Kalea menuruni setiap anak tangga dengan perlahan. Di meja makan sudah ada ayah dan ibunya. Keduanya saling diam, mereka bahkan fokus dengan kegiatan masing-masing. Dapat Kalea lihat dengan jelas bekas-bekas sayatan yang didapati sang ayah dari ibunya. Mengembuskan napasnya kasar, Kalea berjalan mendekati meja makan. Dia tetap diam, enggan untuk sekadar menyapa. Kalea kursi di hadapan sang Ibu, dia mendudukkan diri dengan tenang. Gadis itu bukannya tak sadar jika orang tuanya sedari tadi menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun, Kalea memilih tetap diam, rasanya sangat enggan untuk sekadar bertanya ada apa. "Sidang perceraian Mama sama Papa minggu depan," ucap Arista memberitahu. Kalea mengangguk seraya mengunyah makanannya. Gadis itu masih menundukkan kepalanya, dia benar-

