• Pembuka •

1017 Words
Halo, Fellas. Kembali lagi dengan cerita bertema remaja dan misteri dariku. Berharap kalian menyukainya. Akan sangat menyenangkan jika kalian dapat menyukai dan memberikan komentar membangun pada ceritaku yang berjudul "Ten Reasons Why She's Gone." ini. Atas kekurangan yang akan kalian temukan dalam cerita ini, penulis memohon maaf. Terima kasih. *** • Selamat Membaca • Tujuh hari sebelum Valerie Menghilang. Gadis bertubuh kurus itu menghentikan langkahnya di depan sebuah meja. Papan nama bertuliskan Valerie Putri tersemat rapi di d**a kanannya. Manik cokelatnya yang menatap sinis menarik perhatian seseorang yang kini duduk di meja tersebut. Andreas Perdana. "Kita harus bicara," kata Valerie lugas. Dari nada bicaranya, Andreas tahu sedang ada yang tidak beres di sini. Namun laki-laki muda dengan jaket denimnya tak ambil pusing. Ia justru menyunggingkan senyum termanis miliknya dan menatap gadis di depannya santai. "Sure. Ngomong di sini aja, Val. Ada apa?" "Di luar. Sekarang." Tanpa menunggu Andreas bereaksi, Valerie sudah lebih dahulu berbalik dan pergi keluar, meninggalkan ruangan kelas yang cukup ramai dengan beberapa murid di sana. Bel pertama baru akan berbunyi lima menit lagi. Valerie tahu dia masih memiliki waktu untuk berbicara dengan Andreas yang semenjak tiga bulan ke belakang berstatus sebagai kekasihnya. Namun sepertinya, kisah romansa remaja milik Valerie tak berakhir dengan baik. Malam itu, di pesta ulang tahun Tomi, kedua mata hitam milik Valerie justru mendapati pemandangan menjijikan yang menghancurkan hatinya. Dimana dilihatnya Andreas justru berciuman dengan sahabatnya sendiri, Raina Maulida. Andreas beranjak dari kursinya. Ia menyadari beberapa pasang mata dari teman-temannya di kelas mengawasinya. Kebanyakan dari para murid yang datang lebih awal adalah para gadis dan tentu saja pekerjaan utama mereka saat terlihat adanya keributan adalah bergosip. Tidak ingin berlama-lama menjadi pusat perhatian, Andreas pun menyusul Valerie. Gadis itu berdiri di ujung koridor kelas sains. Cukup jauh dari kelas mereka. Tempat yang aman untuk membicarakan hal serius. "Ada apa, sih, Val?" Valerie berbalik, tanpa sedikitpun menurunkan tangannya yang bersedekap di d**a. Dengan wajah datar, ia pun berkata, "Kita putus." Ekspresi di wajah Andreas mendadak berubah. Ia tak lagi bisa mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas seperti tadi. Bahkan sikap santai yang terkesan meremehkan, tak lagi terlihat di sana. Kedua alisnya mengerut seketika. "Apa?" Ia tampak melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa tak ada seorang pun yang mendengar percakapan di antara mereka. Sebelum kemudian Andreas mendekat dan mengecilkan suaranya. "Tapi kenapa, Val? Ada apa? Kok tiba-tiba banget minta putus?" Permintaan yang dibuat oleh Valerie terlalu berat untuk dikabulkan Andreas. Pasalnya akhir-akhir ini, hubungan antara Valerie dan Andreas tengah menjadi buah bibir di sekolah. Semua orang mengidolakan pasangan ini, couple goals katanya. Membuat Andreas semakin besar kepala karena berhasil mendapatkan hati Valerie. Salah satu murid tercantik dan berprestasi yang ada di SMA Harapan. Valerie menghela napas panjang, terdengar jengah. Namun raut wajahnya sama sekali tidak berubah. Ia masih terlihat datar dan ... baik-baik saja. "You already know the reason. Jangan pura-pura bodoh, your drama is over now." Namun Andreas tidak semudah itu mengakui kesalahannya. Selain karena tidak ingin putus dengan Valerie, Andreas juga tidak ingin citranya yang sedang naik daun mendadak hancur begitu saja hanya karena sebuah rahasia kecil yang terungkap naik ke permukaan. Ia pun mencoba memegang pergelangan tangan Valerie dan menatapnya lurus-lurus. "Val, kasih aku kesempatan buat kita bicara dong. Kamu nggak bisa putusin aku tiba-tiba begini. Ini nggak adil buatku, Valerie." "Andreas, cukup." Tanpa merasa bersalah, Valerie menepis kasar tangan Andreas darinya. Ia sudah muak dengan topeng yang selalu dipasang oleh laki-laki itu. Semuanya palsu. Valerie sudah tahu tentang itu. "I know what you did last night. Kalau perlu diperjelas, secara teknis, well ... I know you kissed her. Perlukah gue nyebut nama jalang itu sekarang?" Bak terkena petir di siang bolong, Andreas terkejut setengah mati. Ia sama sekali tidak menduga bahwa Valerie, seseorang yang selama ini menyandang status sebagai pacarnya, telah mengetahui apa yang dilakukannya di belakang. I know you kissed her. Satu kalimat yang sudah cukup mewakili apa yang dilihat oleh Valerie. Wajah Andreas mendadak pucat. Ia tidak bisa lagi membuat lelucon untuk menghibur Valerie seperti beberapa waktu sebelumnya. Kali ini gadis itu serius, tidak main-main dengan perkataannya. Dan satu-satunya yang bisa dilakukan oleh Andreas hanyalah memohon. "Val, aku benar-benar ... Oke, oke, aku salah. Aku tahu aku salah-" "You do," sela Valerie. "Tapi itu, malam itu aku drunk. Aku nggak sadar sama sekali dan dia datang, dia ... ngedeketin aku dan aku ... s**t. Semua ini karena dia ngegoda aku, Val. Aku mabuk, jadi aku pikir itu kamu." Alasan yang terdengar memuakkan di telinga Valerie. Membuatnya seketika terkekeh geli saat mendengar satu persatu kalimat yang terlontar dari mulut Andreas. Seorang pacar yang sudah membohonginya, berkhianat dengan sahabatnya sendiri. Haruskah Valerie memberinya kesempatan? Sayangnya, kesempatan kedua tak pernah ada di dalam kamus besar kehidupan gadis itu. Ia pun menyilangkan kedua tangannya lagi, menaikkan satu alis menantang dan tersenyum miring. Senyuman licik yang sering kita lihat dari peran antagonis dalam sebuah film di televisi. "Andreas ... You're a liar and you should know that." "Val!" Valerie meninggalkan Andreas. Bahkan meski laki-laki itu tetap berusaha mengejarnya, meminta kesempatan kedua yang tak akan pernah diberikan oleh mantan kekasihnya. Manusia menyebut hal ini sebagai karma atas apa yang manusia perbuat. Kita akan menuai apa yang kita tabur dan kita akan mendapatkan apapun yang kita berikan kepada siapapun. Lucunya, adegan drama sepasang kekasih yang bertengkar dan mengakhiri hubungan mereka yang bahkan belum menginjak setengah tahun itu tak benar-benar menjadi sebuah rahasia. Ada orang lain di sana. Yang tanpa sengaja mendengar semua percakapan antara Valerie dan Andreas. Dan dia adalah Ardito Pamungkas. Murid pemalas yang memilih menghabiskan waktunya untuk merokok di belakang sekolah. Tepat di belakang belokan ujung koridor yang digunakan sepasang muda-mudi itu untuk memutuskan pertalian kisah romansa mereka. Ardito mengembuskan asap yang keluar dari mulutnya sebelum kemudian menjatuhkan sisa puntung rokoknya ke tanah, menggilasnya dengan satu kaki dan kemudian berdiri. Ia mengeluarkan parfum dari tasnya, menyemprotnya beberapa kali ke seragam dan bersiap untuk masuk ke dalam kelas. Ini adalah kesempatan terakhir Ardito sebelum dirinya dikeluarkan dari sekolah. Siapa sangka, kegiatan merokok yang ia janjikan sebagai kali terakhir justru membuatnya mengetahui rahasia lain tentang seorang gadis yang juga teman sekelasnya, Valerie Putri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD