2. Cafe

897 Kata
Ini adalah seminggu paling lama di kehidupan Bening. Selama seminggu ia mengurung diri di rumah Frans. Ada ketakutan jika laki-laki itu, mantannya, tiba-tiba muncul di rumah tantenya. Mungkin benar kata Vina, dirinya terlalu parno. Bening pun tidak terlalu berinteraksi dengan keluarga besarnya yang setiap malam datang untuk acara tahlilan om Usman. Dia menjaga jarak. Bukannya membenci tapi sedari dulu mereka memang tidak akrab. Keluarganya dulu di pandang sebelah mata sebab tidak sesukses kerabat-kerabat yang lain. Dulu, dia masih ingat. Saat ia akan menikah dengan Samudera. Semuanya terasa aneh dan berbeda. Sepupu-sepupu serta kerabat yang lain berubah baik dan menjadi sok akrab dengannya. Bening sadar itu semua karena pengaruh dari Samudera. Samudera adalah anak orang kaya, dan dari keluarga terpandang. Walaupun mereka berubah baik. Tetap saja Bening tidak bisa akrab dengan mereka. Dirinya termasuk orang yang pendiam dan tertutup. Vina juga meledek Bening dengan julukan Cinderella modern. Siapa yang tidak beruntung mendapatkan laki-laki tampan dari keluarga Wicaksono. Yang terkenal mempunyai banyak perusahaan. Meski begitu Bening tidak berubah. Dia hanya mencintai Samudera, bukan uang ataupun hartanya. Mengingat laki-laki itu Bening merasa sesak. Ia pun mengalihkan pikirannya pada hal lain. Samudera berefek buruk baginya. Para tamu sudah pulang begitu juga dengan para kerabat yang tadinya tinggal lebih lama. Bening membantu mbak Tini membersihkan sisa-sisa acara. "Biarin mbak Tini yang ngerjain. " Suara Frans terdengar. "Aku nggak keberatan mengerjakan ini. " Bening melihat sepupunya sekilas. "Aku mau keluar sebentar. Apa kamu mau ikut? Bukannya besok kamu balik ke Surabaya? Aku tau kamu pasti bosan seminggu ini berada di rumah terus. " Pergi keluar, sebenarnya itu bukan ide yang buruk. Bening pun berpikir tidak mungkin juga ia akan bertemu dengan laki-laki itu. "Tante Isti gimana? Memang nggak apa-apa kalau di tinggal sendirian? " "Mama udah tidur. Di rumah juga Ada mbak Titi. " "Ya, udah. Aku ambil tas dulu. " Bening tidak tahu kemana Frans akan mengajaknya. Sudah sepuluh menit berlalu sejak mobil yang mereka tumpangi keluar dari rumah. Tidak ada percakapan apapun diantara mereka. "Besok berangkat jam berapa? " "Jam sepuluh. " "Besok aku anterin kamu. " "Aku bisa berangkat sendiri. Bukannya kamu juga harus kerja. " "Ya, tapi aku bisa meluangkan waktu untuk mengantarkan sepupuku yang cantik. " Frans mengerling jahil. Bening berdecak. Dia sudah hafal dengan Fras yang seperti itu. "Sepertinya aku udah salah nerima ajakan kamu. " Frans tertawa. "Ayolah, Ning... Kita sudah lama nggak melakukan hal itu. Sekarang cuma kamu yang bisa bantu aku. " "Kali ini siapa lagi? " Dulu, Ia sering membantu Frans lepas dari wanita-wanita yang mengejar sepupunya itu. Frans itu tampan, baik, tapi kebaikannya selalu membuat kebanyakan wanita baper. "Anak dari atasan aku. " "Wow... Bukannya itu bagus? Setidaknya itu bisa jadi batu loncatan buat kamu untuk naik jabatan. " Gurau Bening. "Saran kamu mengerikan. " Keduanya tertawa. Bening dan Frans dekat. Mereka sudah seperti saudara. Laki-laki itu satu tahun lebih mudah di bawahnya. Tak berselang lama mereka sampai di sebuah cafe berlantai dua. Tempat itu agak ramai. Seperti biasa sebelum masuk ke cafe Fras akan mengandeng tangan sepupunya. Mencoba terlihat meyakinkan sebagai pasangan untuk mematahkan hati seseorang. Gadis itu masih muda, seperti masih duduk di bangku SMA. Tampang gadis itu langsung tampak kecewa saat melihat Frans mengandeng tangan Bening. Setelah mengenalkan Bening sebagai pacar, gadis itu tampak sedih lalu pergi. Sepupunya itu benar-benar raja tega pada semua wanita yang menyukainya. "Kamu jahat banget, " Ucap Bening setelah meminum minumannya. "Itu lebih baik. " Balas Frans. Mereka sekarang berada di lantai dua cafe itu. Duduk di dekat jendela kaca besar yang menampakkan view kota Jakarta pada malam hari. "Kamu sudah punya pacar sekarang? " "Setidaknya aku harus punya pacar yang secantik kamu, Ning. " Dilanjutkan dengan kekehan. Bening mendengus. "Kamu nggak akan mendapatkan wanita secantik aku. " Bening menyombongkan diri. Frans tertawa. "Terlalu percaya diri. " "Bukannya percaya diri itu bagus? " "Bagus. Tapi nggak cocok sama kamu. " "Jadi intinya, kamu belum bisa melupakan dia? " Frans tahu apa yang Bening bahas. Kekasihnya yang telah meninggal karena kecelakaan. "Melupakan itu sulit. Nggak mudah. " "Mudah saja kalau kamu ingin melupakannya. Membuka hati kamu, dan jatuh cinta lagi. Kamu masih muda, Frans. " Frans tertawa pelan. Suara tawanya seperti mengejek. "Kamu sendiri gimana? " "Jangan bahas aku. " "Bagaimana bisa kamu memberi saran pada orang lain tapi kamu sendiri belum bisa melupakan masa lalu kamu. Samudera. " Bening langsung melengos mendengar nama itu. "Maaf." Lirih Frans. Dia tahu jika sepupunya itu tidak suka jika ada bahasan tentang mantan suaminya itu. "Aku ke toilet dulu. " Bening langsung berdiri dari tempat duduknya. Frans tahu jika Bening marah. Bening turun ke lantai bawah untuk menuju toilet cafe yang ada di sana. Ucapan Frans yang menyebut soal laki-laki itu membuat Bening kesal. Kenapa juga Samudera di sebut-sebut. Bening membenci laki-laki itu. Benci. Jika ada alat yang bisa mengukur kebencian seseorang. Maka kebencian Bening pada Samudera berada di titik paling atas. Bening duduk di bilik kamar mandi agak lama. Nama Samudera yang di sebut benar-benar membuat suasana hatinya menjadi buruk. Setalah merasa tenang Bening keluar dari sana. Dia juga tidak harus marah pada Frans. Laki-laki itu juga tidak akan membahas Samudera jika dia tidak memberi saran yang sebenarnya cocok untuk dirinya sendiri. Bening keluar toilet. Baru beberapa langkah dia tidak sengaja menabrak seseorang. "Maaf, " Ucap Bening. Ucapan itu tidak berbalas tapi membuat langkah laki-laki itu berhenti dan melihat Bening yang semakin lama semakin menjauh lalu menghilang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN