“Kamu tahu darimana kalau majikanku akan cerai?” tanya Yasmin menatap Mayu yang saat ini tertawa kecil.
“Ish kamu. Ini nih kalau jarang nimbrung sama kami, jadinya nggak tahu deh sama gossip dan rumor yang beredar.”
“Memangnya gossip dan rumor itu tentang majikanku?”
“Iya. Semua penghuni kompleks ini juga sudah tahu, katanya Nyonya Sarah selingkuh dan sedang bersiap untuk bercerai.”
“Eh aku nggak mau gossip ih,” geleng Yasmin. “Apalagi tentang majikanku.”
“Udah ih di sini nggak ada majikanmu juga.”
“Iya. Tapi nggak enak kalau kita cerita tentang majikanku.”
“Tapi benar itu?” tanya Mayu lagi.
“Kamu ya suka banget gossip. Ya kalau kamu dengar itu dari orang lain dan mereka bilang gini, ya terserah kamu mau percaya atau nggak.”
“Yas, aku pengen tahu dari sumbernya langsung.”
“Aku bukan sumbernya, Mbak Yu,” geleng Yasmin.
“Iya. Aku tahu. Tapi kan kamu pasti tahu sesuatu. ART di kompleks ini menantikan jawaban kamu.”
Yasmin terdiam, ia menggelengkan kepala dan mendesah napas halus. Yasmin juga tahu Mayu tidak akan diam dan berhenti bertanya kalau dia belum menjawab pertanyaannya. Jadi, Yasmin memilih untuk menjawab dengan mengangguk saja.
“Apa arti dari kamu mengangguk?” tanya Mayu.
“Ya kamu tahu jawaban apa yang kamu butuhkan.”
“Jadi benar?” tanya Mayu membulatkan mata.
“Iya. Pernikahan majikanku memang kurang baik, sudah cukup lama.”
“Jadi, kalau mereka bertengkar, kamu mendengarnya?”
“Iya. Kadang-kadang sih, nggak tiap hari.”
Yasmin menganggukkan kepala dan mendesah napas halus. Karena ia harus menceritakan itu kepada Mayu, walau ia tahu Mayu bermulut lebar dan akan memberitahu semua orang di kompleks ini dan akan berkeliling membawa cerita.
Yasmin terdiam, ia tidak mau menjawab pertanyaan Mayu lagi. Yang penting Mayu tahu saja. Tak perlu memperpanjangnya.
“Terus, mereka kenapa masih satu rumah?” tanya Mayu lagi.
“Udah ahh, Mbak Yu, aku nggak mau cerita lagi, aku pergi saja kalau gitu.”
“Gantung banget ceritamu.”
“Mbak Yu, aku benar-benar nggak pengen cerita majikanku. Dan, aku memang nggak suka cerita dibelakang mereka.”
“Baiklah. Kalau kamu memang nggak mau cerita,” kata Mayu, “Habiskan saja minuman kamu.”
“Terus Mbak Yu bagaimana? Majikan Mbak Yu akur?”
“Akur dong. Tapi, kadang-kadang berantem juga, tapi nggak seperti sampai cerai gitu apalagi selingkuh.”
“Baguslah.”
“Tapi, Yas, kalau majikan kamu cerai, kamu bisa dong yaa ada kesempatan dekat sama Tuan Kai.”
“Eh kamu ngomong apa sih, Mbak,” geleng Yasmin walau tujuannya memang itu.
Yasmin memiliki sesuatu yang belum diketahui orang tentang pekerjaan yang ia pilih, walau ia Sarjana, dan kini sedang kuliah S2 secara online, namun ia memilih bekerja sebagai ART karena sebuah alasan yang cukup kuat.
Ketika pernikahan Kaizan dan Sarah berakhir, ia yang paling bahagia.
***
Hari sudah cukup siang, Yasmin dan Rafka keluar dari rumah Jojo, seharian Yasmin menemani Rafka untuk bermain di rumah Jojo.
“Tante Yas, Rafka ingin es cream.”
Yasmin menunduk dan melihat Rafka yang saat ini mendongak menatapnya.
“Es cream? Boleh. Ayo kita ke swalayan depan kompleks.”
Rafka tersenyum dan mengangguk penuh semangat. “Tante Yas jangan panggil Aka dengan sebutan Tuan Muda lagi, ya?”
Yasmin mengangguk.
Yasmin dan Rafka lalu berjalan menuju depan kompleks dengan bergandengan tangan. Yasmin tersenyum melihat kebahagiaan Rafka. Ketika usianya seperti Rafka, ia sudah kehilangan banyak hal dalam hidupnya. Bedanya Rafka hanya kurang kasih sayang dari Mama dan papanya. Karena keduanya hidup dengan dunia mereka sendiri.
“Mama Aka udah pulang loh, udah di rumah,” kata Yasmin masih bergandengan tangan dengan Rafka.
“Biarkan saja, Tante, kan Mama juga nggak pernah menanyakan Aka.”
“Aka sayang kan sama Mama?”
“Sayang. Tapi, Aka yang nggak disayang Mama.”
“Mama mungkin punya banyak hal yang nggak bisa dijelasin ke Aka. Jadi, Aka sabar aja ya? Kan ada Tante Yas yang bisa menjadi teman Aka.”
“Karena itu kalau sama Tante Yas, Aka mau menceritakan semua hal.”
“Yang penting Aka semangat.”
Rafka mengangguk penuh semangat. “Yang penting Tante Yas ada di samping Aka.”
Yasmin sebenarnya tidak mendekati Rafka dengan sengaja, hanya saja karena sering di perintahkan menjaga dan membantu Rafka jadinya Yasmin dan Rafka akrab, seolah tak bisa dipisahkan.
Mereka tiba di swalayan, Yasmin dan Rafka langsung masuk ke swalayan. Rafka langsung menuju kulkas es cream dan memilih es cream yang dia inginkan. Yasmin tersenyum melihatnya.
Setelah memilih, Yasmin lalu membayarnya dan mereka duduk didepan swalayan. Yasmin membiarkan Rafka untuk menikmatinya dulu sebelum mereka kembali ke rumah.
“Aka senang deh karena Tante Yas selalu mengikuti kemauan Aka,” kata Rafka dengan senyum diwajahnya.
Yasmin tahu betul bagaimana kesepiannya dia setelah kehilangan ayahnya, Yasmin juga tahu bagaimana kesepiannya ketika ibunya sibuk walau masih ada, namun Yasmin tahu bahwa yang dilakukan sang Mama Adalah demi dirinya.
Yasmin mendesah napas halus. Melihat Rafka yang terlihat sedih, ia pun ikut sedih, kesepian yang Rafka rasakan juga telah dirasakan Yasmin. Ada sesuatu yang tidak bisa Rafka jelaskan bagaimana perasaannya, begitupun dengan Yasmin.
Usia Yasmin dulu masih sangat kecil, mau menuntut kebahagiaan dan kehadiran Ibu juga tidak bisa, karena ia masih terlalu kecil untuk mengungkapkan apa yang ia inginkan.
“Pelan pelan makannya,” kata Yasmin memberikan tissue kepada Rafka. "Nanti belepotan."
Rafka menganggukkan kepala. "Terima kasih ya, Tante Yas."
"Terima kasih apa, Aka?"
"Karena Tante Yas sudah mau menjadi teman Aka."
"Haha. Memangnya kita teman bagaimana?" kekeh Yasmin. "Kalau sudah, ayo pulang."
Rafka menganggukkan kepala dan tersenyum. Lalu menjilati es cream yang sudah ada ditangannya, berusaha tak belepotan. Rafka menoleh melihat Yasmin yang juga menikmati es cream yang sama. Cuaca panas seperti ini memang cocok dengan es cream.