Aku Aalona Fransiska Kencana

1066 Words
Dua Tahun sebelum pandemic Perkenalkan namaku Aalona Fransiska Kencana, yang artinya wanita dermawan sekuat pohon ek/oak mungkin orang tuaku dulu memberi namaku agar aku menjadi wanita yang dermawan dan sekuat pohon ek/oak menghadapi badai dalam kehidupanku. Teman-teman memanggilku Alona. Saat ini aku sedang kuliah di Paris, kalian tau kalau paris adalah pusat mode dunia, sesuai dengan jurusan designer yang aku ambil, cita-citaku ingin menjadi designer ternama didunia. Awalnya papaku tidak mengijinkan karena aku putri satu-satunya yang paling disayang, paris terlalu jauh katanya. Mamaku yang dulunya seorang model sebelum menikah dengan papa sangat mendukungku, mungkin darah yang mengalir di tubuhku lebih dominan dari mama karena segala sesuatu yang berbau fashion aku sangat menyukainya. Sejak kecil aku sudah jago gambar, beranjak sekolah dasar gambarku mulai fokus pada corat coret gambar orang dengan pakaian bagus yang ku rancang sendiri, lanjut ke SMP aku mencoba ikut lomba merancang busana tapi tidak menang hehehe karena aku hanya belajar otodidak sedangkan mereka yang mengikuti lomba berasal dari jurusan tatabusana atau kursus design. Aku harus berbesar hati menerima kekalahan karena itu semua menjadi pengalamanku, menjadi motivasiku untuk berkarya lebih baik lagi. Aku masuk SMK tatabusana, niat sekali memperdalam ilmuku fokus di sana. Sesuai dengan cita-citaku menjadi seorang designer. *Flashback on* "Papa ... Alona lulus ..." teriak Alona dari depan pintu ruang kerja papanya. "Wahhh ... selamat yah sayangku ..." Erlangga Wira Kencana memeluk putri semata wayang kesayangannya dengan erat. Seorang pengusaha restauran dan catering terbesar di Indonesia, cabangnya sudah ada disetiap propinsi. "Kamu jadi melanjutkan kuliah di Paris?" Tanya Erlangga pada Alona "Jadi dong pa ..." "Apa gak ada Universitas di Indonesia yang kompeten?" "Bukannya gak ada pa, ada ... tapi Alona kepingin hidup juga dilingkungan fashion, papa kan tau Paris itu kotanya mode dunia, sudah pasti mendukung banget untuk karir alona nanti" "Baiklah kalau itu sudah final keputusanmu, papa gak bisa melarang kamu, kamu seperti mamamu yang ambisius," ___ Saat makan malam dirumah, Alona membahas perihal kuliahnya lagi pada mama dan papanya, mamanya sangat amat mendukung cita-cita Alona kendati si papa masih berat hati tapi alona tetep kekeh melanjutkan studynya di Paris. Semua surat-surat administrasi dan test-test sudah dia kerjakan secara online, hanya tinggal berangkat ke paris mencari tempat tinggal sebelum kuliahnya dimulai. "Ini tiket pesawat untuk kita bertiga berangkat ke Paris minggu depan, kita cari sama-sama tempat tinggal untuk alona, kamu mau di asrama atau gimana sayang?" Tanya Erlangga pada putrinya. "Asrama? Sewa apartement dong sayang, kasihan kalau Alona harus tinggal di asrama," Adena Sasikirana menjawab pertanyaan suaminya untuk Alona. Ibu kandung Alona sangat berkelas, latar belakang sebagai model internasional sebelum menikah dengan Erlangga membuat dirinya selalu membeli atau memiliki segala sesuatu yang berkelas tidak mau yang murahan atau abal-abal. Kadang Erlangga sendiri kewalahan mengikuti pengeluaran Dena untuk kegiatan sosialitanya. Rasa cintanya pada sang istri dan putrinya mengharuskannya banting tulang dalam bisnis restoran dan catering. "Di asrama juga alona gapapa kok ma, Alona bisa hidup sederhana disana," fisik Alona memang mirip percis mamanya cantik tinggi langsing, tapi sifat dan hatinya seperti papanya yang baik hati dan selalu bisa prihatin dengan kehidupan tidak loyal malah lebih dermawan dengan sesama. Tidak satu dua kali Alona melihat teman, kerabat, saudara datang ke rumahnya dan bertemu dengan papanya untuk meminta tolong atau bantuan materi, dan dengan mudahnya sang papa memberikannya begitu saja tanpa cuma-cuma, tidak ada jaminan tidak ada bunga tidak ada batas waktu. Dan tidak satu dua kali datang tapi berkali-kali setiap modal mereka habis pasti kembali lagi. Entah terbuat dari apa hati papanya itu Alona juga kadang bingung. Dan lebih herannya lagi duit papa tidak pernah habis. Apa papanya punya pohon duit didalam kamarnya?. Katanya kalau kita berbagi pada orang lain, nanti akan kembali pada kita berlipat kali ganda, entah itu dari orang tersebut atau dari orang lain, beramal itu pahalanya besar dan ikhlas itu adalah kuncinya. Lain cerita lagi sama mamanya, sejak dulu dena tau kalau suaminya itu seorang yang dermawan, dia tidak akan tega melihat atau mendengar cerita sedih dari orang lain, malah kadang orang memanfaatkannya kalau dena tidak ketus sama mereka yang berusaha menjilat suaminya itu. Dena tidak pernah melarang suaminya membantu siapapun asal kebutuhannya terpenuhi. Dena mengancam kalau sampai kebutuhannya berkurang atau tidak terpenuhi maka dia akan mendatangi orang-orang yang berhutang dengan suaminya dan meminta kembali uang itu. Terdengar sadis yah, tapi kalau tidak seperti itu nanti erlangga akan lebih mudah memberikan uangnya kepada orang lain. Kita tidak tau orang itu benar atau bohong pada kita, tapi apa jawaban erlangga katanya itu urusan orang itu dengan Tuhannya. *flashback off* ___ Dan disinilah aku kuliah di salah satu Universitas di Paris Perancis, tinggal di apartemen yang disewa oleh papa sampai 5 Tahun kedepan atau sampai aku lulus kuliah nanti, tidak besar memang tapi cukup untukku sendiri atau berdua jika ada mahasiswi lain yang mau ikutan patungan sewa apartemen pasti akan aku kasih, lumayan duitnya buat beli buku novel. Semester pertama ku lalui dengan baik, aku beradaptasi dengan baik, sampai semester kedua aku lalui juga dengan sangat baik, memang jurusan ini yang aku kuasai jadi dengan mudahnya aku mengikuti mata kuliah, dalam satu tahun ini papa tidak pernah datang mengunjungiku, tapi kalau mama jangan ditanya, kalau bisa sebulan sekali dia datang kesini hahaha...alasannya jenguk aku padahal sekalian dia shopping. Aku kadang berpikir negatif sama kedua orang tua ku sendiri, kenapa papa bisa menikah dengan mama dan selalu memanjakannya. Kalau dilihat kehidupan mereka itu bertolak belakang. Papa seorang chef yang akhirnya membuka restauran dan catering sedangkan mama seorang model yang berlenggak lenggok di panggung. Begitulah kalau sudah jodoh. Ngomong-ngomong soal jodoh, selama aku ada disini belum ada satu pria pun yang menarik di hatiku, ada beberapa yang coba pendekatan tapi aku menghindar, hatiku hanya untuk bintang budiman. Cinta pertama waktu aku SMP pertama mengenal cinta, kalau kata orang cinta monyet, terserahlah mereka mau bilang apa yang penting saat pertama bertemu dengannya di awal masuk SMP, kakak kelas yang pertama menolong aku ketika aku tersandung, kejadian yang konyol. Cinta pada pandangan pertama DEG! jantungku serasa berhenti berdetak. Aku dan kak bintang tidak berpacaran kami hanya teman karena sesama pengurus OSIS jadi aku bisa lebih sering bertemu dengannya, sampai dia lulus aku tidak mengungkapkan perasaanku begitupun dia, aku gak tau dia suka sama aku atau tidak, dia lebih dulu lulus satu tahun dari padaku, dia meneruskan ke STM karena hobinya yang mengotak atik motor sejak dulu. Dan aku masuk ke SMK tatabusana sekolah kami jauh dan sampai saat ini aku belum bertemu dia lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD