bc

GADIS DESA CUCU SANG PENGUSAHA BESAR

book_age18+
96
FOLLOW
1K
READ
drama
sweet
mystery
like
intro-logo
Blurb

Gadis cantik bernama lengkap Arsyilia Rahma wijaya merupakan anak tunggal dari Rahma Wijaya dan istrinya Mayang Sari, Arsy dan kedua orangtuanya hidup dengan sederhana di sebuah desa. Namun setelah ayahnya meninggal dunia kehidupan Arsy dan ibunya semakin sulit. Tidak ada harta berharga yang ditinggal sang ayah bahkan mereka terjebak hutang pada rentenir karena mengobati sang ayah saat itu.

Dengan modal ijazah SMA Arsy memutuskan pergi ke ibu kota untuk mencari kerja supaya bisa membatu sang ibu membayar hutang, tak di sangka kehidupan Arsy berubah saat dia bertemu dengan Andra Pratama seorang CEO, "PT Wijaya grup" pemuda yang terkenal cuek dan dingin namun memiliki ketampanan di atas rata-rata. Meski memiliki pesona memikat Andra kesulitan mendapatkan hati gadis pujaannya.

karena kecemburuan sang sekretaris [Tania] melihat kedekatan Andra dengan Arsy sehingga tania melakukan segala cara untuk memisahkan mereka, dan sang kakek bernama Wijaya yang merupakan seorang pengusaha besar, juga tidak merestui hubungan mereka. Namun tak membuat Andra mundur malah membuat Andra semakin semangat untuk mengejar cintanya, namun tak berhenti disitu saat Arsy sudah mulai membuka hatinya untuk Andra, rahasia besar terbongkar ternyata Arsy cucu kandung dari sang kakek dan Andra hanya cucu angkat Sang Kakek.

Apakah arsy akan melanjutkan kisah cintanya setelah mengetahui kebenaran nya? Dan akankah Arsy memaafkan kesalahan masa lalu sang kakek?

_____

Jangan lupa top love sebelum membaca,terus follow akunnya, dan hahpy reading ??

chap-preview
Free preview
prat 1
Malam itu Arsy sedang duduk termenung di kursi teras rumahnya, sambil menatap sang rembulan yang mengintip nya malu-malu dari atas sana. Arsy sedang memikirkan kisah hidupnya yang kian hari semakin sulit, semenjak ditinggal sang ayah, untuk makan saja ibu Arsy harus bekerja sebagai buruh cuci apalagi kini harus membayar hutang, arsy sangat bingung harus berbuat apa supaya bisa melunasi hutang keluarganya. ________ "Oh Tuhan !" apa yang harus Aku lakukan untuk bisa membayar hutang sama pak Dadang yang senilai sepuluh juta itu?, dari mana aku bisa mendapatkan uang dalam tempo waktu dua bulan itu?, mumet sudah kepala ini memikirkan masalah ini. Dan sesaat terlintas saran dalam hati, Haruskah aku pergi ke ibu kota dan mencari pekerjaan di sana, dengan modal ijazah SMA yang ku miliki, apa bisa aku mendapat pekerjaan, yang ku dengar ibu kota itu lebih kejam dari ibu tiri. Tapi kalau pun aku nekat pergi, tapi bagaimana dengan ibu? apa aku tega meninggalkan ibu disini sendirian, tapi kalau aku tidak melakukan apa-apa. Nanti takutnya pak Dadang memintaku menikah dengannya, pak Dadang memang terkenal tukang kawin, padahal istrinya sudah ada tiga, dan kalau Sampek aku juga dinikahin nya berarti aku yang ke empat dong, aduh amit-amit deh membayang saja aku sudah tak sanggup, apa lagi......, aku tak sanggup melanjutkan kalimat selanjutnya. Gegas aku masuk, meninggalkan sang rembulan dan bintang yang masih setia menemani malam. Hendak menyapa ibu, ternyata ibu sudah tertidur pulas, ku tatap lekat wajah wanita paruh baya itu, terlihat begitu sendu, namun tetap memancarkan aura cantiknya. Ia ibuku memang cantik, hm__!, Mungkin dia sangat lelah seharian ini. Selamat malam ibu, lebih baik aku juga tidur dan besok pagi aja aku bicara sama ibu tentang rencana ku itu. Adzan subuh berkumandang kembali membangunkan aku setelah semalam sempat ter Bagun jam dua belas malam, untuk menunaikan ibadah shalat tahajud, aku memanjatkan doa semoga Allah memberikan aku kesabaran, keikhlasan,dan semoga Allah memberi petunjuk untuk jalan keluar setiap masalahku, Amin. Yang ternyata ibu sudah bangun juga, ya biasanya kami memang shalat subuh berjamaah dirumah dan ayah yan jadi imannya, semenjak ayah tak ada kami shalat subuh berdua saja sama ibu. Gegas aku mencuci muka, dan berwudhu kemudian menyusul ibu yang sudah duluan siap wudhu, dan kami langsung menunaikan ibadah shalat subuh, setelah shalat dan berdoa sama sang pencipta, sudah kebiasaan aku membantu ibu memasak sarapan pagi sambil membuat kue-kue basah untuk dijual, dulu selagi aku masih sekolah kue-kue ini aku bawa ke sekolah dan menjualnya saat jam istirahat, karena sekarang aku udah Tamat SMA, jadi kue kue ini akan di titipkan di warung kelontong buk Mimin. Yang kebetulan juga tentang dekat rumahnya pas di samping rumah kami. Kutatap jam yang tergantung di dinding kayu rumahku sudah menunjukkan jam tujuh liwat dua puluh menit. Alhamdulillah Bu kue sudah Mateng Bu, ya sayang jawab ibu lembut, Arsy masukan ke wadahnya ya dan langsung bawa kewarung Bu Mimin, ok siap bos ibu, sambil nyengir kuda. Yasudah Arsy berangkat sekarang ya, dan gegas pergi namun langkah ku terhenti saat, ibu memanggilku, Arsy nanti hasil uang kue kemaren ambil telor sama gula aja ya, soalnya udah habis ini, ok ibu, udah itu aja tanyaku memastikan, udah itu aja dulu, jawab ibu. Ternyata sudah banyak ibu-ibu yang menjajal sayur-sayuran, pagi ibu-ibu sapa ku, eh Arsy masih jualan kue ya tanya Buk Wati, emang cukup untuk makan dari hasil buat kue doang, terdengar sih biasa tapi pertanyaanya membuat hati ini perih, Alhamdulillah kalau kita bersyukur pasti cukup kok Buk, jawabku santai. Kenapa gak ke Jakarta aja tanya buk Rahmi cari kerja gitu? Mana bisa cari kerja di Jakarta hanya tamatan SMA sahut Bu RT, cari kerja di Jakarta itu harus sarjana kek anak saya, si Tania, dia sekarang sudah kerja di sana jadi sekretaris lagi, kerjanya di perusahaan besar, kalau Arsy mah paling jadi babu kalau ke jakarta, oh ya, pasti Bu RT bangga banget deh punya anak yang sukses kek Tania, timpal buk ayu lagi, ya ialah pasti jawabnya sambil melirik ke arah ku. kalau Bu RT sudah buka mulut ,ya gitu, mulut nyinyir banget memang, ambon cabe level 15 aja kalah pedes sama mulutnya, namun aku memilih tak berkomentar karena sudah biasa ibu-ibu tukang gosip itu merendahkan aku, Untung aku yang ngantar kue, kalau ibu yang dengar pasti ibu akan sedih, meski sudah terbiasa mendengarnya tapi tetap aja hati ini pedih, langsung ku panggil bu Mimin, buk!, kuenya 30 potong ya, sambil meletakkannya di rak. Oh ya, kata ibu uang kue kemarin ambilkan telur sama gula aja ya, Ya!, Jawab Bu Mimin singkat, tak lama buk Mimin menyodorkan satu plastik kresek warna hitam kearah ku dengan isi lima butir telur dan satu kilogram gula kearah ku, makasih buk, dan langsung gegas palang meninggalkan ibu-ibu tukang gosip itu. Assalamualaikum, ini Bu telur sama gulanya, sambil ku letakkan di atas meja. Kenapa mukanya kusut gitu pagi-pagi, Pasti kamu dihina lagi ya sama Bu RT dan ibu-ibu biang gosip itu ya? Tebakan ibu sangat tepat. Em__ sampai kapan ya Bu, kita di hina dan dipandang sebelah mata sama orang-orang?, Keluhku. jujur rasanya pengen membungkam mulut orang-orang seperti itu? Yang sabar, Allah lagi menguji kesabaran kita, sebelum mengangkat derajat kita, ucap ibu memberi nasehat padaku. Ya itulah ibuku, setiap aku mengeluh dia selalu menasehati ku dengan kata-kata bijaknya itu, yang membuatku tak bisa membantahnya. Tok_tok buk Mayang, Arsy keluar, terdengar teriakan-teriakan seseorang memangil dari balik pintu, semakin lama semakin nyaring suaranya, siapa itu Bu Teriak-teriak, gegas ibu melangkah membuka daun pintu, pak Dadang, silahkan duduk terdengar ucapan ibu, aku pun menyusul ibu ke depan, sudah ku duga pasti pak Dadang, ada apa pak Dadang kemari? Tanya ibu. Jangan pura-pura gak tahu hari ini ibu harus membayar cicilan hutangnya, jelasnya dengan penuh penekanan, oh maaf pak Dadang tapi hari ini saya belum punya uangnya, beri saya waktu ya, ucap ibu. Gak bisa Bu Mayang pokoknya ibu harus bayar cicilannya hari ini, kecuali, sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah aku. Kecuali apa pak Dadang? tanya ibu lagi. Kecuali gadis cantikmu menikah denganku, Ucapnya. Aku yang dari tadi mematung di bibir pintu melihat pak Dadang dan dua jongosnya berbicara sama ibu, sontak kaget dan terperangah mendengar ucapan pak Dadang. Apa, kata mu, aku harus menikah dengan bapak, jangan mimpi, sebaiknya bapak pergi saja deh dari sini, uang sepuluh juta yang jatuh tempo dua Balan lagi kan, bapak boleh datang tepat dua bulan lagi dan akan Arsy bayar kontan ucapku tegas. Pak Dadang dan anak buahnya terkejut mendengar ucapanku barusan, seolah tak percaya kalau seorang Arsy seberani itu mengusir dirinya. Merasa tertantang pak Dadang pun memberikan syarat, kalau dalam dua bulan belum bayar kamu harus bersedia menjadi isteri ke empat saya. Baik, Sekarang silahkan pulang ucapku santai. Setelah itu pak Dadang mengajak dua jongosnya untuk pergi, setelah pak Dadang pergi, aku pun membawa ibu masuk kedalam sambil merangkul pundaknya. Karena malas kalau harus mendengar ocehan ibu-ibu biang gosip itu. Setelah masuk kedalam dan kami duduk di meja makan, ibu menatapku dalam, ada kecemasan dalam matanya. Dari mana kamu punya uang sepuluh juta dalam waktu dua bulan? Ucap ibu membuka obrolan. Aku pun sebenarnya masih bingung bu,! Tapi kenapa tadi dengan berani kamu terima tawarannya pak Dadang? Aku gak mau Bu, kalau harus mengorbankan masa depanku demi laki-laki seperti pak Dadang, jadi istri pertama aja ogah apa Lagi harus jadi yang keempat. Terus bagaimana mana ini!, Ucap ibu cemas Udah ibu Jangan cemas, bukankah ibu selalu bilang jangan pernah berputus asa, ada Allah bersama orang-orang yang sabar. Jadi Arsy yakin Allah akan memberikan jalan keluarnya. Sesaat ibu tersenyum menatapku sambil membekup kedua tangannya di pipiku, kamu benar nak, ternyata anak ibu sudah bisa berpikir bijak ya, ucapnya sambil menyentil ujung hidung mancung ku dengan gemas. ya dong Bu kan ibu yang selalu menasehati Arsy. Terus apa rencana Arsy ? Tanya ibu Rencananya sih Arsy akan pergi ke Jakarta untuk mencari kerja di sana, tapi Arsy masih bingung karena Arsy hanya tamatan SMA. Apa Arsy yakin? tanya ibu lagi. Insyaallah Arsy yakin bu, tapi kalau Arsy pergi ibu sendirian dong, Arsy gak tega ninggalin ibu sendiri, sambil ku tatap wajah ibu. Kalau memang yakin, pergi aja, ibu gak papa kok, ibu bisa jaga diri sendiri. Mendengar ucapan ibu aku memutuskan untuk segera pergi ke Jakarta, aku tidak mau membuang waktu lagi. Baiklah ibu, mumpung masih pagi Arsy siap-siap ya, Arsy akan berangkat hari ini juga, ya udah ibu bantuin ya, aku mengangguk dan bergegas ke kamar memasukan beberapa baju ku kedalam sebuah ranselku, tak lupa aku mengambil bingkai foto kecil yang terpajang di dinding kamarku, dan memasukkannya kedalam tas ku. Akhirnya siap, ibu menatapku tajam kemudian memelukku erat, sambil menyeka air matanya di balik punggungku, aku tahu ibu sebenarnya berat melepaskan aku pergi jauh dari dirinya namun dia mencoba menyembunyikan dari diriku. Aku melerai pelukan ibu dan memegang kedua tangannya, menatap wajah wanita yang telah melahirkan aku ke dunia ini, ibu jangan sedih ya, Arsy janji akan selalu menelpon ibu. Dan ibu harus jaga diri ibu baik-baik ya, kabarin Arsy kalau ada apa-apa. Ibu hanya mengangguk, dia sudah tak sanggup berkata bibirnya bergetar menahan air matanya supaya tak tumpah di hadapanku. Ku gendong tas ranselku, kemudian melangkah keluar, ibu mengantarkan aku sampai ke ujung pintu keluar, aku pamit ya bu, sambil mencium punggung tangannya, dan ibu membalas dengan mengelus lembut pundak ku. Dah ibu, sambil melambaikan tangan ke arahnya dan bergegas pergi menuju ke terminal dengan naik ojek. Dah sampai ini neng, ini uangnya makasih ya pak. Sama neng jawab si bapak. Gegas aku menulusuri bus satu persatu, dan aku sempat bingung bus yang ke Jakarta yang mana ya?. Lebih baik aku tanya saja sama orang-orang yang ada disini. Mataku tertuju pada kursi biru itu, ada mbak-mbak lagi duduk menunggu seseorang. Segera ku dekati, maaf mbak aku Arsy mau nanya bus ke arah Jakarta yang mana ya? Mbak bertubuh gemuk itu menatap ku sesaat, dari ujung kaki sampai kepala entah apa yang ada dalam pikirannya melihat aku segitunya, maaf mbak bus yang ke Jakarta yang mana ya? Ku ulangi pertanyaannya. Eh !, adik ini mau ke jakarta ya, sambil mempersilahkan aku duduk di sampingnya, sama bibi juga mau ke sana, kenalkan nama saya Wati, panggil aja bik Wati, ucapnya ramah. Oh berati kita satu tujuan ya bik. Maaf bik tadi Arsy perhatiin bik Wati kek bingung gitu, kenapa bik Wati ada masalah? Ia tadi bibi udah janji sama seseorang yang mau ikut bibik kerja ke jakarta, tapi tiba-tiba bilang gak jadi katanya, karena gak dikasih izin suaminya, Padahal bik wati sudah bilang sama bos kalau hari ini bibi sudah temuin pengantin mirna, jelasnya. Emangnya bik wati kerja dimana? Bibi kerja jadi ART, di Jakarta, aduh nanti harus bilang apa sama bos, ucapnya panik. Bagaimana kalau arsy aja yang gantiin bik? Ia terperanjat saat mendengar usulanku, nak Arsy yakin mo jadi ART kayak bik Wati, tanya terkekeh memastikan. Kalau bik Wati mau sih, Arsy juga masih bingung sebenarnya sampai di Jakarta harus ke mana? Alhamdulillah ya Allah engkau mendengar doaku, ucapannya sambil memelukku dalam posisi duduk, kebetulan sekali berarti nanti Arsy bisa tinggal disana sama bik wati. Alhamdulillah ya bik, Allah mempertemukan kita disini. Yuk bik kita naik busnya dah mau berangkat kayaknya. Kami berduapun duduk berdekatan didalam bus menuju Jakarta. ________ Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook