bc

I'M PELAKOR season 2

book_age18+
844
FOLLOW
7.4K
READ
billionairess
drama
sweet
highschool
royal
like
intro-logo
Blurb

Sequel dari cerita I'M PELAKOR, jadi jika ingin mengerti kisah awalnya kalian bisa baca cerita sebelumnya ya.

____________________________________________________________

Resya lahir dari rahim wanita yang pernah merebut lelaki orang lain. Hubungan terlarang itu menghadirkan dirinya di Dunia yang kejam. Lebih parahnya lagi, Resya tak tau jika dia menjalin hubungan dengan seorang pria yang ternyata anak dari ayahnya sendiri, darah daging dari wanita yang pernah Ibundanya sakiti. Lalu, bagaimanakah selanjutnya? akankah semuanya terungkap?

chap-preview
Free preview
1. Perkenalan
Resya berlari dari kerumunan laki-laki, dia harus segera menghindari beberapa pria yang tengah mabuk-mabukan di gang jalanan yang menjadi tempatnya pulang dan berangkat sekolah. Memutar otak dan menguatkan tekad, dikejar beberapa pria dewasa membuatnya bergidik ngeri. dia tak ingin terjadi sesuatu yang mengerikan. Berkat larinya yang kuat, gadis itu dapat menghindar dan berhenti sejenak untuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Walau ketar-ketir saat berpapasan dengan tiga orang pria dewasa dan berambut gondrong itu. "Dasar bapak-bapak sialan!" umpatnya penuh amarah. Lalu Resya berjalan menuju rumah tantenya, tempat tinggalnya selama 18 tahun ini. Hanya beberapa meter saja ia akan segera sampai dirumah itu, rumah asri dan minimalis tapi banyak kenangan disana. Berhubung jarak dari rumah dan sekolah tak begitu jauh, Resya selalu memutuskan untuk berjalan kaki. Meskipun resiko yang diambil cukup besar. Ya, kadang kala juga ada kakak kelas yang menjemput dan mengantarkannya pulang. Tapi, ia tak mungkin akan terus-menerus menjadi benalu. Sampailah dia di rumah tantenya. Melody adalah ibu sekaligus Tante baginya. Ya, karena wanita itu merawatnya tanpa pamrih. Hingga sampai saat ini Resya juga tak mengetahui siapa orang tuanya dan dimana mereka, karena Melody tak ingin memberitahu apapun. Kendati demikian, Resya juga tak ingin terlalu mempertanyakan keberadaan orang tuanya, apalagi melihat sikap Tante Melody yang sangat menutupi. Meski begitu Resya yakin ada sesuatu yang tak semestinya. "Kenapa pakaianmu seperti itu?" tanya Melody penuh selidik, saat melihat pakaian putih abu-abu gadis itu yang tak beraturan. "Apa kamu bermain dengan anak laki-laki?" lanjutnya. Dengan senyum lebar menampilkan deretan gigi putih. Resya memasang dua jarinya sebagai bentuk permintaan maaf. Melody hanya bisa menghela napasnya lelah. Anak itu memang hobi bermain dengan anak laki-laki yang lain. Seperti tawuran bahkan nongkrong di tengah malam. Jujur, Melody khawatir jika Resya akan terjerumus dengan pergaulan bebas, apalagi Zaman sekarang kenakalan remaja dimana-mana. "Resya, kamu ini sudah tumbuh menjadi seorang gadis. Berhenti bermain dengan anak pria, akan banyak resiko yang muncul." Melody benar-benar peduli dengan Resya. Tapi sayangnya Gadis itu tak peduli sama sekali "Tidak perlu khawatir ya Tante. Aku sudah tahu batasan kok." "Terserah kamu saja." Melody sudah malas memberitahu Resya. Anak itu cukup keras kepala dan selalu merasa benar. "Apa Tante marah?" Resya mendekati Melody yang tengah mengiris-iris bawang dan memeluknya dari belakang "Tante tidak marah, tapi Tante peduli padamu. Cuma kamu harta Tante satu-satunya." "Maaf deh.. Resya janji gak akan ulangi lagi." "Minggu lalu kamu juga janji." "Oh iya, aku lupa. Maaf." Melody mendesah pelan. Dasar Resya! tapi meski Resya bukanlah darah dagingnya rasanya mereka sudah sangat dekat sekali bahkan seakan memiliki ikatan batin. Melody sangat menyayangi Resya seperti anaknya sendiri dan karena itu juga sampai saat ini Melody tak ingin membagi kasih sayangnya kepada siapapun termasuk seorang pria. "Aku ingin mandi dulu." "Ya, segeralah." Resya berlari kecil kearah kamar. Hal itu tak luput dari pandangan Melody. Anak perempuan yang sejak kecil sudah harus menghadapi peliknya dunia. Orang tua yang lebih mementingkan nafsunya ketimbang darah dagingnya sendiri kini tumbuh menjadi gadis yang cantik. Resya menatap langit-langit kamarnya. kadang kala dalam renungan, dia berpikir dan menerka-nerka seperti apa wajah kedua orang tuanya. Apakah mirip dengan dirinya? dan mengapa mereka meninggalkan Resya? Apakah mereka tidak peduli padanya?. Andai saja dia mengetahui alasan demi alasan mengapa orang tuanya pergi, mungkin saja saat ini dia tak ambil pusing mengenai seperti apa wajah kedua orang tuanya. Sedih, karena dia harus hidup tanpa orang tua dan lebih parahnya tak mengetahui keberadaan mereka. Setiap ingin meminta penjelasan kepada Tante Melody, wanita itu selalu mengatakan agar lebih baik begini. Padahal, Resya sudah siap mendengar semuanya meskipun itu hal pahit. Namun, meski tanpa ayah dan ibu. Resya bersyukur karena Tante Melody yang begitu baik padanya bahkan sudah menganggapnya anak sendiri. Dia juga masih ingat betul saat umurnya menginjak sepuluh tahun, wanita itu mengatakan bahwa Resya bukanlah darah dagingnya. Kecurigaan Reyea terungkap karena dia tak memiliki kemiripan wajah sedikitpun dari Melody. Hal itu tentu membuat Resya hancur, akan tetapi siapa dia harus marah pada Melody? Yang ada justru Resya bersyukur karena Tante Melody menerimanya dan menganggapnya sebagai anak sendiri. Lamunan itu terhenti, dering ponsel mengejutkan Resya. Merubah posisi menjadi duduk. Gadis itu mendesah kala melihat nama yang tertera, tapi tetap berniat mengangkat panggilan itu. "Hmm.. kenapa Gi?" "Besok malam kita harus berkumpul lagi." "Untuk?" Resya mengangkat alisnya. Lelaki yang menelfonnya adalah ketua geng, dalam seminggu mereka harus mengadakan pertemuan entah sekali atau dua kali. Dan seingat Resya mereka sudah mengadakan pertemuan dua kali dalam seminggu. Tapi sudahlah.. terserah ketua saja. "Membahas tujuan baru." "Terserah kamu saja, aku ikut." "Aku jemput ya?" "Lewat jendela lagi?" tanya Resya. "Aku akan menemui Tante Mel." "Yakin kamu?" "Yakin." Resya tidak yakin jika lelaki itu berani menemui Tantenya. Akan tetapi itu lebih baik, ketimbang dia harus diam-diam pergi lewat jendela kamar. Resya bosan dan itu cukup menantang adrenalin membuatnya ketar-ketir setiap melakukannya. "Ya udah, aku tunggu deh Gio." "Oke.. sampai ketemu di sekolah besok." "Ya." Resya mematikan sambungan telepon tersebut. Saat ini dia tak memiliki visi dan misi mengenai masa depannya. Gadis itu ingin semuanya mengalir begitu saja, dia tak ingin membuat sebuah tujuan dan pencapaian karena takut jika tak sesuai ekspektasi. Selama berkumpul dengan anak pria, Resya sendiri merasa selalu dijaga oleh mereka. Dia merasa memiliki seorang kakak. Meski tantenya selalu melarang, Resya bukan tak peduli tapi sudah terlanjur nyaman dengan mereka. Karena bagaimanapun juga, anak gadis itu sulit untuk dicegah. Mungkin saja, dia sedang mencari jati dirinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.0K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.2K
bc

Broken

read
6.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook