bc

Duda Somplak Bosku

book_age18+
5.2K
FOLLOW
50.0K
READ
possessive
CEO
comedy
sweet
brilliant
single daddy
city
love at the first sight
husband
stepmother
like
intro-logo
Blurb

Sebagai anak yang dibesarkan oleh single parent. Rara merupakan gadis yang sangat mentaati aturan ibunya. Norma yang diajarkan sejak kecil membuatnya menjadi pribadi yang kuat, walaupun tomboy Rara tidak pernah berani membantah ibunya. Gadis berumur 23 tahun ini bahkan tidak berani pacaran karena dia tahu ibunya tidak akan mengizinkannya, hingga suatu hari dia harus berurusan dengan pria bernama Max Zilivan, putra dari Dimitri Zilivan laki-laki berkebangsaan Inggris namun menikah dengan wanita Indonesia bernama Larasati. Rara terjebak oleh permainan licik Max dengan memanfaatkan kebandelan Nickolas, karena Max sebenarnya sudah jatuh cinta pada Rara pada pandangan pertama.

chap-preview
Free preview
Drama Pagi
"Mama tidak mau tahu Ra, kamu harus mengganti Anita untuk bertugas diacaranya Tuan Dimitry," Lisa berkata dengan kesal bagaiman tidak Rara telah membuat tangan kanan Anita patah dan terpaksa harus digifs. "Tapi Mam hari ini aku mau ketempat sale Gucci dan hanya hari ini diskon besarnya," rengek Rara pada ibunya. "Tidak bisa dan Mama tidak mau tahu, karena acaranya nanti malam dan Mama tidak mungkin mencari pengganti Anita dalam waktu satu hari, dan Mama juga tidk tidak mau mengecewakan Tuan Dimitry sebagai pelanggan setia katering kita," Kembali Lisa memaksa Rara untuk menggantikan Anita. "Tapi Mam sales nya itu hanya hari ini saja dan besok-besok sudah gak ada lagi, baru ada lagi tahun depan mam," Kembali Rara merengek dan menolak permintaan ibunya. "Terserah kalau kau tidak mau mama akan menghentikan uang jajanmu selama dua bulan," Lisa lalu membalikan tubuhnya untuk keluar dari kamar Rara. "Mam, tega banget sih sama anak sendiri," Rara berjalan mendekati Mamanya. "Terserah kalau kamu gak mau pokoknya kamu gantiin Anita mama bayar satu bulan uang sakumu atau kalau kamu tidak mau maka mama akan menghentikan uang jajanmu selama dua bulan. Lisa lalu keluar dari kamar tidur Rara dan meninggalkan Rara pada dua pilihan yang sangat sulit. "Aaacccgggkkk kesal aku punya ibu kok kaya ibu tiri sih lagian Anita gak mau diem banget sih naik motor dibawa ngebut sama ngepot begitu ajah sudah teriak-teriak jadinya kan jatuh." "Aaaacccgggkkk sebal," Rara melempar bantal kearah pintu kamar yang sudah ditutup Lisa ketika keluar dari kamar Rara tadi. ** "Rara!!" Lisa berteriak dari bawah memanggilnya. "Sebentar Mam, sudah mau selasai," Rara memasukan celana panjang hitamnya kedalam tas kemudian kembali melihat dirinya dicermin, setelah selesai ia bergegas turun karena Ibunya pasti akan memanggilnya lagi jika dia lama tidak turun dari kamarnya. "Ini baju seragamnya untuk nanti." Baju kemeja dan apron sebatas pinggang diberikannya pada Rara, Rara mencium baju yang seperti selesai dilaundry. "Ini baju bekas siapa Mam?" Lisa langsung melotot mendengar kata bekas dia tidak mungkin memberikan pakaian bekas untuk putrinya. "Sebarangan, itu baju baru dari tukang jahit langsung di laundry, Memang kamu mau pake baju dari tukang jahit langsung." " Lisa kemudian berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan untuk pergi ke Restorannya dahulu, sebelum ketempat acara. 20 menit mereka sudah sampai direstoran Lisa, Restoran yang merangkap kantor itu memang tergolong restoran mewah terlihat dari para tamu yang datang mereka berpakaian rapi dan untuk bisa makan direstoran ini, pengujung harus reservasi terlebih dahulu. "Om ini buatku kan," Rara membuka lemari pendingin dan mengambil sepotong chees cake yang memang disediakan untuk dirinya. "Iya aku pake resep terbaru, kejunya terasa tapi tidak bikin neug dicoba deh," Rara mengambil sedok kecil lalu memotong dan menyuapkan makanan tersebut kedalam mulutnya. "Bagaimana enak kan rasanya?" tanya Indra pria yang merupakan koki utama dan biasa dipanggil Om oleh Rara karena merupakan adik sepupu ibunya. "Yoi Om, Kok tahu aku mau kesini?" tanya Rara penasaran karena biasanya dia akan mengirimkan pesan jika akan kerestoran ibunya. "Mama kamu yang bilang, karena kamu good teaster makanya Om buatkan untuk kamu coba," Rara nyengir mendengar perkataan dari Omnya tersebut. "Ya sudah kalau gitu, Om tinggal dulu masih banyak yang harus disiapkan," Indra meninggalkan Rara yang masih menikmati chees cake buatannya. "Kamu bagian apa nanti?" Nia yang merupakan SPV Waiters menghampirinya. "Pastry," jawabnya singkat karena dia masih menikmati chees cakenya. "Nanti perhatikan Ice cream dan wafelnya jangan sampai kosong," Nia berkata lagi. "Siap bos," Jawabnya sambil menikmati sisa potongan chees cakenya. ** 30 menit kemudian, mereka tiba di ballroom sebuah perusahaan multinasional dibilangan Jakarta selatan. "Wihh gajinya berapa ya kalau aku kerja disini," Iseng Rara berguman. "Gak usah ngimpi, kelarin aja dulu kuliahnya," seloroh Nia yang berjalan disampingnya, Rara hanya nyengir mendengar komentar Nia. Setelah memakai apronnya Rara mulai menata kue-kue sesuai dengan jenisnya ia menggunakan penutup mulut khusus koki dan sarung tangan, ia merapikan semua kue-kue dan menata sesuai dengan jenisnya. "Beres," gumannya dia hanya tinggal menambahkan kue jika sudah mulai kosong sementara stand ice cream sendiri sudah ada yang menjaganya kecuali wafel dan ice creamnya habis, baru dia akan menyuruh orang untuk menambahkan. Tepat pukul 7 malam acara dimulai beberapa sambutan dari pejabat penting menandai acara sudah dimulai, Sementara Rara masih berdiri memperhatikan sekitarnya sebagai Asisten SPV pekerja Rara memang tidak berat, hanya mengawasi dan merapikan tatanan makanan jika mulai tidak rapi. "Si Om ngapain ngeliatin gue aja sih?" Rara ingin rasanya melempar pria yang didepan panggung dengan botol minuman tapi percuma jika dia melakukanya, bisa-bisa setahun dia gak dikasih uang saku sama mamanya karena sudah merusak acara orang. Setelah acara ramah tamah yang menurut Rara adalah acara remeh temeh alias basa basi gak jelas tamu dipersilahkan untuk menikmati santapan yang sudah disediakan. "Bug." Seorang bocah menabrak seorang tamu sehingga minuman yang dibawanya tumpah mengenai bajunya. "Anak kurang ajar," Perempuan itu siap-siap melayangkan tas kecilnya kearah bocah yang menabraknya tadi, namun dengan cepat dihalangi oleh Rara sehingga punggungnya yang terkena pukulan perempuan itu, hingga tali rantai tasnya putus. "Perempuan kurang ajar, kenapa kamu menghalangiku memukul bocah kurang ajar ini," Omelnya dengan penuh emosi. "Maaf tante kalaupun anak ini bersalah, tapi apa pantas dipukul oleh tante bagaimana perasaan orang tuanya kalau melihat tante memukulnya, bagaimana andaikan orang tuanya saja tidak pernah memukulnya," kata Rara sambil mengedipkan sebelah matanya pada bocah tersebut untuk pergi dari situ. Bocah itu sepertinya paham dengan yang dimaksud oleh Rara. "Makanya aku yang akan mengajarinya biar tahu sopan santun," geramnya menahan emosi. "Lihat tasku sampai putus gara-gara ulahmu," dia memperlihatkan tali rantai tas yang putus. "Wah mungkin tas tante kw masa baru digunakan untuk memukul aku saja sudah putus," seloroh Rara dengan santai. "Sembarangan kau pikir aku orang miskin harus beli tas kw," teriaknya dengan nada kesal. "Mana aku tahu," Rara seolah tak peduli "Ada apa ini," dengan suara baritone pria yang tadi diatas panggung dan memandangnya sekarang sudah berdiri di sampingnya. "Ini perempuan sialan sudah bikin tas aku putus Max," Celotehnya manja. "Idih si tante maen nuduh aja, dia yang bikin putus sendiri kenapa aku yang disalahin, biar dapet ganti? katanya orang kaya," Rara membela diri. "Memangnya kenapa tas mu sampai putus dan kenapa juga dengan pakaianmu, penuh dengan bekas tumpahan minuman?" Seorang Pria berjalan ke arah perempuan tersebut dan memberikan tisu pada perempuan itu untuk membersihkan noda minuman yang ada di bajunya. Sementara Pria yang bernama Max menatap kearah Rara seperti sedang mengintimidasi dirinya. "Biasa aja Om lihatnya gak usah melotot tar matanya loncat baru tahu rasa," Celoteh Rara asal. "Lalu apa pembelaanmu kenapa bajunya sampai basah seperti itu?" tanyanya memberondong. "Wey sabar Om nanyanya satu-satu jangan kaya petasan cabe, merepet," Rara mulai kesal. "Ya sudah ceritakan," Jawab Max kembali menatap Rara namun tidak melotot seperti tadi. "Jadi gini Om, tadi ada anak kecil laki-laki, berlari dari arah sana kesini, karena si tante lagi asik teleponan dia gak lihat ada anak kecil lari kearahnya. Akhirnya tabrakanlah mereka, malah anak kecilnya sampai nyaris terjengkang kalau saya tidak menahannya, mungkin karena badan tante ini kurus tinggal tulang belulang, jadi pas tabrakan gak empuk malah Anak kecil itu yang terpental seperti habis menabrak triplek, nah begitu sadar si tante marah dia mau memukul anak kecil tersebut menggunakan tas kwnya tapi saya halangi, makanya yang kena pukul punggung belakang saya, kemudian dia marah-marah lagi, gara-gara tas kwnya putus," Rara mengambil nafas seperti habis maraton ketika dia menceritakan kronologi kejadian. "Betul begitu Natalie?" Tanya pria yang bernama Max. "Tapi seharusnya anak kecil sialan itu tidak berada disini, Max. Seharusnya orang tuanya tidak perlu mengajak ke acara seperti ini," Max hanya mampu menarik nafas. "Lalu aku bagaimana, masa aku pakai baju basah dan tas putus?" Dia bergelayut manja di tangan Max namun Max menarik tangannya. "Lebih baik kau pulang saja daripada pakai pakaian seperti itu," Max memanggil seseorang dengan menjentikkan tangannya lalu seorang pria menghampirinya. "Bawa dia turun antar sampai dia naik taxi dan pastikan dia pulang sampai rumah," Perintah Max pada anak buahnya. Tanpa diperintah dua kali pria itu sudah membawa perempuan tersebut keluar dari ballroom acara pesta. "Hati-hati Tante dijalan? jangan sampe keseleo," teriaknya "Ya ampun itu sepatu atau apa? kaya paku rel kereta api panjang sama runcing banget sih," Celoroh Rara tanpa sadar Max memperhatikannya dan tersenyum mendengar perkataan Rara. "Ada apa ini Max kok pada ngumpul disini?" Tanya Dimitry si pemilik acara menghampiri Max. "Gak ada apa-apa Dad hanya accident kecil," jawabnya. "Loh Rara ngapain kamu disini, pakai seragam pelayan lagi?" Dimitry yang tahu Rara anak Lisa merasa bingung karena Rara ada ditengah acara dengan seragam pelayan. "Dihukum mama Om gara-gara bikin Anita gak bisa kerja, gara-gara Saya bonceng dan jatuh dari motor waktu saya ngebut," Dimitry tertawa mendengarnya. "Ya sudah bikinkan kopi jangan pakai gula ya untukku, bisakan?" tak lama kerumunanpun bubar dan Rara pergi ketempat minuman dan membuatkan kopi untuk tuan Dimitri. "Ini Om kopinya," Rara menaruh cangkir berisi kopi di meja dihadapan Dimitry duduk. "Tunggu dulu aku akan mencobanya terlebih dulu," Dimintry menyesap kopi yang diberikan oleh Rara. "Wah kopimu pas sekali gula nya tidak terlalu manis, kau harus mencobanya max ini enak sekali," Dimitry kembali menyesapnya. "Kalau begitu saya permisi Om," Rara berniat pamit. "Buatkan aku satu sama seperti ayahku," Rara hanya menganggukan kepalanya lalu pergi ketempat kopi untuk membuatkan secakir kopi untuk Max. * Rara sedang menaruh kue-kue kedalam tempat yang kosong ketika dia melihat seorang bocah masuk kedalam kolong meja dimana Rara sedang merapikan kuenya kemudian Rara mendekati anak kecil tersebut. "Hai mengapa kau sembunyi disana? tanya Rara bingung. "Aku sedang makan ice cream kak, jika Daddyku tahu aku makan Ice cream, aku akan dihukumnya,"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook