bc

Di Atas Awan Terlarang

book_age16+
2
FOLLOW
1K
READ
office/work place
addiction
like
intro-logo
Blurb

Dito, seorang pilot maskapai penerbangan terkemuka, tampak memiliki segalanya: karir yang cemerlang, kehidupan yang mapan, dan seorang kekasih, Tita, yang mencintainya dengan penuh semangat namun terlalu overprotective. Tapi di balik harmoni itu, Dito serasa terpenjara. Kehidupan pribadinya yang diawasi ketat oleh Tita membuatnya merasa tercekik.

Pada suatu penerbangan ke Bali, Dito bertemu dengan Ana, pramugari yang menarik dan penuh misteri. Ana, dengan senyumnya yang merekah dan pandangan matanya yang menggoda, segera menarik perhatian Dito. Di tengah langit biru dan awan putih, mereka memulai sebuah hubungan terlarang yang tersembunyi dari mata dunia.

Semakin dalam mereka terlibat, semakin berat pula rahasia yang mereka gendong. Ketika Tita mulai curiga akan perubahan sikap Dito, konflik pun meningkat. Kebohongan mulai bertumpuk, dan setiap kebenaran yang terungkap hanya menambah luka.

Dalam "Di Atas Awan Terlarang", ikuti perjalanan Dito yang terombang-ambing antara cinta, nafsu, dan kebebasan.

Apakah Dito akan terus terbang tinggi dengan Ana, atau kembali ke pelukan Tita?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Dito dan Tita
“Pokoknya aku nggak mau tahu ya, aku mau kamu pulang sekarang juga. Aku nggak mau ditinggal lama, aku nggak bisa!,” bentak seorang perempuan. Sambil mendengarkan voice note dari kekasihnya, Dito berjalan gontai.. Langkahnya terasa berat.. Hari ini Dito mendapatkan penerbangan panjang yang mengharuskan ia meninggalkan kekasihnya dalam waktu lama karena pekerjaannya sebagai pilot. Ia sungguh mengerti, bahwa kekasihnya ini sangat protektif dan jealous tingkat tinggi kepadanya, bagaimana tidak? Seorang pilot dikelilingi banyak pramugari dan pramugara, apalagi Dito rupawan dan merupakan anak semata wayang, gajinya sebagai pilot juga besar dibandingkan pekerjaan biasa, tentu menjadi santapan empuk para pramugari-pramugari yang ‘haus’ belaian laki-laki. “Terus kamu mau aku gimana? Dari awal kamu tahu kan pekerjaan aku gimana? Sekarang setiap aku kerja, kamu beratin aku terus. Bisa nggak kamu support aku?,” balas Dito melalui voice note. Dito memasukkan handphonenya ke kantong sambil menyesap kopi dingin yang sudah dibeli dari tadi. Di dalam bandara ia berjalan bersama kru kabin lain untuk bersama-sama menjalankan tugas mereka. **** Penerbangan panjang telah selesai, para kru kabin termasuk Dito kembali ke Hotel yang memang disiapkan maskapai untuk kru kabin. Masing-masing awak perlahan memasuki shuttle maskapai dari Bandara Ngurah Rai menuju hotel. Dito mengambil handphonenya dari tas, menyalakan jaringan karena sedari tadi ia menggunakan mode airplane di atas pesawat. Ia harap-harap cemas, pasti sudah sangat banyak notifikasi yang masuk dari Tita kekasihnya. “Tringg..tringg..tringgg” suara notifikasi di handphone Dito bersahutan, ia mendapat 45 missed call dari Tita, 10 pesan masuk dari orang yang sama, 1 pesan dari Ibunya. Dito berhenti berjalan bersama koper yang ia bawa, ia terbelalak melihat notifikasi sebanyak itu. “Mas Dito, maaf permisi mau lewat,” kata Ana, seorang pramugari yang bekerja bersama Dito pada hari itu. “Eh maaf ya Na,” ia membalas sembari melanjutkan berjalan ke arah bis jemputan bersama Ana yang akhirnya berjalan beriringan. “Hahaha nggak apa Mas Dit, lelah pasti ya? Habis perjalanan panjang,” tanya Ana sembari menarik koper bawaannya. “Nggak sih, biasa ada urusan di rumah. Heran ya kalau lagi kerja begini pasti ada aja masalah di rumah,” timpal Dito sambil cemberut. “Yah Mas, coba dingertiin aja mas. Pekerjaan seperti kita ini kan pasti banyak matikan handphone, jarang komunikasi. Pasti banyak miss komunikasi juga,” tutur Ana pelan. Dito hanya mengangguk, ia berjalan sambil melemparkan pandangannya ke langit-langit ruangan. Pikirannya berkecamuk, lelah badan tidak terasa namun lelah pikiran yang membayanginya. Bagaimana tidak? Pasti sesampainya di kamar hotel, ia harus menghubungi Tita, kekasihnya selama 5 tahun ini untuk mendebatkan hal yang sama. Padahal Tita tau, Ibunda Dito rela mengeluarkan uang banyak, demi Dito yang ditinggal ayahnya meninggal sejak ia berumur 5 tahun. Ibu Dito, menjadi single parent menyekolahkan Dito menggunakan sisa-sisa uang peninggalan ayahnya dan bekerja serabutan. Dito juga tidak melanjutkan perguruan tinggi, karena Ibunya menggunakan sisa-sisa tenaga tuanya untuk menyekolahkan Dito di sekolah khusus Pilot, agar nantinya Ia dan Dito bisa hidup enak. Namun, orang yang seharusnya menjadi garda terdepan mendukung pekerjaan Dito, malah memberatkannya. **** Pikirannya buyar saat ia membuka pintu kamar hotel yang ia tempati, ia langsung menyandarkan koper dan tas yang ia bawa ke samping tidur, membawa handphonenya ke sofa di dekat jendela sambil perlahan membaca pesan yang masuk ke handphone-nya. “Kamu sudah sampai? Kabari ibu ya,” tulis ibunya dalam pesan singkat. Dito tersenyum melihat pesan ibunya dan langsung membalas pesan tersebut. “Aku baru sampai hotel bu, ibu sedang apa? Sudah makan?,” balas Dito. Ia menggeser jarinya ke pesan lain. Ada 10 pesan dari Tita. “Terus kamu tega gitu, pulang cuma sehari-dua hari sisanya kerja? Terus kapan waktu buat kita?” tulis Tita. “Kamu enak temen kamu banyak disana, temen aku kamu doang Dit! Kamu pacar sekaligus temen aku!,” tulis pesan kedua Tak sanggup membaca sisanya, Dito pun langsung mencoba menelfon Tita, setidaknya berbicara langsung akan lebih intim dibandingkan lewat pesan teks. “Trrr……..” “Trr……..” “Trr……..” Tidak ada yang mengangkat telfonnya diujung sana, ia segera menulis pesan teks kepada kekasihnya.. “Ta, aku baru landing dan sampai hotel. Kamu kemana? Aku telfon nggak diangkat?” tulis Dito. Tak lama, pesan baru masuk tak lain dan tak bukan dari Tita. “Aku lagi nggak pengen ngobrol sama orang yang bahkan nggak mau repot baca chat aku, aku chat kamu panjang-panjang tapi kamu nggak bales. Buat apa nelfon?” balas Tita. Kesal membaca balasan Tita, Dito pun menulis dengan berapi-api, “Aku itu kerja Ta, aku capek. Hal pertama yang aku lakukan setelah landing adalah hubungin kamu. Ekspektasi aku kamu bisa tanya dulu gimana hari aku? Lancar kah? Bukan untuk dimarah-marahin begini Ta!.” Dito sudah bisa menebak apa isi pesan Tita selanjutnya, ia mengenal betul watak kekasihnya itu. Tidak pernah mau kalah, apalagi membahas pekerjaan Dito yang tidak ada habisnya. Ia tidak habis pikir, pacaran sudah 5 tahun seharusnya sudah sama-sama mengerti dan memahami. Padahal, Tita juga seorang wanita karir, ia juga memiliki kesibukan sebagai seorang HRD staff di sebuah kantor bonafide. Tidak seharusnya Tita sebegitunya mengganggu kesibukan pacarnya yang juga akan menjadi calon suaminya. “Krrrkkkk…” Suara perut Dito berbunyi, ia baru sadar bahwa setelah landing, ia langsung pergi ke hotel, perutnya kosong belum terisi apa-apa. Ia lalu berdiri dan berjalan ke arah tasnya, berharap menemukan sisa-sisa snack pesawat di tasnya. Ia membuka tasnya, hanya menemukan satu buah roti khas maskapai dengan isian coklat. Meskipun tidak terlalu suka coklat, ia terpaksa memakan roti itu, sambil duduk di pinggir kasur. Ia buka kembali handphonenya, terdapat notifikasi grup chat dari rekan maskapai yang sedang bertugas di penerbangan yang sama dengannya. “Disini banyak beach club, kita makan dulu baru ke beach club gimana?,” tulis Aryo, pramugara. “Gue laper banget sih tapi, yang penting makan dulu kali ya? Baru habis itu gue ikut aja deh mau kemana,” kata Ratih, pramugari rekannya. “Makan dimana ya? Gue ikut lah,” sahut Brian pilot yang menjadi tandemannya di penerbangan tadi. “Yuk gue ikut ya, gue tunggu lobby nih sekarang..,” tiba-tiba ada pesan masuk di chat grup itu dari Ana. Dito berpikir keras, perutnya masih lapar meskipun sudah disumpal roti, ia ingin sekali ikut makan bersama teman-temannya, tetapi ia gundah karena ia tidak akan bisa menolak ajakkan teman-temannya untuk berpesta di beach club. Ibu Dito seorang wanita yang teguh pendiriannya dan kuat imannya, begitupun Tita yang rajin beribadah. Dunia Dito hanya ibunya dan Tita, otomatis Dito yang anak semata wayang pun sibuk menjaga ibunya, menjadi anak rumahan yang tidak pernah mencicipi kenakalan remaja maupun dunia malam. Akhirnya Dito memutuskan untuk ikut pergi bersama teman-temannya, ia merasa sudah tidak perlu lagi menjadi anak rumahan dengan segala potensinya sebagai pilot, sesekali juga perlu bergaul agar tidak ketinggalan zaman. “Gue juga turun deh,” balas Dito singkat di grup chat. “Naaah, tumben….. Yuk kalau gitu kita ketemuan ya di bawah,” sahut Aryo. ***** Waktu berjalan sangat cepat, Dito dan teman-temannya berada di sebuah beach club ternama di Bali. Teman-temannya asyik berjoget diiringi musik EDM ala anak muda sembari berdiri di dekat kolam renang, sementara Dito duduk sendirian di sofa sembari memegang bir yang dipesankan oleh Brian. Lucu memang, 10 menit yang lalu Dito kebingungan ketika memesan minuman di beach club, ia lalu memesan soda, Brian yang mendengar hal itu tertawa terbahak-bahak, “Dit, ke beach club kok pesen soda? Bir aja mbak..,” kata Brian ke pelayan. Dito pun tak berani menolak, takut dibilang kurang pergaulan namun ia tetap belum berani untuk ikut berjoget bersama teman-temannya. 20 menit berlalu, Dito asyik menonton bola di handphonenya dan teman-temannya kembali ke sofa satu per satu. Dito masih fokus dengan handphonenya, sampai ada satu perempuan yang menarik perhatian Dito. Ana, pramugari yang sering terbang bersamanya terlihat berbeda malam itu. Menggunakan bralette yang mengekspos sedikit bagian dadanya dipasangkan dengan celana pendek kain terlihat sangat modis, make-up nya juga sangat menawan. Ana dan Dito memang jarang mengobrol banyak, ini juga kali pertama Dito terkesima dengan Ana….. ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.5M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
461.6K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
494.6K
bc

The Perfect Luna

read
4.0M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
599.9K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
462.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook