bc

Terpaksa Menikahi Calon Ipar

book_age18+
182
FOLLOW
4.0K
READ
HE
age gap
stepfather
heir/heiress
drama
bxg
brilliant
substitute
like
intro-logo
Blurb

Ditinggalkan sang kekasih menjelang hari pernikahan dalam kondisi hamil, Sila terpaksa dinikahkan dengan calon iparnya. Faris yang saat itu telah mempunyai kekasih pun menolak, tetapi terpaksa menerima dan menikahi Sila menggantikan Rendi-sang adik demi menjaga nama baik keluarga juga usaha mereka. Mengetahui itu, Tania-kekasih Faris tidak terima dan memprotes Sila hingga tanpa sengaja membuat wanita itu nyaris keguguran. Sikap Tania membuat Faris geram, mereka pun bertengkar dan di sana Faris yang tidak menyukai Sila mulai memberikan perhatian, tetapi juga masih menjalani hubungannya dengan Tania. Sila yang merasa bersalah atas penderitaan pasangan itu pun bersepakat untuk melepaskan Faris setelah anaknya lahir, dia akan membesarkan anak itu sendiri dan Faris bisa menikahi Tania. Namun, siapa sangka seiring perjalanan waktu Faris mulai merasa nyaman dengan Sila dan perannya, hati laki-laki itu dipenuhi kebimbangan. Di sisi lain, Tania terus mendesak Faris untuk menikahinya dan Rendi yang telah lama hilang, kini kembali datang menyesali perbuatannya, juga ingin bertanggung jawab pada Sila. 

Bagaimanakah kisah mereka? Bersama siapakah Sila melanjutkan hidupnya?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Pelampiasan
“Mas Ren,” panggil wanita bermata sabit yang tengah duduk gelisah sambil mencubit-cubit lengannya sendiri. Laki-laki berkemeja kuning itu tersenyum mendengar Sila yang mulai mendesah gelisah karena pengaruh obat perangsang yang diberikannya ke minuman rasa anggur tadi. Obat itu mulai menunjukkan reaksinya, semula hanya rasa panas yang Sila rasakan, tetapi semakin lama berubah menjadi sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan. “Kamu sakit kayaknya, Sayang. Nggak usah pulang ya, lagian tugasmu masih banyak buat lusa itu, di sini ada wifi. Tidur di sini aja, nanti aku bilang bapak sama ibu, gimana?” Rendi duduk ke samping Sila, tatapan wanita itu berubah tajam dan menantang. “Ak-aku nggak sakit, Mas. In-ini cuman ... akh!” Sila meraba leher putihnya sambil mendesah. “Ba-badanku panas, sakit, gatel, geli, Mas Ren. Tolong!” Rendi manggut-manggut, lalu melingkarkan sebelah tangannya ke pinggang Sila dan menariknya sedikit hingga mereka duduk berdempetan. “Aku bakal tolongin kamu, Sayang. Kamu aman sama aku, oke! Kamu percaya sama aku, kan?” bisiknya. Rasanya, Rendi tidak sabar ingin menindih wanita itu dan membuktikan bahwa bukan hanya wanita yang bisa menyakiti hati laki-laki, tetapi dirinya juga bisa, bahkan lebih parah. Rendi sengaja beberapa minggu ke belakang mendekati Sila, kepolosan wanita itu membuatnya mudah dipengaruhi dan luluh pada perhatian kecil, terlebih lagi Sila besar di lingkungan pedesaan yang sangat amat jauh dari kota dan mengagumi dirinya. Kedatangan orang kota di sana dianggap istimewa dan mereka akan sangat beruntung bila mendapatkan orang kota seperti menaikkan derajat orang desa. Namun, siapa sangka Rendi hanya ingin Sila menjadi pelampiasan dari rasa sakit hati dan kecewanya karena telah dikhianati oleh kekasih yang sangat amat dia cinta. Rendi merebahkan Sila ke ranjang, wanita itu semakin gelisah dan tidak terkendali. Bahkan, sebagian kancing baju Sila sudah terlepas. Mata hati Rendi sudah buta, ia hanya tahu sakit hatinya harus terbalaskan dengan dan lewat siapa pun itu. “Ma-mas, tolong aku! Aku panas banget, nggak kuat, Mas!” pinta Sila begitu memohon, akal sehatnya telah terkikis, sekarang yang Sila inginkan hanya bagaimana rasa panas dan tidak nyaman pada tubuhnya itu pergi, terlebih lagi pada area sensitifnya yang terus berkedut nan terasa basah. “Panas, panas banget!” “Sabar, Sayang. Aku bakal bantu kamu biar nggak panas lagi, oke!” Sila mengangguk, kedua tangannya berpegangan kuat pada bahu Rendi dan sedikit mencengkramnya. Entah sadar atau tidak, Sila yang cukup jual mahal sejak kenal dengan Rendi, bahkan tangannya saja tidak pernah mau digandeng. Malam itu, Sila justru meletakkan tangan Rendi ke dadanya, lalu menghimpit kaki Rendi dengan kedua kakinya mengarah pada pangkal paha. Rendi tidak ingin berlama-lama, malam itu harus menjadi kemenangannya menjamah Sila utuh. Ia pun menegakkan punggungnya dan mulai melepaskan kemeja kuning yang kusut akibat ulah tangan Sila yang gelisah. Seketika tubuh putih bersih polos laki-laki itu pun terlihat jelas, mata sabit Sila sempat terbelalak melihatnya. Namun, efek obat perangsang itu telah membuat akal sehatnya hilang sehingga tanpa diperintah dan dipaksa, Sila merebut kemeja Rendi, lalu membuatnya sembarangan. “Kamu mau apa, Sayang?” tanya Rendi memelankan suaranya. “Pe-peluk aku, Mas. Peluk aku!” jawab Sila menarik tubuh Rendi dan mendekapnya. “Ya, hangat seperti ini, Aku mau begini, aku mau!” “Kamu mau aku memelukmu sampe pagi?” Rendi sengaja menjilat daun telinga, semakin membuat wanita itu terpancing meminta hal lebih. “Mau?” “Iya, iya, aku mau, Mas!” “As you wish, Baby!” bisik Rendi memulai cumbuannya, mempertemukan sesuatu yang mengganjal di bawah sana perlahan. “Akh, Mas!” pekik Sila. Tetapi, itu bukan alasan untuk berhenti. Tubuh keduanya basah kuyup, tetapi Sila masih terus mengulat meminta Rendi menjamah tubuhnya itu, melakukan lagi dan lagi meskipun itu pengalaman pertama bagi mereka berdua, obat perangsang yang Rendi berikan membuat Sila tidak merasakan sakit sama sekali pada inti tubuhnya sehingga mau tidak mau Rendi yang mengetahui nikmatnya bercinta pun mengindahkan ajakan Sila. “Iya, Mas, terus!” Sila melemparkan kepalanya ke belakang dengan mulut menganga, suaranya hampir habis karena terus menjerit dan mendesah. “Oke, Sayang. Terima ini!” Rendi mengerang. Lagi dan lagi, Rendi membabi buta menghajar Sila malam itu hingga pagi tiba, tidak ada kata lelah bagi mereka. Sementara matahari mulai meninggi, Sila masih terbuai di alam mimpi dengan tanpa memakai sehelai benang pun di balik selimut merah itu. Rendi memandangi wajah lelap Sila yang semakin terlihat polos, nasib buruk wanita itu harus bertemu dengannya. Semalam, bukan cinta yang Rendi berikan pada Sila, melainkan sebuah pelampiasan, Rendi hanya berpura-pura mencintai dan menerima perasaan Sila. Dan titik puncak kepuasannya berada pada menghangatnya rahim Sila karena ia tak memakai pengaman sama sekali. Bila Sila hamil, artinya ia telah berhasil merusak wanita dan membalaskan rasa sakitnya itu. “Maaf, Sila. Tapi, garis hidupmu emang sesial ini!” bisik Rendi pada wanita yang tak berdaya di sampingnya itu. *** Seperti baru saja terlempar dari tebing yang amat tinggi, Sila mendekap erat selimut yang menutupi tubuh polosnya itu begitu terbangun. Bukan hanya kepalanya saja yang sakit, melainkan sekujur tubuhnya seakan remuk, terlebih lagi begitu ia tahu sesuatu yang berharga dalam hidupnya telah hilang dan direnggut. “Nggak mungkin!” ucapnya mengelak semua kenyataan yang terus berputar di kepalanya itu. “NGGAK MUNGKIN!” Mendengar teriakan wanita yang ada di kamarnya itu, Rendi bergegas berlari menuju kamar. Tadinya, Rendi berpikir lebih baik membuatkan Sila minuman hangat dan sandwich sebagai asupan tenaga sebelum mereka makan bersama nantinya di luar. Namun, begitu Rendi memasuki kamar itu, Sila sudah seperti orang depresi berat dan menangis hebat. “Sayang, hei, tenang!” ucap Rendi berusaha menjangkau dan memeluk Sila. “Mas, ini nggak mungkin! Aku nggak mungkin kayak gitu sama kamu, Mas!” ucap Sila memberontak dalam pelukan Rendi, dunianya seakan hancur melihat tubuh polosnya berada di ranjang seorang pria tanpa sehelai benang pun. “Kam-kamu nggak ngelakuin itu, kan?” Rendi menangkup kedua sisi wajah Sila, membuat wanita itu membalas tatapannya. Sang penipu handal sedang memainkan perannya sekarang, setelah berhasil menjebak gadis desa, sekarang masih ingin menawarkan sebuah janji supaya gadis desa itu diam. “Semua di luar kendali kita, Sayang. Kamu berontak semalem, aku nggak tau kenapa kamu bisa kayak gitu. Dan ...” Rendi menarik nafas panjang dan menghembuskannya cukup kasar sambil meraup wajahnya. “Aku cowok normal, Sila ... godaan kamu semalem bikin aku nggak bisa nahan diri, jadi─” “Jadi?” Mata Sila berkaca-kaca, bola matanya tampak berpencar dan gentar. “Apa, Mas?” Rendi menempelkan kening mereka, dengan sangat hati-hati dia berkata, “Kita melakukannya semalam, Sayang.” “Mas Ren, enggak! Ini ...” Sila meremat bahu Rendi menghantarkan rasa sakit dan hancur. “Kita─” “Ya, kita tidur bersama. Aku dan kamu melakukan hal terlarang itu tanpa pengaman sama sekali.” Sila menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis hebat di sana. Masa depannya telah berakhir, harapannya sirna, entah bagaimana dia akan menjelaskan semua itu pada keluarga di rumah. “Sayang, tenang!” pinta Rendi mengguncang lengan Sila, tetapi wanita itu menggeleng kuat dan tidak berhenti menangis. “Kamu tenang dulu, aku─” “Gimana kalau aku hamil, Mas? Gimana?”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook