Sekuat hati Yura berusaha menahan air mata saat melihat Malik menikahi Amira. Yura menerbitkan senyuman palsu ketika para saksi serempak mengucapkan kata ‘SAH’. Yura terpaksa hadir karena tidak ingin orang-orang menganggapnya sebagai wanita yang malang.
Dada Yura semakin sesak saat Malik mengecup kening Amira sembari mengurai senyuman bahagia, seolah tak peduli dengan hati Yura yang sedang lara. Amira dan Malik nampak begitu bahagia menari di atas penderitaan Yura. Wajar saja Yura cemburu dan patah hati, karena Yura memang benar-benar mencintai Malik.
“Yang sabar, ya, Ra.” Marina yang duduk di sebelah Yura menatap Yura dengan tatapan iba sembari mengusap punggung Yura dengan simpati.
“Aku permisi dulu.” Yura beranjak dari ruangan tempat ijab kabul berlangsung. Yura takut air matanya jatuh di hadapan banyak orang dan jadi bahan gunjingan. Bukankah itu akan sangat memalukan.
Yura menangis sejadi-jadinya begitu mengurung diri di kamar. Semua orang tahu jika Yura sangat mencintai Malik, setiap bertemu dengan teman dan kerabatnya, Yura selalu menceritakan semua hal tentang Malik. Ya, memang setergila-gila itu Yura pada malik.
Semua orang tahu, Yura sangat bahagia dan tidak sabaran menantikan hari pernikahannya dengan Malik. Yura sangat antusias menyiapkan segalanya agar pernikahannya terlihat istimewa dan menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan olehnya dan semua orang. Kejadian nista ini akan selalu Yura kenang untuk selama-lamanya. Yura menyisihkan sedikit demi sedikit sisa gajinya untuk biaya resepsi hari ini, sialnya malah Amira dan Malik yang menikmati hasil jerih payah Yura.
Sepanjang hari Yura hanya menangis mengurung diri di dalam kamar. Ia pun segera menghapus air matanya karena hp-nya terus berdering karena panggilan telepon dari nomor tak dikenal.
"Hallo, selamat sore, dengan Kak Yura?" tanya seorang wanita dari seberang telepon.
"Iya."
"Kak, maaf sebelumnya merepotkan. Tadi aku kirim uang Rp. 40.000.000
untuk ibuku yang sakit di kampung, tapi malah salah kirim ke rekening Kak Yura. Tolong kirim ke nomer rekeningku lagi ya, Kak. Soalnya ini urgent. Ibuku harus segera dioperasi. Nomer rekeningku sudah aku kirim ke WA Kak Yura."
"Ok, aku cek dulu." Yura mengecek mutasi di rekeningnya melalui M-Bangking di Hp-nya. Memang benar ada uang sebesar empat puluh juta masuk ke rekeningnya, tanpa pikir panjang, Yura mengirim uang tersebut ke rekening Si Penelepon Misterius.
Pintu tiba-tiba terbuka, rupanya Kiran yang datang. Gadis berambut pirang itu menghampiri Yura yang duduk di ranjang sambil memeluk lututnya sendiri sambil menangis. Penampilan Yura sangat kacau, wajahnya belepotan dengan make-upnya yang rusak bercampur dengan air mata, Yura lebih mirip hantu daripada pengantin.
Kiran menarik tangan Yura, lalu menggenggamnya dengan erat. "Udah nggak usah nangis lagi, Ra. Orang-orang seperti mereka nggak pantas kamu tangisi. Sampah memang cocoknya sama tong sampah."
Kiran menghela napas berat karena Yura hanya diam termangu. Kiran pun mengulurkan tangannya untuk mengambil paper bag berisi kado yang tadi diletakkannya di bawah ranjang, rencananya kado itu akan ia berikan pada Yura sebagai hadiah pernikahan, tapi batal.
"Aku tahu, ini memang nggak mudah bagi kamu, tapi kamu nggak boleh pasrah kayak gini. Kamu harus berubah, Ra. Buat Malik menyesal udah mencampakkan kamu demi ulat bulu." Kiran membuka kado yang berisi skin care dan lingeri, lalu menjejalkannya ke tangan Yura. "Pake ini, biar kulitmu yang dulu putih bisa balik lagi. Kamu itu sebenarnya cantik, Ra. Si bodoh Malik itu yang nggak bisa lihat kecantikan kamu. Aku bakal bantu kamu perawatan."
***
Malam semakin larut, acara pernikahan sudah usai, Kiran pun juga sudah pulang. Samar-samar Yura mendengar suara desahan dan rintihan di kamar sebelah yang merupakan kamar Amira. Membayangkan malam pertama Amira dan Malik, membuat hati Yura semakin tersayat pilu.
"Kiran benar, air mataku terlalu berharga untuk menangisi mereka." Yura bertekad untuk menjadi lebih baik dan membuat Malik menyesal sudah mencampakkannya begitu saja. Tunggulah waktunya, Yura akan membalas mereka berdua nanti. Karena bahagia di atas penderitaan orang lain tidak akan bertahan lama.