Bab 1 : Terjebak Dalam Kecelakaan Beruntun

1257 Words
22 tahun yang lalu. Seorang pria sedang berada dalam mobilnya. Menunggu antrian menuju tol. Ia membuka kaca mobilnya dan merasakan angin yang berhembus. “Dingin dan menusuk, bekas hujan tadi sore masih terasa sampai sekarang,” ucapnya kemudian menutup lagi kacanya. Ia menaikkan suhu pendingin udaranya sampai ke angka 26. Cuaca dingin di luar mempengaruhi angin yang keluar dari kipas kondensor. Ponselnya berdering, segera ia menekan tombol dibagian depan mobil agar otomatis bisa berbicara tanpa harus memegangnya. “Assalamu’alaikum, Mas," sapa Hanin, istrinya. “Wa’alaikumsalam, Sayang.” “Mas, lagi di mana?” tanya Hanin. “Mas lagi menuju hotel Fairmont malam ini. Pertemuannya udah selesai. alhamdulillah hasilnya bagus.” “Alhamdulillah, Jadi Mas kapan pulangnya?” “Beberapa hari lagi Mas akan pulang. Hanin mau dibawain apa?” tanya Raihan. Istrinya malah tersenyum. “Mas seperti tidak tau Hanin aja, mana pernah Hanin minta oleh-oleh. Selama Mas di sana sehat dan pulang dengan selamat - Hanin udah bersyukur kali, Sayang,” jawabnya mendayu. “Haha, iya, kamu memang istri terbaik.” “Uwuu, dipuji terus. Entar Hanin bisa kehilangan telinga.” “Haha.” Percakapan itu masih berlanjut selama perjalanan. Raihan berhasil melalui pintu masuk dan sekarang melaju untuk masuk ke arah hotel yang sesuai pada peta yang tertera secara online. Keadaan tol lumayan ramai, tapi lancar jaya dan tidak macet. Mungkin karena sudah mulai larut malam. Kalau di medan jam 11 malam itu sudah sangat sepi. Di Jakarta masih terbilang ramai. Perbincangan dengan istrinya mendadak hening, Raihan melihat keramaian di depan. Terjadi tabrakan beruntun! “Astaghfirullah!” ucap Raihan kaget. “Ada apa, Sayang?” “Kecelakaan!” “Ya Allah. Mas aman?” “Aman, alhamdulillah. Udah dulu ya, nanti Mas kabarin lagi.” “Iya, Sayang. Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam.” Raihan segera mematikan panggilan dan turun dari mobilnya. Semua orang tidak berani turun dan melihat situasi. Raihan tidak merasa keberatan untuk menolong jika memang mereka membutuhkannya. “Ya Allah!” Raihan melihat banyak yang meninggal. Beberapa dari mereka juga terluka parah. Raihan membantunya menjauh dari mobil yang terguling. “Mari, Bu.” “Aduh, Sakit, Ma!” Seorang anak kecil merengek karena wajahnya berdarah-darah. “Sabar, Lis.” “Ayah gimana, Ma?” tanya anaknya. Ibu itu malah menangis tersedu-sedu. Raihan tidak tau alasannya. “Ayahmu sudah tiada, Nak.” Raihan memejamkan matanya lalu melihat ke arah lain. Apalah daya, kecelakaan ini terjadi begitu cepat, bak sambaran petir. Raihan mencari orang lain yang mungkin masih bisa tertolong. “Tolong!” jerit seseorang dengan suara sangat pelan. Raihan melihat dan mencari arah suara tersebut. Mutar sana, mutar sini. Akhirnya Raihan melihat seseorang yang menjerit dari dalam mobilnya. Pria itu terhimpit di dalam bersama anaknya. Raihan berusaha membuka pintu mobilnya, tapi terkunci. “Sabar, Pak, saya akan mengeluarkan Anda.” Raihan mencari sesuatu yang ada disekitarnya. Raihan mendapat besi panjang yang terlempar entah dari mana. Ia menggunakan itu untuk mengongkrak pintu yang terkunci. Orang-orang di sana hanya mampu melihat. Entah karena tidak berani atau memang tak peduli. Raihan melihat mereka yang ada dalam mobil hanya membuat video merasa kesal. Raihan mendatanginya dan menyuruh mereka buka kaca. Pemilik mobil pun membukanya karena desakan Raihan. “Kalian kena musibahnya gak?” tanya Raihan. Mereka meggeleng. “Apa kalian gak pengen nolongin orang? Apa cuman mau liatin aja dan menyaksikan orang yang masih bisa ditolong?” bentaknya. Suara Raihan yang besar dengan ciri nge-bas orang Medan yang terasa kasar, membuat mereka menelan ludah dan takut. “I-iya, Pak.” Anak muda di dalam mobil itu pun mematikan mobilnya. Mengantongi kunci mobil lalu turun membantu para korban. Kecelakaan parah seperti ini masih ada orang yang tidak berusaha membantu. Lebih mementingkan konten sosmed daripada nyawa orang lain. Raihan mengajak beberapa dari mereka untuk membantunya membuka pintu mobil silver berisi pria dan seorang anaknya yang terhimpit jok depan yang penyot. Jangan tanya bagaimana keadaan supir dan orang di sampingnya? Sudah tidak bernyawa dengan keadaan mengenaskan! “Satu, dua, tiga!” Raihan berusaha mendorong besi itu agar membuka pintunya bersama para pemuda itu. “Sekali lagi!” Ketiga pria di sana menarik dan mendorong pintu itu agar terlepas dari body aslinya. Brrkk! Pintu mobil itu pun terbuka. Raihan melemparnya. Dua pria lain melihat keadaannya. Raihan merusak kepala pengunci sabuk pengaman dan meminta dua pria tadi menariknya pelan-pelan. Satu korban berhasil dikeluarkan meski tubuhnya mengalami patah lengan. Pria itu diletak sedikit menjauh dari lokasi. Raihan kemudian membantu gadis kecil keluar. Dia menangis memanggil mamanya. Raihan melihat seisi mobil sudah meninggal. Hanya mereka berdua yang selamat. Sangat menyedihkan bagi mereka yang melihatnya. Raihan mengeluarkannya. “Mari sama Om, kita keluar dulu ya.” “Kakiku sakit, Om.” “Iya, nanti kita obatin. Dokter datang sebentar lagi.” Raihan mendorong jok di depannya dan menariknya. Anak itu menjerit. Perlahan ia dan dua pria tadi mengeluarkannya. Berbeda dengan kakeknya, gadis cantik ini mengalami patah tulang. Raihan menggendongnya dan meletakkan ke dekat kakeknya. “Bertahanlah, ambulance pasti datang.” Raihan mengucapkan terimakasih pada dua pria yang sudah membantunya. Usahanya tidak sia-sia. Pemuda-pemuda itu menolong korban lainnya. Raihan berjalan agak sedikit ke depan. Dia melihat sebuah mobil hitam terguling. Terdapat banyak penumpang. Namun, yang bergerak hanya satu, itu pun gerakannya tidak terlalu banyak. Ia berjongkok dan melihat ke arah dalam. "Pak? Pak?" panggilnya untuk melihat apakah pria itu masih merespon atau tidak? Pria seumuran dengannya merespon. "Tolong saya," ucapnya lirih dengan bahasa Inggris. "Sabar ya, aku akan membantu anda keluar." Raihan pergi mencari sesuatu untuk memecahkan jendela. Hanya saja nasib tak seberuntung orang lain. Ketika Raihan sudah mendapatkan besinya. Ia malah melihat percikan minyak yang keluar dari mobil lain bertemu dengan api kecil yang menyala dari kendaraan di samping mereka. Seketika api itu marak. Semua orang yang terjebak di belakang kejadian itu meminta jalan agar mundur. "Astaghfirullah!" jeritan itu membuat keadaan makin panik. “Ya Allah, gimana ini?” jerit orang-orang. Tiiin! Klakson mobil bunyi dari segala arah. Ketakutan karena di dekat mereka ada truk yang membawa minyak. Mereka berlarian dari mobilnya yang terjebak sangat dekat dengan kejadian. "TIDAK! AKU HARUS MENOLONGNYA!" ucap Raihan serius. Tidak ada yang berani mendekat lagi karena melihat api. Raihan tetap maju untuk menolongnya. Seorang pria menarik Raihan agar menjauh. "Lepasin! Aku mau nolongin bapak itu!" Raihan menolaknya. "Jangan, mobil itu akan meledak!" "Gi-La kau! mereka juga manusia. Lepasin aku!" Sekuat tenaga Raihan memberontak hingga berhasil melepaskan diri. Raihan berlarian membawa besi. "Pak, palingkan wajahmu ke arah sana,” jeritnya pada pria di dalam. Raihan mulai mengayunkan besi di tangannya. 'PRANG!' Kaca pecah dalam sekali pukulan. Pria itu sedang berusaha melepaskannya dari sabuk pengaman yang mengikatnya kuat. "Ya Allah, bantu aku," ucapnya terus menerus. Pria yang terjebak itu melihat usahanya sudah sangat keras. Api semakin membara. Ia tersenyum dengan airmata. "Cukup! Hentikan! Temukan anakku dan selamatkan dia. Namanya Kang Min Joon." Pria itu berharap lebih agar Raihan menemukannya. "Aku akan menolongmu!" Raihan ingin dia selamat. "Pergilah!" perintahnya. Orang-orang menariknya untuk menjauh. Keadaan tidak memungkinkan lagi untuk membantunya keluar. Percikan semakin membesar hingga sebuah ledakan terjadi dengan dahsyat. Semuanya menjauh dan menyelamatkan diri sendiri. "Tidak!" Raihan yang ditarik oleh dua orang menjerit karena tidak tega padanya. Wajah korban terus terbayang di matanya. Raihan terduduk dan menangis. Menyesalkan diri karena tak mampu menolongnya. "Tenanglah, semua sudah menjadi takdir mereka." Seorang pria berusaha menghiburnya. "Enggak-" pria itu meremas rambutnya dan menghentak kepalanya ke telapak tangan, merasa bodoh karena tak mampu mengeluarkannya dari mobil itu. Tangisan, jeritan hiteris menghantui tiap manusia yang melihat situasi malam itu. Raihan merasa sangat sedih karena tidak mampu menolong pria tadi. “Maafkan aku, Pak! maaf, Aku sudah berusaha.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD