Dan seperti yang kalian tahu, entah sengaja atau tidak, telapak tangan Profesor seperti selalu menyentuh area vitalku. Ditambah dengan udara hangat dari hidung mancungnya yang cantik itu kini membuat pikiran-pikiran jahat dalam kepalaku langsung menyeruak. “Bum” terdengar suara perlahan. ‘Adik kecilku’ tiba-tiba terasa seperti dialiri hormon pertumbuhan. Dalam sekejap, ia telah memanjang lima sampai enam sentimeter dan tidak sengaja menyentuh pipi Profesor. “Ah!” seru Profesor lalu dia berkata sambil tersenyum malu, “Benar-benar nakal. Lihat saja apa yang akan saya lakukan nanti.” “Ini juga sedikit … sedikit basah. Saya bantu keringkan.” Profesor menemukan alasan bagus untuk perilakunya yang tidak masuk akal itu. Sekarang dia dapat menyentuh dengan bebas daripada sembunyi-sembunyi. “

