“Ada apa, Tante Yas?” tanya Rafka ketika melihat Yasmin duduk diam di taman belakang. Tak mengajaknya bermain seperti biasa. “Tante.”
Yasmin akhirnya sadar ketika Rafka menyentuh tangannya. “Heem? Ada apa, Aka?”
“Tante Yas kenapa? Tante Yas mikirin apa?” tanya Rafka.
“Nggak ada, Aka. Tante hanya lihat pemandangan saja.”
“Tante Yas memikirkan sesuatu?”
“Nggak kok, Tante nggak mikirin apa-apa,” ucap Yasmin menggelengkan kepala, ia tidak mungkin mengatakan kepada Rafka yang mengganggu pikirannya adalah Kaizan yang pergi tak berkabar.
Tak lama kemudian, Nur datang dan membawa tiga gelas berisi s**u dan jus alpukat, juga ada sepiring cemilan. Nur lalu duduk dan memberikan Rafka segelas s**u dan memberikan Yasmin segela jus alpukat.
Nur langsung meraih gelas untuknya dan menyesap jus tersebut.
“Makasih ya, Mbak,” ucap Yasmin.
Mereka bertiga lalu menikmati pemandangan pagi, dengan menggigit kecil cemilan didepan mereka, hari ini adalah hari libur, jadi Rafka tak sekolah.
“Bukannya kamu ada ujian online hari ini?” tanya Nur menatap Yasmin.
“Iya, Mbak. Sekitar jam 10.”
“Kamu nggak mempersiapkan apa pun?”
“Mempersiapkan bahan aja, tapi udah selesai,” jawab Yasmin.
“Udah hampir jam 9, kamu siap-siap gih.”
“Dikit lagi, Mbak,” jawab Yasmin lagi. “Mbak, nanti titip Aka, ya.”
“Iya. Tenang aja, nanti Tuan Muda Aka, aku yang temenin.”
“Aka, jangan kemana-mana ya? Tante Yas mau kuliah bentar.”
“Tante Yas mau kemana? Ke kampus ya?”
“Nggak kok, Tante Yas mau kuliah online di kamar.”
“Baiklah. Nanti Aka main puzzle aja.”
Tak lama kemudian, ponsel Rafka bergetar, Rafka melihat sang Mama menelponnya. Rafka tak ingin mengangkatnya, namun Yasmin membujuk Rafka untuk mengangkatnya.
Rafka akhirnya mengangkat telepon dari sang Mama, dengan menyalakan speaker hp tersebut.
‘Halo.’
‘Aka di rumah, Sayang?’ tanya Sarah.
‘Iya, Ma. Ada apa?’
‘Aka nggak sekolah kan hari ini?’
‘Nggak, Ma,’ jawab Rafka.
‘Mama jemput Aka ya? Kita jalan-jalan ke kebun Binatang. Gimana? Mau nggak?’
Rafka mendongak menatap Yasmin, Yasmin menganggukkan kepala, memberi kode kepada Rafka agar menyetujui ajakan sang Mama, karena Yasmin tahu selama ini Rafka sudah cukup kesepian karena Mama dan papanya sibuk, jadi bisa saja hal ini membuat Rafka tak kesepian lagi.
‘Tapi, Ma, Aka punya banyak PR sekolah,’ jawab Rafka.
Yasmin terkejut mendengar jawaban Rafka yang tidak seperti yang ia harapkan.
‘Aka, Mama kan nggak pernah jalan-jalan sama Aka. Aka tega ya nolak ajakan Mama?’
‘Emangnya Mama ke kebun binatangnya sama Aka aja?’
‘Sebenarnya ada Paman Leo. Paman Leo mau ketemu Aka dan mau mengakrabkan diri sama Aka, Aka mau kan ya?’
‘Ma, Aka nggak mau.’
‘Aka! Dengerin Mama! Mama nggak mau tahu, 10 menit lagi kamu harus sudah siap, Mama dan Paman Leo akan jemput Aka, jangan buat masalah, Aka harus dengerin Mama. Kalau Aka nggak mau Mama marahin.’
Rafka terlihat tak senang mendengar perkataan sang Mama barusan, seolah Rafka hanya sebagai alat saja untuk Leo. Rafka bingung, namun Yasmin menyentuh lengannya dan memberikan Rafka ketenangan.
‘Ya sudah. Kamu siap-siap sekarang, Mama udah dekat loh.’
‘Baik,’ jawab Rafka lalu memutuskan sambungan telepon.
Yasmin melihat wajah sedih Rafka yang terlihat tak suka dengan ajakan sang Mama bersama pacar mamanya. Yasmin juga bingung, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, semakin Sarah hancur, ia juga akan semakin senang. Apalagi jika hubungannya dengan Kaizan berakhir, itu lah yang paling Yasmin inginkan dalam hidupnya. Namun kali ini, Yasmin tidak boleh egois, ia harus memberikan ruang kepada Rafka untuk bersama sang Mama.
“Tante, gimana ini? Aka nggak mau jalan sama Paman Leo.” Rafka menatap Yasmin.
“Aka nggak mau kan kalau Mama Aka sedih? Aka juga pernah bilang sama Tante, pengen jalan sama Mama, ‘kan? Kenapa sekarang Aka nggak mau?”
“Aka nggak suka sama Mama yang suka marah, Tante, Aka suka di marahin Mama, Aka suka dicubit Mama.” Rafka menundukkan kepala.
“Semoga saja hari ini Mama nggak marah ya? Kan Mama sama Paman Leo.”
“Tante Yas ikut aja gimana?” tanya Rafka menatap Yasmin penuh harap.
“Eh jangan, Aka, Tante nggak enak sama Mama. Udah ahh, Aka siap-siap gih, Aka harus pergi ya? Kan Aka pengen jalan-jalan sama Mama. Anggap aja ini memperbaiki hubungan Aka dan Mama. Tante juga lagi ada kuliah online jadi nggak bisa nemenin Aka. Tante minta maaf ya?”
Tak lama kemudian, terdengar suara klakson yang artinya Sarah dan Leo sudah didepan. Rafka mendesah napas halus dan tak semangat melangkahkan kakinya.
“Aka nggak ganti baju?” tanya Yasmin.
“Nggak usah, Tante, Aka gini aja.”
“Tapi nanti Mama marah, gimana?”
“Udah. Nggak apa-apa, Tante,” jawab Rafka menundukkan kepala lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Yasmin dan Nur.
Yasmin melihat wajah lesuh Rafka, ia tak suka jalan dengan Sarah dan Leo. Wajar saja seorang anak seperti itu karena menganggap Leo sebagai orang asing dalam hidupnya.
“Halo, Sayang,” ucap Sarah terlihat sayang kepada Rafka, padahal biasanya Sarah tak basa-basi seperti ini. Mungkin karena dihadapan Leo.
“Halo, Ma,” jawab Rafka lalu masuk ke mobil dibelakang kemudi.
“Kita ke kebun Binatang, ya?”
“Iya, Ma,” jawab Rafka tak semangat.
“Papa belum pulang?” tanya Sarah.
“Belum.”
“Ya sudah. Hari ini Aka habisin waktu sama Mama dan Paman Leo aja.”
“Aka nggak bisa lama ya, Ma, soalnya Aka punya banyak tugas sekolah.”
“Besok kan masih Minggu, masih bisa dikerjain besok,” jawab Sarah menoleh sesaat melihat Leo yang terlihat diam saja. “Mama dan Paman Leo mau jemput anak Paman Leo, ya? Siapatahu kalian bisa jadi teman.”
“Bukannya hanya Aka aja, Ma? Kok jadi ada temennya?”
“Udah ih, nanti juga kalian kan akan menjadi saudara.”
Rafka kesal, namun ia tak boleh memperlihatkan kekesalannya pada orang dewasa didepannya, karena Rafka tak mau terlihat menjengkelkan, takutnya Sarah malah memarahi Rafka dan mencubitnya lagi seperti biasa, kalau dia bandel.