bc

Annoying Mr. Geo

book_age18+
478
FOLLOW
1.5K
READ
friends to lovers
drama
sweet
bxg
first love
friendship
school
like
intro-logo
Blurb

Zeolily adalah seorang gadis yang tidak percaya akan cinta, dirinya terkenal dengan sikap cuek dan tidak peduli dengan sekitar. Ia hanya memiliki beberapa teman saja meski kenal dengan banyak orang.

Suatu hari ia bertemu dengan seorang lelaki tanpa sengaja, dirinya malah dibuat kesal. Lelaki tersebut bernama Geovano, ia merupakan murid yang cukup populer di SMA Cendekia.

Sejak itu, Geo selalu terlihat bersama Zeo, terlebih lagi saat ada satu kasus yang membuat mereka semakin terus bersama. Meski terkadang Zeo kesal karena lelaki itu berubah menjadi seorang pemaksa meski itu untuk kebaikan Zeo sendiri.

Tak terasa bahwa tiba-tiba cinta tumbuh di antara mereka, Zeo mulai mempercayai akan adanya cinta. Seorang Geo telah berhasil menyentuh hatinya dalam waktu yang terhitung singkat.

Zeo mulai bersahabat dengan yang namanya cinta, namun entah mengapa selalu saja ada masalah yang muncul. Ia tak pernah mengira Geo akan melakukan sesuatu yang membuat dirinya benci padanya.

Apakah Zeolily akan mempertahankan hubungannya dengan Geo? Atau akan mengakhiri hubungannya begitu saja? Lalu apa kesalahan yang dilakukan Geo sehingga membuat Zeo membencinya?

chap-preview
Free preview
Bab 01 ─ Love isn't real
“Gua dengar Erina sangat dekat dengan temannya yang sedari kecil bersamanya.” Bisik gadis cantik, memiliki rambut cokelat, sesekali dia memelotot pada teman-temannya. “Tentu, namanya juga teman! Apalagi kalau mereka satu kelas.” Sanggah Rosy, gadis itu tidak berani berpikir hal yang tidak-tidak pada siapapun. Setidaknya dia bisa bersikap netral dan tidak terlalu mengikut campuri urusan orang lain. Rosy, si gadis berambut pirang keturunan korea. Teman baiknya Zeo sejak kelas satu. Sosok Rosy adalah sosok gadis yang selalu ceria dan bisa membuat temannya melupakan kesedihannya. Ya! Dia tidak suka jika temannya merasa sedih dan akan berusaha membuat temannya lupa dengan kesedihannya meski hanya sesaat. “Tapi mereka itu lebih cocok jika dipanggil sepasang kekasih," ujaran gadis satu lagi yang ikut menyela pembicaraan, tangan kanannya memegang sebuah minuman kesukaannha, Xiboba. Dia menoleh pada gadis berambut pirang keturunan korea yang terduduk di bangku sampingnya. Namun gadis tersebut hanya menggelengkan kepalanya. "Mengapa tidak ada hubungan special diantara mereka? Padahal... yah... kalian semua tahu... semua orang di sini sangat menyukai hubungan Erina dengan lelaki itu jika menjadi pasangan.” Jenna menyeruput minuman dambaanya. Jenna, teman Zeo satu ini terkesan begitu tomboy. Dirinya memiliki kekasih, namanya Johnny yang merupakan salah satu cowok populer di SMA Cendekia. Jenna juga selalu bergerak paling depan kalau soal berantem jika temannya mendapatkan masalah dan tidak takut dengan suasana itu. Jenna itu teman terbaik! Selalu mengutamakan ketenangan teman-temannya. “Erina? Sama siapa?” tanya Seola dengan kening bertaut. Seola, gadis pindahan dari Tokyo ini selalu menggunakan kacamata. Dia tinggal di Jakarta hanya karena bisnis kedua orang tuanya yang mengharuskan dirinya ikut. “Sama Geovano Federico, lo lupa?” Lisa menambahkan, membuatnya memangut-mangut dan paham apa yang dia maksud. Lisa, gadis dengan sejuta pengikut. Kecantikannya tidak bisa dibohongi, bahkan dirinya hampir disebut mirip dengan Lalisa blackpink, idol Korea yang sangat terkenal. Lisa terkadang sikapnya seperti anak kecil, jika merasa senang, ia akan meloncat-loncat. “Gua juga dengar, dia memang dekat dengan Geovano dari kelas sepuluh dan gua juga dengar Geovano hanya menganggap Erina sebagai adiknya! Apa kalian tahu? Yang dia ucapkan tidak akan pernah berubah.” Tutur Gava dengan yakin. Gava, teman pertama Zeo. Dirinya adalah sosok yang selalu ceria, namun sikapnya berubah saat dekat dengan satu cowok yang plin plan. “Bisa nggak sih kalian nggak usah ngomongin cinta atau apalah itu? Gue malah muak banget dengernya tahu nggak? Cinta itu nggak seindah yang kalian kira.” Dengus Zeo. Kenalkan, ini Zeolily tokoh utama dalam novel ini. Gadis yang patah karena masa lalunya dan memiliki banyak misteri di hidupnya. Memiliki sifat yang sekalinya menyukai seseorang, rasa sukanya tak akan pernah hilang. Sedari tadi gadis yang mendengus kesal itu hanya terdiam dan terlelap di balik tautan kedua tangannya, gadis itu hampir tertidur, namun tidak bisa karena teman-temannya yang sangat berisik karena sibuk bergosip. “Lo nggak boleh gitu, Zeo .. karena bagaimanapun juga, lo membutuhkan cinta buat hidup. Seperti ya... Lo pun tahu, cinta kepada Tuhanmu... ibumu... ayahmu... keluargamu? lu nggak sayang sama mereka juga?” Jenna memicingkan kedua matanya saat beradu tatap dengan gadis bernama Zeolily. "Ada apa dengan anak ini?" batin Zeo yang mulai merasa dirinya kini dicurigai oleh Jenna. Zeo memutar bola mata indahnya, “Itu beda, Jenna. Gua nggak pernah mengira cinta sejati yang kalian maksud ada di dunia nyata.” Geruntunya, sejujurnya Zeo belum pernah membuma dirinya untuk sebuah cinta, menurutnya, itu hanyalah akan membuang waktunya saja. Zeo kembali melelapkan wajahnya dikedua tangannya yang dia tautkan tersebut sebagai bantalan pipinya. “Lalu, kau nanti mau nikah dengan siapa? Kak Serra kelas tiga anak IPA?” tanya Jessy dengan selaan tawanya, terdengar dia tertawa begitu renyah membuat Zeo malas menyahut padanya. Lalu Zeo mendonggakkan kepalanya, menatap malas pada Jessy yang seolah menyudutkannya. “Lu kira setelah Varo meninggal dunia, gue jadi enggak waras? Bener-bener deh.” Zeo tidak bisa menahan kekesalannya, hatinya begitu hancur saat menyebutkan satu nama yang selama ini ingin dia lupakan. Gara-gara topik di kelas. Gava mendekat pada Zeo, tangannya mengusap punggung gadis itu dengan lembut, mencoba menenangkan sahabatnya. “Ayolah, Zeo. Jessy 'kan cuman bercanda, jangan terlalu dibawa hati." Gava bertutur begitu lembut, dia paham betul dengan sikap sahabatnya yang satu ini. Selain sensitive, Zeo juga mudah sekali merasa tersinggung. “Terserah kalian.” Zeo berdiri dari bangkunya, lalu gadis itu mengambil langkah keluar dari kelas dengan kaki dihentakkan yang bisa terdengar oleh seisi kelas, teman-temannya tampak kebingungan dengan sikap teman satunya. Zeo sudah tidak terlihat lagi di ambang pintu, tidak ada yang menyahut lagi setelah itu, tidak ada yang tahu Zeo akan pergi ke mana. Gadis itu tidak biasanya tersinggung sampai begini. Kali ini, Zeo sudah berada di depan ruangan yang jauh sekali dengan kelasnya. Ruang kelas musik, Yah, letak ruangan musik memang jauh dari kelas manapun. Hanya dekat dengan kantin dan toilet ujung yang terkenal dengan cerita horor yang selalu melegenda. Zeo masuk ke dalam ruangan musik, dia berjalan pelan mendekat pada benda besar dengan not berwarna putih yang berjajar dengan rapi. Zeo terduduk di kursi bulat yang kecil khusus, ia menyentuh not piano itu dengan jemarinya, Zeo menggeram dengan kesal, teman-temannya tidak pernah mengerti pada dirinya? Zeo memukul deretan not piano itu hingga menghasilkan suara yang cukup keras, bibirnya ingin mengucapkan sumpah serapah pada dirinya sendiri, hatinya belum bisa Move on dari cowok sebelumnya yang sempat mengisi hatinya. “Melupakan nggak semudah mengingat 'kan? Gua bahkan heran dengan orang yang baru saja putus dengan kekasihnya langsung punya kekasih baru. Tapi bagaimana caranya? Gua sudah mencoba untuk mencari kekasih baru tapi nggak bisa!” Zeo menggerutu, sesekali dia memegang kepalanya yang mulai terasa pening, matanya terpejam. “Cinta itu emang bikin hidup jadi semakin rumit.” Ucap Zeo dengan lirihnya, meski suaranya kecil, namun percayalah! Penuturan yang terucap malah menggema di ruangan. “Lu kenapa?” °°°~••~°°° Cowok tinggi, berkulit putih, alisnya begitu tebal seperti ulat bulu, hidungnya yang lancip, badannya kekar, rambutnya tidak kalah keren dari artis-artis Korea Selatan lainnya, dia terduduk di atas kursi kantin, mencoba untuk menenangkan diri. Siapa sangka, semua orang suka ketenangan. Kali ini kantin belum cukup ramai untuk dikunjungi, lelaki itu menyeruput coffee favoritenya yang dia pesan beberapa menit yang lalu. Jreng!! Mendengar suara aneh yang cukup mengganggunya, dia segera berdiri untuk memastikan suara apa itu? Cowok itu menduga suaranya terdapat di ruang musik. Jelas saja suara berisik yang cukup mengganggunya tadi adalah suara not piano. Siapapun bisa menebaknya dengan cepat. Cowok itu memaksa kakinya untuk mengambil langkah ke luar dari kantin dan berjalan mengikuti suara yang mengganggu ketenangannya tadi. Koridor cukup sepi, hanya ada beberapa siswa dan siswi yang berlalu-lalang. Tidak membutuhkan waktu lama, cowok itu sudah sampai di koridor yang dekat dengan ruangan kelas musik, terlihat seseorang yang tengah terduduk di depan piano. "Itu siapa dah? Nggak mungkin ada hantu disiang bolong begini kan?" batinnya membungkam semua rasa kebingungan yang ada dalam dirinya. "Kayaknya... gua pernah lihat itu cewek, tapi mungkin enggak dah. Mungkin dugaan gua salah, rambut itu pendek! Kalo dugaan gua bener..." Seketika kepala cowok itu tergeleng dengan cepat, mencoba menepis pikirannya jauh-jauh. Jelas dia baru saja melihat gadis berambut pendek itu, wajahnya saja dia tidak pernah tahu. "Kenapa gua harus peduli? Buang-buang waktu aja." Ketusnya lalu dia berbalik. Namun saat akan mengambil langkah akan pergi dari sana, cowok itu mendengar lirihan halus. "Cinta itu emang bikin hidup jadi makin rumit." Tap. Entah mengapa, tiba-tiba langkahan cowok itu terhenti saat mendengar lirihan gadis piano. Rasanya ada yang aneh saat dia mengatakan hal tentang cinta. Lantas cowok itu berbalik arah lagi menuju pintu masuk, dia melipat kedua tangannya di atas d**a lalu menyandarkan bahunya di ambang pintu. "Lu kenapa?" "Cih, bukan urusan lu." Ujar Zeo tanpa menoleh, tangannya masih memegang keningnya yang membuatnya tertunduk, memijat pelipisnya agar peningnya sedikit mereda, matanya menatap not piano yang berwarna putih itu, sesekali matanya terpejam sebentar. "Gua tahu," cowok itu tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tanpa permisi dan mendekat pada Zeo, lalu menyeret kursi yang menganggur bebas untuk dia duduki. "Terus? Nggak salah 'kan kalau lu jawab. Hey, bentar dah, kayaknya gua kenal sama lu." Ujar cowok itu dengan ramah dan mencoba untuk bisa berinteraksi. Berbeda dengan Zeo yang malah merasa kesal, sebenarnya dia tidak ingin diganggu, namun apa boleh buat, hatinya sangat kesal sekarang. Brak! "Lu bisa nggak sa..." penuturannya terhenti saat melihat cowok di hadapannya yang malah tersenyum ramah membuat Zeo menciut sekaligus malu. "...Geo?" Nyalinya mengecil, ya, dia adalah Geovano. Orang yang beberapa menit yang lalu dibicarakan oleh teman-temannya di kelas. "L-lagi ngapain di sini? Peduli lu apa? Ganggu orang aja!" ujar Zeo, dia memalingkan wajahnya. Zeo sangat tidak ingin menatapnya, cukup, Zeo hanya ingin beristirahat dan mendinginkan pikirannya sejenak. "Gua kira lu lagi bermasalah sama yang namanya cinta, gua... cuman pengen denger aja sih." Tatapan Geo yang masih ramah membuat Zeo semakin merasa bersalah, lelaki itu malah tersenyum dengan tulus seolah bersedia untuk mendengarkan keluh kesah Zeo. "Jangan bilang lu peduli tentang cinta, lu tahu? Cinta itu nggak ada!" bantah Zeo dengan sedikit emosi, mengapa hari ini terus saja dibahas tentang cinta? Aneh, dunia sedang tidak berpihak padanya. Geo mendekatkan wajahnya pada wajah Zeo, membuat Zeo semakin membelalakkan mata bulatnya. Dia terkejut saat bisa menatap wajah Geo sedekat ini. "Apaan sih? Emang tau dari mana?" tanya Geo yang sepertinya malah membuat Zeo merasa tertantang, ucapan Geo memang terdengar dingin, tapi tidak bisa mengalahkan dinginnya hati Zeo yang sudah beberapa bulan membeku. "Kehidupan orang kan berbeda. Menurut hidup gua, cinta itu cuman sesuatu yang bisa bikin gua lemah, nggak berdaya, membuat hidup jadi rumit dan banyak hal lainnya deh tentang cinta. Paham?!" Zeo mengatupkan bibirnya, dia menatap sinis pada Geo, bahkan melirik cowok itu hanya dengan ujung matanya. "Ck! Dasar..." ujar Geo dengan selaan tawa, Zeo merasa itu bukan sekedar tawaan, itu sebuah penghinaan! "Heh! Kenapa lu ketawa? Gua lagi nggak buka acara komedi tahun sekarang!" protesnya. NamunGeo tidak membalas ucapan Zeo, dia masih tertawa, lalu terkekeh pelan. Perlahan Zeo melirik pada Geo, dia menatap Geo dengan penuh pertanyaan. "Lu... bentar! Lu itu Geo pacar kak Erina 'kan?" tanya Zeo dengan kening berlipat-lipat. Seketika Geo terlonjak kaget, kedua alisnya bertaut. "Hah?" Zeo mendesah pelan, "Lu nggak sadar? Lu 'kan sama Kak Erina selalu menjadi pusat perhatian di sekolah, kayak couple goals atau apalah namanya." Jelas Zeo. "Terus?" Geo kembali bertanya membuat Zeo geram ingin memakinya. Zeo menatap pada piano, sesekali meraba notnya, matanya jelas beralih pada piano itu. "Mending sekarang lu pergi! Gua nggak mau ada masalah sama lu atau Kak Erina. Cukup hidup gua sudah rumit sekarang, dan lu! jangan pernah bikin masalah di hidup gua!" peringatnya, lalu menatap Geo satu detik. Kemudian beralih pada piano lagi. "Jadi lu nyuruh gua?" tanya Geo, kedua tangannya ditautkan di depan d**a bidangnya, kepalanya sedikit miring dan tersenyum miring. "Itu bukan nyuruh! Itu perintah!" teriak Zeo dengan hentakan kaki. "Baiklah-baiklah! Gua pergi!" Geo menutup telinganya, dia memutuskan untuk pergi dari sana sebelum macan di hadapannya ini mengamuk dan membuat dirinya luka-luka karena cakaran tangannya. Setelah kepergian Geo, Zeo bisa bernapas dengan lega. Gadis itu merasa baru saja habis diintrogasi, beberapa menit kemudian, ternyata teman-teman Zeo seperti Jenna, Rosy, Seola, Gava dan Jessy menghampirinya. "Zeo! Gua denger teriakan dari sini!" ujar Jessy dengan napas yang ditahan, dia berlarian dengan yang lainnya ke mari. "Nggak, itu... cuman... ya... gua nggak denger apapun." Kata Zeo, matanya bergerak tak menentu arah seolah dirinya tengah mencari alasan yang tidak klise. Zeo berpikir keras bagaimana mengalihkan topik, tatapan teman-temannya menyeramkan sekarang membuatnya tidak bisa berbohong. "Tunggu sebentar! Gimana kalian tahu gua di sini? Sebelumnya kalian ada di kelas kan?" tanya Zeo, terlihat jelas teman-temannya saling menatap satu sama lain, namun tidak bisa memberikan alasan. "Berhasil." Batin Zeo berujar, ia berhasil mengalihkan pikiran teman-temannya. Zeo bisa melihat dengan jelas, kelima temannya hanya bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Kebohongan sudah terlihat di wajah mereka. "Emm... gua lupa." Tukas Jenna. "Hey! Gua lihat tadi lu bareng sama Geovano? Mampus lu Zeo, pasti lu bakal didatangi Kak Erina." Ujar Seola pada Zeo. "Dia yang datang sendiri, gua nggak tahu apa-apa, jadi nggak usah bikin gua takut! Itu nggak akan mempan buat gua!" sela Zeo, benar, bukan Zeo yang meminta Geo untuk menghampirinya. Malah Geo sendiri yang mengganggunya tadi saat menanangkan pikiran. "Hey Zeo! Lu tahu nggak? Lu itu sangat beruntung bisa ngobrol bareng Geovano Federico. Lu ingat gua pernah bilang kalau dia adalah laki-laki yang dingin kayak es batu? Ngomong aja seadanya, seolah kosa kata dia cuman sedikit di dunia ini." Seola berujar, gadis tokyo itu menepuk-nepuk pipinya gemas pada diri sendiri. Hanya berkhayal kalau dia dapat berada di posisi Zeo. "Dan... dia itu ganteng banget!" jerit Jessy. "Tinggi juga! Ya! Ya! Gua mungkin suka sejak lama. Apalah daya diriku ini kalah dengan Kak Erina." Ujar Rosy. "Kalian, kalian menganggap kalau Geo itu seorang pahlawan super kayak di kartun-kartun yang ketemu sama fans nya, atau Geo adalah salah satu member K-pop idol yang gua culik ke ruang musik demi bisa ngobrol waktu berduaan sama dia? Kalian sadar nggak sih? Sikap kalian berlebihan!" ujar Zeo panjang lebar, bahkan Gava sempat menghitung jumlah kata yang dilontarkan Zeo dengan Jarinya. "Delapan puluh satu kata! Padahal lu bisa ngomong lebih banyak lagi, terus lu bakalan jadi seorang rapper, Zeo." Ujar Gava membuat seisi ruangan menatapnya, Gava menutup kedua telinganya. "Gava!" Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Head Over Heels

read
15.7K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.5K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook