bc

Filantropi

book_age16+
452
FOLLOW
3.0K
READ
others
badgirl
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
lighthearted
coming of age
first love
like
intro-logo
Blurb

Bisakah kamu menjalani hidup dengan penuh kebohongan? Tersenyum dan tertawa seolah menjadi orang terbodoh di dunia meski kamu sudah menyadari semua adalah kepalsuan.

Ellea Kaisla Lee, gadis cantik periang, yang harus menjalani sepanjang hidupnya dengan satu patu-paru saja. Berjuang melawan penyakit juga dunia yang menekannya terlalu dalam. Sampai ia tidak bisa lagi merasakan apa itu sebuah kebahagiaan yang sesungguhnya. Semua itu sudah ia simpan rapat-rapat, hingga suatu hari ia bertemu dengan Zayyan Revaldo. Seorang pria yang berprofesi sebagai guru les. Laki-laki itu membuka gembok yang telah ia kunci. Membukanya dengan sebuah kunci bernama Cinta.

"Kamu mau apa?"

"Bahagia," jawabnya.

-FILANTROPI 2021-

chap-preview
Free preview
Filantropi-1-
"El, besok les piano jam empat sore." "Oke," jawabnya. "El, jangan banyak makan makanan cepat saji. Mami udah siapin sarapannya." "Oke," jawabnya. "Kamu harus dapet piala itu, ya El." "Aku usahain," jawabnya. "El-" "El, kamu harus-" "El~" Gadis itu terengah dah langsung mendudukkan diri. Mimpi mengerikan itu kembali menghantuinya. Dirabanya sekeliling kasur itu dengan cepat, mengambil remot kecil dan menekan tombol yang ada di sana. Napasnya tersenggal, ia segera menyalakan lampu dengan cepat. Memperlihatkan terang di sekeliling kamar itu. Tidak papa, sekarang lampunya sudah menyala. Tak lama kemudian, seseorang memasuki kamarnya tanpa harus menunggu persetujuannya. Seorang perempuan berumur dua puluh akhir itu segera menghampirinya, memeluk tubuh gadis yang banyak berkeringat itu. "Nggak papa, Mbak ada di sini. Jangan takut lagi." Tangan lembut itu mengusap punggung ringkih dalam pelukannya. Tubuh itu bernapas dengan terputus. "El? Lihat mata Mbak. Lihat sini, Sayang." "Mbak, suara itu muncul lagi. Dia ganggu tidur aku." Mata Ellea bergerak-gerak dengan penuh ketakutan. Tangannya menggenggam lengan Ayu dengan kuat. Memberikan bekas kemerahan di sana. "Nggak papa, El. Sekarang suara itu udah nggak ada. Kamu mau tidur lagi?" Ayu mengusap kepala berkeringan Ellea. Menyingkirkan rambut panjang itu agar tidak menutupi wajah cantiknya. Ellea mengangguk, tubuhnya kembali dibaringkan oleh Ayu. "Tidur lagi, ya. Mbak temenin di sini. Mbak ada di sini," ujarnya menenangkan. Gadis itu masuk dalam rengkuhannya. Mereka tertidur dalam satu selimut yang sama. Ayu menepuk punggung Ellea pelan agar gadis itu tahu, dia tidak sendirian. Ada yang menemaninya di sini. *** "Morning~" Suara melengking itu terdengar di segala penjuru ruangan bawah. Ellea baru saja menuruni tangga. Orang-orang dengan seragam hitam selutut itu membalas sapaannya dengan sebuah senyuman pula. Anak majikannya sangatlah ceria. Selalu menyapa kala pagi tiba. "Masak apa hari ini?" Gadis itu melangkahkan kaki ke dapur, melengokkan kepala mengintip ke dalam panci yang sedang merebus jagung. Lalu badannya di dudukkan di kursi makan. Hanya ia seorang diri di sini, tidak ada anggota keluarga yang lain yang menemaninya untuk sarapan. "Mau s**u dulu?" Ayu datang dari arah belakang, menepuk pundaknya sekali. Ellea terlihat berpikir sebentar, lalu mengangguk pelan. "Boleh, deh." "Udah gosok gigi, belum?" "Udah lah, masa belum. Nih, cium. Hah, hah." Ayu mengibaskan tangannya di depan wajah, bersikap seolah ia terganggu dengan bau mulut gadis itu. Padahal sebenarnya tentu saja tidak. Gadis itu selalu melakukan perawatan tubuh dengan baik. Dalam kurun satu minggu, setidaknya dua atau tiga kali akan ada dua orang perempuan yang datang ke rumah, mengurusi kesehatan tubuh Ellea. Seperti melulur tubuhnya, memijat, memotongkan kuku kakinya atau apalah itu, Ayu tidak terlalu paham. "Bayu," panggilnya dari belakang. Tangan kurus itu memeluk Ayu dari belakang. Untung saja Ayu bisa mengendalikan diri supaya tidak menumpahkan minuman berwarna putih itu. "Apa?" "Nanti siang, temenin ya?" Rayunya. "Ke mana?" Ayu meletakkan gelas itu di depan Ellea yang sudah duduk kembali. Ia mengikutinya untuk duduk di sebelah kanan gadis itu. Ellea menariknya untuk mendekat, membisikkan sesuatu di telinganya. "Mau ketemu sama Marco," ujarnya diikuti sebuah cekikikan di akhir kalimat. Ayu segera menjauhkan diri. "Idih, nggak mau ah. Masa tiap hari dijadiin kambing congek terus." "Iiih, nggak tiap hari juga, kok. Sekali ini doang, ya?" Ellea mengedipkan matanya sambil tersenyum. Biasanya, laki-laki di luar sana akan bertekuk lutut setelah melihat aksi menggemaskan itu. Tidak tahu, akan bagaimana jika ia memperlihatkannya pada Ayu. Semoga saja perempuan itu juga menyukainya. "Ih, bilangin ibu ah. Anaknya harus diperiksain. Kali aja cacingan," ledeknya. Membuat Ellea mendelikkan mata, sebal. Ternyata itu tidak berlaku pada Ayu. *** "Bye, Mi. Oke. Aku bakal les dengan baik. Siap, deh." Gadis dengan baju terusan selutut tanpa lengan itu berdiri di depan sebuabmh bangunan bertingkat. Menunggui seseorang yang sedang bernegosiasi dengan seorang pria berumur di dalam sana. "Pak, ini ada sedikit bingkisan buat Bapak. Mohon diterima, ya." Ayu menyerahkan jinjingan itu kepada guru les Ellea. Entah apa yang gadis itu berikan, yang jelas tugasnya hanya harus membuat pria ini menerimanya. "Saya nggak sanggup lagi, beneran deh. Saya suka bingung kalau ditanyai sama Nyonya. Harus jawab apa lagi?" Ayu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia juga sebenarnya tidak ingin melakukan hal ini jika bukan Ellea yang meminta. Tapi, apa boleh buat? Gadis itu kesayangannya. Tidak mungkin bagi Ayu jika harus menolak permintaannya. Dengan beberapa sogokan tambahan, akhirnya Ayu berhasil keluar dari gedung. Menghampiri Ellea yang melihat jam dengan gusar. Lalu matanya membulat setelah melihat sosok Ayu yang mendekat. "Bayu, cepetan ih. Marco udah nungguin dari tadi," ujarnya seraya menarik Ayu untuk berlari. Ayu menahan langannya agar langkah kaki semangat gadis itu berhenti. "Nggak boleh lari-larian. Jalan biasa aja, El." "Ck, oke. Tapi cepetan." Meski menuruti perkataan Ayu bahwa ia tidak boleh berlari, kaki bersepatu putih itu berjalan cepat. Dalam pandangan orang lain, mungkin tidak ada bedanya dengan berlari. Tapi pikiran gadis itu tentu saja berbeda. Mereka mendekati tempat tujuan, sebuah taman yang jarang orang berlalu lalang. Ellea yang berjalan lebih dulu di depannya itu terdiam. Memandang ke arah depan dengan tangan dikepalkan. "El, kenapa?" Ayu menepuk pundak gadis itu. Karena Ellea yang tidak kunjung menjawab, Ayu mencari satu tituk di mana mata gadis itu berfokus. "Kurang ajar banget!" Kesalnya sembari menghentakkan kaki. Ayu yang bingung, lalu hanya bisa mengikuti Ellea yang berjalan kesal ke arah sana. "Ada apa, sih El?" "Marco selingkuh, Bayu." Mata Ayu membulat. Mencari-cari sosok laki-laki yang disebutkan Ellea. Tidak ada. Ia tidak menemukannya di mana pun. Langkah mereka berhenti di depan sebuah tempat makan. Lalu mulut Ayu membentuk sebuah bulatan. Ooh, jadi yang dikatakan Ellea memang benar. Pacarnya itu sedang duduk berduaan dengan seorang perempuan lain sambil berpegangan tangan di atas meja. Ayu menutup mulut tidak percaya. Dari jarak sejauh itu, Ellea bisa mengenali sosok Marco yang bahkan, meski banyak orang yang berlalu lalang di sana tetap dikenali mata kecil Ellea. Ayu tidak habis pikir. "Masuk, Bayu. Gue mau labrak dia. Najis banget laganya kayak orang ganteng aja. Tcih!" Ellea meludah ke samping. Sedangkan Ayu hanya bisa mengelus d**a, ucapan gadis itu memang tidak bisa dipercaya. Atau lebih tepatnya, ucapan Ellea sering berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Seperti ini contohnya. Gadis yang sedang menggigit bibir bawahnya dengan kesal itu, kemarin mengatakan hal berbeda tentang Marco. "Ngapain El, liatin hape terus?" Gadis itu terduduk dan memperlihatkan gawainya pada Ayu. "Liat, deh. Marco ganteng banget 'kan ya? Kumis tipisnya, beuh. Nendang banget. Cakep gila." Ellea menjerit gemas. Ayu hanya bisa tersenyum prihatin. Terpaksa mengangguk saat melihat foto yang diperlihatkan Ellea padanya. Padahal, dilihat dari mana pun laki-laki bernama Marco itu tidak ada tampan-tampannya. Sekarang, mata gadis itu sudah terbuka lebar ternyata. Sudah sadar sepenuhnya. "Muka jelek aja berani selingkuh. Apalagi punya muka kayak Cha Eun Woo, kali ya. Beuh, nikahin cewek sekampung bisa, tuh," ucapnya pedas. Dadanya naik turun seiring napasnya yang memberat. "El, cukup. Kita pulang aja. Jangan hirauin cowok jelek itu." "Iya 'kan Bayu? Dia jelek. Mata gue nggak salah liat berarti." Ayu memelas, berbisik pada dirinya sendiri, "Padahal kamu kemarin-kemarin sering puji-puji dia ganteng." "Apa? Lo ngomong apa, sih? Gue mendadak budeg karena orang jelek itu." Dengan langkah tegasnya, Ellea memasuki pintu kaca itu. Duduk manis tepat di belakang Marco yang sedang asyik menciumi tangan perempuan di depannya. Melihatnya, Ayu segera mengikuti. Ikut duduk di sebelah Ellea yang masih misuh-misuh. "Sayang, hari ini kita habiskan waktu di rumah kamu, ya. Nanti biar aku bayarin semua ini. Jangan kbawatir, ada Aa Fano di sini." Mata Ellea membulat, siapa? Barusan Marco menyebut namanya siapa? Fano? Bertambah kesallah Ellea hingga menggertakkan gigi. "Aa belum punya pacar, 'kan? Aku nggak mau kalo nanti di tengah jalan ada yang ganggu hubungan kita." Perempuan itu berujar manja. "Belum dong. Aa nggak ada pacar. Cuma Eneng yang ada di hati Aa Fano seorang." Jika tadi jarum jam kemarahan Ellea berada di angka empat, maka sekarang jarum itu berputar cepat ke angka lima belas. Melampaui batas yang sesungguhnya. Kemarahannya sudah mendidih, siap ditumpahkan ke laki-laki kegatelan itu. "Mau pesan apa?" Tiba-tiba seorang laki-laki dengan buku menu di tangannya datang, menawari Ellea dan Ayu. Sudut bibir Ellea tertarik, matanya melengkung tersenyum. Dan Ayu yakin itu bukan pertanda baik. "Sayang, aku nungguin kamu beres kerja. Iiih, masih lama ya? Aku bosen dari tadi, tahuuu." Benar saja. Telinga Ayu sakit mendengar rengekan Ellea yang sengaja diucapkannya dengan lantang sekali. Bahkan pengunjung lain menoleh ke meja mereka. Tentu saja Marco juga ikut melihatnya. Mata laki-laki itu melotot, setelah menyadari siapa yang duduk di belakangnya. Bahkan kakinya terkantuk meja saat tiba-tiba bangkit. Marco menjadi gagu seketika. "E-el, El." Sedangkan Ellea masih bergelayut manja di tangan pelayan tadi. "Sayang, kita pergi kencan, yuk? Aku nungguin kamu dari tadi, loh." Bibirnya mencebik manja. Ayu hanya bisa mematung melihat pemandangan yang sebenarnya tak enak dipandang itu. Bisa apa dirinya setelah Ellea seperti itu? Tidak ada yang bisa menghentikannya. Lagi pula, Ayu tidak tahu apa yang ada dipikiran Ellea sekarang. Apa yang direncanakan gadis itu dalam kepalanya. Ia hanya berharap, jika laki-laki yang sedang digandeng lengannya oleh Ellea itu tidak menolak gadis itu terang-terangan. Tapi jika Ellea dihempaskan sekarang pun, Ayu bisa memakluminya. Siapa yang tidak kaget ketika tiba-tiba ada seorang gadis yang bersikap manja padanya. "El?" Panggil Marco sambil mendekat. Sedangkan gadis itu tidak menggubrisnya. Masih asyik memeluk lengan laki-laki berseragam ala barista itu. Seolah baru pertama kali bertemu, Ellea memandang aneh ke arah Marco. "Siapa, ya?" Marco terlihat gelagapan, melirik sekitar karena orang-orang itu melihat ke arah mereka setelah Ellea mengeraskan suara. Perempuan yang sedang bersama Marco tadi ikut menghampiri, melirik ke arah Ellea dan Marco bergantian. "Kamu kenal dia?" Tanyanya kepada Marco. Tak lupa menggandeng lengannya. Membuat Ellea mendelikkan mata dan memeluk lengan si laki-laki tinggi itu semakin erat. Tidak mau kalah di depan Marco. Ellea bisa merasakan jika lengan yang ia peluk mulai menarik diri, tentu saja tidak akan pernah ia lepaskan meski sekarang, laki-laki itu berusaha keras melepaskan lengannya dengan wajah risih memandang Ellea. Gadis itu memicingkan mata, mengkode laki-laki itu agar tetap diam. Terlepas. Pelukanya pada lengan kekar itu terlepas. Marco memandangnya dalam diam. Tentu saja Ellea tidak ingin terlihat bodoh di hadapan Marco. Bisa malu tujuh turunan jika Marco mengetahuinya yang hanya berpura-pura dengan pelayan kafe ini. Sekonyong-konyong Ellea, gadis itu memeluk pinggang laki-laki yang hendak berlalu dari sana. Ayu bahkan sampai menutup mulut tidak percaya akan apa yang dilihatnya sekarang. Ellea memang tidak bisa diprediksi. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.4K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.5K
bc

Head Over Heels

read
15.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook