Bab 2. Enam tahun pacaran 2

354 Words
Aku tersenyum melihat layar ponselku, panggilan masuk dari pacarku, seperti dugaanku. "Ya sayang... Bentar lagi aku turun yah.. " "Oke.. Aku udah di bawah lima menitan." Suara Tio di seberang saluran telepon. "Ya.. Ya.. Bentar.. " Ku matikan telpon dan segera turun ke bawah, kamar kost ku ada di lantai dua. Sesudah kunci kamar, dengan setengah berlari aku menuruni tangga. Aku sudah sampai, ku buka pagar, terlihat Tio dengan motor scoopy-nya sedang menungguku. "Yang, lama yah nunggu aku?" sapaku. "Lima menit lah, yuks entar telat." ajaknya seraya men-starter motornya. Namun saat aku hendak naik ke motornya tahu- tahu Tio menyeletuk, "Na, kamu pake sandal jepit ke kantor?" Mataku langsung melihat ke bawah. Ya ampun! Saking buru-burunya aku sampai lupa ganti alas kaki. Pantesan saat turun tangga tadi langkah kakiku terasa ringan. "Astaga! Lupa!" Ku tepuk jidatku. Tio geleng-geleng kepala. "Lum tuir loh udah pikun." gumam Tio. Aku cengegesan. "Ku ganti dulu, tunggu bentar ya.. " Kataku balik kanan kembali ke kamar kost ku. Dari sudut mata sempat ku lihat Tio melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Ku percepat langkahku, jangan sampai Tio menunggu terlalu lama. Kuambil kunci di dalam tas dan segera memasukkannya ke dalam lobang kunci kamar tapi koq susah yah, tidak bisa dibuka. Ku coba beberapa kali, tetap tidak bisa. Kenapa yah? Padahal aku mau cepat-cepat nih. Tiba-tiba... Kreet! Eh, pintu itu terbuka?! Dari balik pintu yang terbuka sedikit muncul kepala seorang gadis yang tidak asing bagiku. "Mbak?. Ada apa ya?"tanyanya heran. Saat itulah aku sadar akan kecerobohanku. "Aduh! Maaf.. Maaf. .. aku salah kamar!" Cicitku. Gadis itu hanya menggeleng kepalanya lalu menutup pintu kembali. Aku salah fokus. Kamarku ada di sebelah kamarnya. Pantesan tidak bisa dibuka! "Oon!" Aku memarahi diri sendiri sembari membuka pintu kamarku lalu secepatnya mengganti alas kakiku dengan sepatu Pantofel. Aku pun melangkah dengan cepat menemui Tio. "Lama amat!" gerutu Tio. "Iya, sorry yah." Aku melipat bibir. "Ayo, naik, pegang kuat, ngebut!" titahnya. Dengan segera aku melakukan perintahnya lalu melingkarkan tanganku ke pinggangnya. Motorpun melaju dengan kecepatan 80 km/jam membelah jalan raya ibu kota. Semoga kami tidak telat sampai ke kantor dan check clock tepat waktu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD