia mengelus kepala adik sepupunya penuh kasih sayang. "Itu namanya baru Zahra. Kamu enggak usah khawatir, kalau kamu ngerasa sendirian, kamu ingat, masih ada banyak orang di sekitar kamu yang sangat menyayangi kamu. Jadi kamu harus terus tersenyum. Zahra yang Kakak kenal dia tidak rapuh, dia selalu memancarkan senyuman untuk orang di sekitarnya. Jadi kakak mohon teruslah tersenyum. Jika kamu ada masalah kamu bisa menghubungi kakak, kapanpun kamu butuh kakak, kakak akan selalu ada untuk kamu," ujar David panjang lebar sarat akan perhatian. Zahra tersenyum mendengar penuturan David. Dia sadar, masih banyak orang yang sangat menyayanginya. Jadi dia harus bisa tersenyum ke mereka. "Kak David kok jadi bijak kayak gini. Tularan siapa?" Tanya Zahra dengan nada yang ceria seperti biasa. David mencubit pipi Zahra gemas  "Gini dong ini baru zahra yang Kakak kenal." "Sakit tahu, entar pipi Zahra tambah melar gimana?" "Biar kayak panda," David menjawab sambil terkekeh geli, melihat pipi Zahra yang memerah karena cubitannya. "Entar deh Kak, memangnya panda pipinya melar?" Tanya Zahra polos sambil membayangkan wajah panda. Matanya melirik keatas seolah berpikir keras. David pun melakukan hal sama, dengan mengetuk jari telunjuk pada dagunya yang lancip. "Hm..., kakak juga enggak tahu." Mereka berdua saling menatap dan kemudian mereka tertawa atas kebodohan yang mereka buat. David yang mendengar tawa Zahra pun, bahagia. Dia mengacak jilbab instan yang dikenakan gadis itu, serta mengajak gadis cantik itu untuk masuk dan berisitirahat. ************************************************** Zahra mengerjabkan matanya saat ada tangan yang mengelus kepalanya dengan begitu lembut dan sarat akan ketulusan. "Kakak?" Suaranya serak khas orang bangun tidur. Raka tersenyum dan membelai kepala adiknya. "Sudah subuh, ayo kita sholat berjamaah. Yang lain sudah pada nungguin kamu." Zahra mendudukkan tubuhnya dan menguncir rambutnya yang berantakan. "Iya Kak, Zahra bersih-bersih dulu. Kakak kesana aja nanti Zahra menyusul." Raka mengangguk. Sebelum dia keluar Raka mencium kening adiknya. Zahra hanya tersenyum, merasa bahagia karena memiliki kakak yang sangat menyayanginya. "Zahra sayang Kakak." "Kakak juga sayang kamu, bahagia terus ya, Dek." setelah mengatakan itu Raka keluar dari kamar adiknya. Menuju musholla kecil yang ada dalam rumah. ************************************************** Suasana sarapan hari ini sangat ramai. Walaupun masih tersisa rasa duka, namun semua seolah mengalihkan perhatian Zahra agar tidak bersedih hati lagi. Keluarga Zahra masih berkumpul. Mereka semua merasa bahagia saat dilihat zahra Sudah seperti biasanya. "Zahra Minggu depan kakak mau ajak kamu ke pestanya teman Kakak, kamu mau enggak?" Tanya David membuat semua orang menatap laki-laki itu. "Kenapa Zahra diajak Kak?" Tanya Zahra dengan satu suap makanan masuk ke dalam mulutnya setelah dia selesai berbicara.  "Hm, ya mau ajak aja, biar kamu enggak kesepian di rumah," alibi David. "Zahra enggak akan kesepian kok. Kan ada kakak dirumah," jawab Zahra polos. David sungguh melaknat sifat polos Zahra. Kenapa sepupunya ini sangat tidak peka, batinnya "Tapikan Kakak kamu pasti kerja. Kamu disana pasti ak-" ucapan David terpotong oleh Angga. Angga adalah anak dari kakak papa Zahra. "Halah, palingan juga di pesta itu disuruh bawa pasangan dan David kan belum punya pasangan, jadinya dia ngajak kamu, Dek," ujar Angga. "Eh enggak ya!" Bela David tak terima. "Lo mah kalo jomblo ngaku aja jomblo. Emang Lo kan gak laku-laku." Semua yang ada disitu tertawa mendengar ejekan Angga. David yang diejek memanyunkan bibirnya. Selalu saja dia yang jadi Bulian. Dia memang jomblo tapi dia bukanya enggak laku dia hanya belum menemukan yang pas saja. "Gue mah bukanya enggak laku, tapi-" ucapannya terpotong lagi.  "Halah, Lo mah ngeles mulu kayak bajaj," sanggah Angga. David dan Angga memang begitu kalau sedang berkumpul, bukanya mereka saling membenci mereka hanya ingin keluarga ini menjadi ramai. Zahra yang mendengar pertengkaran saudaranya ikut tertawa.  "Sudah, sudah jangan banyak omong di depan makanan. Untuk permintaan Kak David, Zahra mau ikut," ucap Zahra menengahi. David tersenyum meremehkan ke arah Angga. Angga hanya mendengus kesal menatap David yang menang. ************************************************** Sudah dua hari keluarga Zahra menginap di rumahnya. Dan sekarang mereka akan pulang ke rumahnya masing-masing. Zahra sedang berada pelukan Angga. Angga akan kembali ke Singapura untuk menyelesaikan kuliahnya di sana. "Kamu jaga diri baik-baik ya. Jangan telat makan, jangan banyak pikiran," pesan Angga yang masih memeluk Zahra. "Iya,iya Kak Angga kok jadi bawel banget sih," gurau Zahra.  "Biar in aja," ucap Angga cuek, dia mengacak jilbab Zahra dengan gemas. "Woy Angga, lepasin Zahra. Gue juga mau pamitan ma dia. Lo kekepin Mulu, kayak ayam yang diungkep!"protes David yang sedari tadi menunggu giliran untuk berpamitan dengan zahra. Angga yang mendengarnya mendengus kesal dan melepas pelukannya. "Ganggu momen mellow gue aja Lo!" Angga menoyor kepala David, membuat laki-laki itu menatapnya dengan kesal. "t*i banget Lo! Maen toyor kepala gue. Kalau kepala gue geger otak gimana?" Ujar David dramatis. Semua yang ada di situ mengamini ucapan David. David melongo mendengar ucapan keluarganya. "Eh kok diamini sih!" Protes David tak terima. "Salah sendiri Lo lebay banget. Masa ditoyor gitu aja sampe geger otak!" Jawab Raka. ************************************************* Setelah kepergian keluarganya, Raka dan Zahra sedang duduk di ruang TV. Rumah mereka memang tidak terlalu mewah tak seperti orang kaya biasanya. Orang tua mereka selalu mengajarkan untuk hidup sederhana. "Kak Raka?" "Ada apa?" "Apa Zahra boleh tanya sesuatu?" Raka menengok dan mengangguk menatap sang adik. "Zahra mau tanya, kenapa Mama sama Papa bisa kecelakaan? Setahu Zahra mobil yang mereka tumpangi baru saja di servis." Pengungkapan pendapat Zahra membuat Raka menarik nafas panjang.  "Sebenarnya kecelakaan yang mereka alami bukan kecelakaan murni." Jawaban yang diberikan kakaknya membuat Zahra bingung, dahinya mengernyit heran. "Maksudnya?"  "Mobil yang mereka tumpangi disabotase oleh orang. Ada orang yang telah memutuskan rem mobil mereka, Papa tidak menyadari hal itu, dan truk yang ditabrak Papa itu adalah truk yang sengaja diarahkan ke mobil mereka." Zahra sangat terkejut mendengar penjelasan kakaknya, dia tak percaya jika ada yang berniat jahat kepada orang tuanya. Setahunya, Mama dan Papanya tidak pernah memiliki musuh. "Siapa yang melakukan ini, Kak?" Zahra mati-matian menahan agar air matanya tidak keluar. "Kakak belum tau. Tapi orang suruhan Kakak sedang menyelidikinya." Zahra hanya mengangguk pelan, tidak menyangka dengan apa yang dia dengar. "Kak aku boleh minta tolong enggak?" Raka menengok dan mengangguk. "Anterin aku ke makam Mama sama Papa." Sejak kematian orang tuanya, Zahra belum pernah ke makam orang tuanya. Sejujurnya dia belum siap mental. "Sekarang kamu siap-siap. Kakak juga mau siap-siap." Zahra mengangguk antusias dan langsung mencium pipi kakaknya. "Terima kasih Kak," ucap Zahra dan langsung berlari menuju ke kamarnya. Raka bahagia saat melihat adiknya sudah seperti biasanya. Dalam doanya dia hanya meminta untuk selalu melimpahkan Zahra akan kebaikan dan kebahagiaan. Dia teramat menyayangi adiknya itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD