Terjebak Malam Panas

1336 Kata
"Tuan, apa yang terjadi dengan Anda, kumohon sadarlah!" Nara memekik saat tiba-tiba Kaizar yang merupakan bosnya itu menjadi agresif, bahkan pria itu membuka kemeja yang dikenakan dengan paksa. Tubuh Nara sampai terhempas ke kasur bersprei abu karena dorongan kecil yang dilakukan Kaizar. Pria dengan tatapan penuh hasrat itu melempar kemeja yang dia kenakan hingga memamerkan tubuh mulus atletis miliknya. Sontak Nara ternganga, matanya tak berkedip melihat pemandangan memukau yang baru pertama kali dia lihat. Sebelum Nara tersadar dari kekagumannya, bibir Kaizar sudah mendarat di bibirnya lagi, menjelajah begitu rakus dengan embusan napas yang memburu. Sepertinya dia sedang terbakar hasrat membara di dalam sana. "Tuan … tolong jangan lakukan ini!" Nara mencoba mendorong tubuh yang mengungkungnya, tetapi tubuh pria beraroma lembut itu jauh lebih kuat darinya. Nara tak menyerah, dia mendorong d**a bidang itu, tetapi otot d**a si pria justru membuat Nara terbuai. Dorongan itu berubah menjadi sentuhan liar yang nakal. Nara yang mulai pasrah sedikit mengimbangi sentuhan-sentuhan intim yang dilakukan Kaizar. Penolakannya berubah menjadi desahan kecil yang memacu Kaizar untuk berbuat lebih nakal lagi. “Tuan ….” Hanya satu kata itu yang mampu Nara lontarkan saat bibir Kaizar mulai bergerilya di bawah dagu, leher, dan semakin dalam lagi menjamah tubuhnya. Perlahan pria itu menuntun diri untuk melakukan hal inti yang akan membawa mereka pada puncak imajinasi penuh nafsu. Desahan lagi-lagi terlontar dan kali ini terdengar bersamaan hingga membuat tubuh keduanya menari dalam balutan sensasi yang luar biasa. Suara-suara lembut itu mengalun secara naluriah, bagaikan ungkapan cinta yang memabukkan. Semakin lama tubuh Kaizar semakin cepat naik dan turun, napasnya pun memburu menikmati setiap gerakan yang dilakukan. Nara memekik agak kencang, sepertinya dia akan mencapai akhir dari adegan ini. "Tuan, aku … eumh!" Nara meracau, membuat senyum di bibir Kaizar mengembang, apalagi saat melihat wajah gadis dalam kungkungannya tampak mempesona penuh kelegaan. Dia menjadi lebih percaya diri karena berhasil membuat gadis cantik itu melemah pasrah dalam kuasanya. Merasa dirinya pun hampir mencapai klimaks, Kaizar memacu tubuhnya lebih cepat lagi, diakhiri dengan erangan sensual dan terkulainya tubuh atletis itu di atas tubuh Nara. Keduanya tampak lemas setelah puncak membahagiakan itu terjadi, Kaizar berguling ke samping Nara. Mereka tertidur sejenak karena kelelahan. "s**t! Apa yang kulakukan?" umpat Kaizar setelah pengaruh obat itu hilang. Dia menyingkap selimut dan memunguti pakaiannya. Lekas mengenakan kembali. Dia menoleh ke kasur dan melihat Nara masih tertidur. Ternyata semua itu nyata, dia baru saja bergumul dengan sekretarisnya. "Oi, Nara, bangun!" teriaknya, dia berusaha membangunkan Nara yang masih terbaring tepat di sebelahnya. Nara terperanjat, sejenak dia tertegun, kemudian dia mulai mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Sesaat Nara menyangkal kenyataan itu. Sampai akhirnya, dia memastikan dengan melihat tubuhnya di balik selimut. "Sial, apa yang kulakukan?!" desisnya ketika melihat tubuhnya tak mengenakan sehelai kain pun. "Ini pakai pakaianmu dan pergi dari sini!" sentak Kaizar setelah melemparkan pakaian Nara tanpa menoleh. "Apa yang kulakukan?!" Nara hanya bisa merutuki diri sendiri karena kesalahan itu. Buru-buru dia mengenakan pakaiannya kembali dan pergi dari apartemen bernuansa modern itu. Setelah Nara pergi, Kaizar pun tak henti mengoceh memaki diri sendiri karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dia bahkan tak menatap Nara saking malunya. Perlahan dia coba menyambungkan satu persatu kepingan ingatan malam itu. “Sial, apa yang kulakukan? Kenapa aku tak bisa mengendalikan diriku? Dasar bodoh!” Kaizar mengusap wajahnya kasar. Teringat bahwa semua yang terjadi bermula dari minuman yang diberikan oleh sahabatnya. “Semua ini gara-gara Sean. Kalau dia tidak memberikanku wine yang sudah dicampur obat perangsang, pasti semua ini tidak akan terjadi.” Satu jam yang lalu sebelum kejadian panas itu, Kaizar sedang kedatangan Sean–sahabat sekaligus rekan bisnisnya. Ya, pria berwajah tampan itu memang sengaja mengundang Sean untuk merayakan tender bernilai ratusan juta yang berhasil mereka menangkan. "Wine ini cukup enak," puji Kaizar seraya mengacungkan gelas kristal berisi wine itu pada sahabatnya. "Benar, enak, bukan? Aku memesannya khusus untukmu," jawab Sean, seraya tersenyum tipis. "Cih! Apa yang membuatmu begitu baik padaku? Apa karena tender yang kita menangkan?" tanya Kaizar penuh curiga. Sean lagi-lagi tersenyum tipis, sebagai jawaban. "Emh, kenapa gerah sekali?" ungkap Kaizar, dia pun tampak gelisah dengan wajah yang memerah usai mereguk segelas wine yang Sean berikan. Kaizar membuka blazer dan dasi, melemparnya sembarang. Lalu, dia mengecek suhu AC yang ternyata itu di tingkat yang seharusnya. "Santai, Kai, nikmatin aja, aku bawakan lawan untukmu," ucap Sean dengan senyum rupawannya. "Apa maksudmu?" Kaizar dibuat tak mengerti. Raut wajahnya pun terlihat bingung. Sean menepuk tangannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, tak lama, seorang wanita cantik dengan tubuh padat berisi dan d**a yang menawan datang dari balik pintu apartemen. Wanita itu mulai mendekat dengan langkah yang berkelok yang membuat jantung Kaizar semakin berdebar. "Apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu campur ke dalam minumanku?" sembur Kaizar di sisa kesadarannya. "Aku hanya ingin membantu untuk menikmati hidupmu kembali, Kai," ujar Sean. "Apa?" Kaizar tercengang. "Itu akan membangkitkan libido dan segala hasrat yang sudah lama terpendam, Kai. Kamu harus move on dan menikmati hidup. Bersenang-senanglah, Kawan!" jawab Sea, lalu tertawa kecil, seolah puas dengan apa yang telah dilakukannya. "Maksudmu? Obat perangsang?" tanya Kaizar memperjelas. "Bingo! Tepat sekali." Sean tertawa. Suara yang renyah terdengar di telinga Kaizar dan itu membuatnya kesal. "Kurang ajar!" bengis Kaizar, lalu dia bangkit dari duduk dan menyeret wanita yang sudah mulai menyentuhnya dengan nakal. "Pergi kalian dari sini!" usir Kaizar. "Kai, aku cuma mau menolongmu, Kai." Sean coba membela diri. "Aku tidak butuh pertolonganmu! Biar aku mengurus diriku sendiri, aku tidak butuh bantuanmu dengan cara seperti ini!" sahut Kaizar. Kini, kesadarannya semakin dipengaruhi obat perangsang itu. "Kai, ayoklah!" Sean masih bersikeras ingin Kaizar melakukannya dengan wanita cantik itu. "Pergi! Atau kulaporkan polisi!" kecam Kaizar dengan sorot mata tajam. Raut wajah pria itu tampak garang tak bersahabat. "Oke, oke, fine! Aku pergi!" Akhirnya Sean menyerah, dia pergi meninggalkan Kaizar. Padahal, niat Sean hanya ingin membantu Kaizar lepas dari belenggu masa lalu. Ya, pengkhianatan tunangan yang membuatnya mengalami gangguan depresi. Dia akan mendapatkan ruam kulit yang menyiksa dan sesak napas jika berdekatan dengan wanita. Dia membenci wanita seperti membenci Kirana–mantan tunangannya. Hal itu juga yang membuat Kaizar dikenal sebagai pria yang dingin dan kejam. Sebab, sikapnya yang kasar dan tak kenal ampun pada siapa pun. Tak lama setelah Sean pergi dari apartemennya, bel kembali berbunyi. Awalnya, Kaizar tak ingin membuka pintu apartemen karena libido dalam dirinya semakin meningkat tak terkendali. Namun, setelah melihat yang datang adalah Nara–sekretaris yang membawa dokumen penting untuknya. Kaizar tak punya pilihan lain. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menahan hasrat menggebu dalam jiwanya, meski rasanya begitu menyiksa. "Tuan, saya bawakan dokumen dari Pak Dimas, ini materi untuk presentasi besok di rapat direksi," ujar Nara ketika pintu apartemen terbuka. Tatapan Kaizar sudah tak fokus, gerak bibir Nara yang lembab dan merah menggoda, membuatnya terpancing semakin menggila. Kaizar tiba-tiba menarik Nara masuk, lalu mendekap tubuh langsing terawat itu. Wangi peach yang menguar membuat hasratnya kian tak terkendali. Kaizar pun semakin tertantang dengan penolakan yang dilakukan Nara. “Tuan, ada apa?” Nara terkejut dengan apa yang dilakukan sang bos. Raut wajah yang tak hanya penuh ketakutan, dia sendiri merasa heran karena Kaizar menyentuhnya, padahal selama ini, pria itu selalu marah saat mereka tak sengaja bersentuhan. "Kamu harus jadi milikku malam ini, tidak akan kulepaskan!” ucap pria itu diselingi embusan napas berat. “Apa maksud, Tuan?” Tanpa menjawab pertanyaan Nara, Kaizar langsung menyambar bibir ranum milik Nara, bermain dengan nakal tanpa ampun, mendekapnya dengan erat dan hangat, hingga debar jantung keduanya berpacu tak beraturan. Permainan Kaizar semakin lama semakin liar dan tak terkendali. Nara marah sekaligus menikmati. Dia sudah berontak berkali-kali, tetapi hal itu tak berarti hingga akhirnya, dosa termanis itu pun terjadi. *** Setelah kejadian panas itu, Kaizar mengusir Nara dengan kasar. Atasannya itu seolah tak menghargainya sama sekali. Seharusnya, dia yang marah karena kesuciannya terenggut. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Saat ini, bukan hanya merasa jijik dengan dirinya sendiri. Nara begitu hancur hingga terus menangis sambil berlari di koridor apartemen. Langkahnya terasa berat. “Sekarang bagaimana aku menjalani hidupku, Tuhan? Kenapa dia merenggut hal berharga yang selama ini aku jaga?” Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN