bc

A Hidden Secret

book_age16+
261
FOLLOW
1.0K
READ
love-triangle
drama
tragedy
genius
enimies to lovers
first love
crime
like
intro-logo
Blurb

Siapa yang tidak mengenal Tylisia, gadis cantik yang memiliki kehidupan sempurna sebagai pewaris tunggal Oil Venue Company, perusahaan minyak terbesar se-Asia. Sebagai pewaris tunggal hidup bergelimang harta sudah menjadi hal biasa baginya. Tapi tiba-tiba, hanya dalam sepersekian detik semua yang berharga baginya hancur ditangan laki-laki berumur 18 tahun bernama Erlanda, seorang anggota khusus sebuah komunitas Cyber yang terkenal dingin dan misterius.

Keinginan Tylisia untuk mencari dalang dibalik semua peristiwa yang ia alami, membawanya bertemu dengan Erlanda. Membuatnya jatuh cinta tanpa tahu apa yang telah dilakukan Erlanda kepada dirinya.

Apakah yang sebenarnya dilakukan oleh Erlanda? Bagaimana jika Tylisia mengetahui perbuatan Erlanda? Akankan mereka tetap bersama? Ataukah memilih untuk menjalani kehidupan berbeda?

chap-preview
Free preview
0.01
Seorang pemuda mengikuti sosok yang ada di depannya itu dengan perlahan, sosok itu membawanya ke tempat yang asing baginya. Ingin sekali pemuda itu bertanya, tapi segera ia urungkan niatnya karena menurutnya tak ada yang perlu ia tanyakan karena ia sudah sangat merasa yakin bahwa sosok di depannya ini ingin membantunya, pemuda itu khawatir jika ia terlalu banyak bertanya sosok yang lebih tua darinya itu akan merasa risih dan mengurungkan niatnya untuk membantu pemuda itu padahal ia sedang sangat putus asa mencari bantuan. Untunglah ada orang yang mau membantunya. Mereka terus berjalan hingga tibalah di sebuah pintu besar bewarna coklat yang sedang tertutup rapat. Pemuda itu seketika merasa sedikit takut, pasalnya ia baru mengenal sosok yang ada di depannya itu, ia takut bahwa sosok yang ada di depannya ini bukanlah orang baik. Tapi, sekali lagi ia kuatkan dirinya untuk mengambil resiko demi ibunya. Pria itu membuka pintu itu dan betapa terkejutnya pemuda itu saat melihat apa yang ada di dalam ruangan itu. “Komputer?” tanyanya dalam hati Selain komputer masih banyak hal yang ia lihat tapi tidak tahu apa namanya karena ini baru pertama kali ia melihat benda benda seperti itu. “Kamu akan bekerja di sini” ujar sosok pria itu yang berumur 30-an sedangkan pemuda itu masih berumur 14 tahun. “Bekerja?” pemuda itu mengulang kembali perkataan si pria itu. *** Matahari dengan malu-malu menampakkan sinarnya setelah menggantikan tugas bulan untuk menyinari alam semesta. Walaupun malu-malu matahari tetap saja menampakkan dirinya perlahan tapi pasti. Seperti gadis yang sedang tertidur di sebuah ranjang berukuran super yang perlahan-lahan membuka matanya karena terganggu dengan sinar matahari yang menembus kaca jendela kemudian tirai dan menembus kelopak matanya, sebuah penggambaran yang ambigu. Tapi begitulah yang terjadi. Akhirnya mau tidak mau suka tidak suka gadis itu perlahan membuka matanya, kemudian menyesuaikan matanya dengan cahaya yang ada disekelilingnya. “Masih pagi.” Ucapnya setengah berbisik, maklum saja namanya juga baru bangun, tubuh belum bisa mencerna situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Tetapi dalam hitungan detik berikutnya. Detik pertama…… Masih detik kedua…… Dan detik ketiga…… “MA!!!!! KENAPA TIDAK MEMBANGUNKANKU” teriakan Tylisia memenuhi seluruh sudut kamarnya yang luas, lebih dari yang kalian bayangkan. *** “Tylisia, kamu mengerjakan apa saja semalam, jam segini baru bangun?” ucap mama Tylisia, bernama Harumi yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk anaknya yang tampak terburu buru. “Mamahh, aku tidur tepat waktu semalam, tapi karena memang hobi ku tidur yah jadi kebablasan deh tiap hari.” Jawabku sambil menyengir, memperlihatkan deretan gigi putih yang kecil tapi begitu rapi menambah keindahan wajah dan senyum seorang Tylisia. “Iya deh terserah kamu, Yaya.” “Mamah cantik deh” ujarku sambil tersenyum senang. Akhirnya mamanya menyerah, Yaya adalah nama panggilan kesayangan yang diberikan oleh orang tuaku, hanya orang-orang tertentu yang bisa memanggilku dengan panggilan itu. Orang-orang itu adalah Papa, Mama, para bibi yang bekerja dirumahku, dan Shiden Savalas Rahabian sahabat kecilku, yang suatu saat nanti akan aku ceritakan kepada kalian mengenai siapa dirinya, jadi tenang saja. “Udah cepat cepat habiskan makananmu, mama hari ini mau pergi sama papa ke Amerika” Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah mama, tak jadi menyuapkan suapan terakhir rotiku ke dalam mulut. Aku terkejut mendengar mama akan pergi ke Amerika, sebenarnya hal ini bukanlah hal yang besar mama memang sering bepergian dengan papa untuk perjalanan bisnis. Tetapi, kali ini berbeda mama baru memberitahu pada hari keberangkatan, biasanya mamanya akan mengatakan duaatau tiga hari sebelum berangkat. “Kok baru bilang?” tanyaku tak terima Mamanya hanya tersenyum, senyuman yang menyisakan rasa penasaran yang begitu besar di dalam benakku. “Ma, jawab dong bukannya malah senyum senyum gitu. Kenapa mama baru bilang” “Sengaka” jawab mama singkat membuatku mengerucutkan bibir tak terima. “Pergi aja terus biarin anaknya di tinggal sendirian” “Kamu kan nggak sendirian ada mbak yang bakalan nemenin kamu” ucap mamanya masih tak ingin memberitahu alasan mamanya pergi ke Amerika. “Yaudah ma, aku berangkat dulu.” Ucapku sedikit merajuk setelah menghabiskan sepiring roti didepanku, begitulah aku, walaupun terlambat sekalipun dan moodku sedang buruk, aku tidak akan pernah bisa menolak apalagi meninggalkan makanan yang ada di depanku, aku merasa bahwa makanan itu akan merasa insecure jika tidak bisa berkesempatan masuk ke lambung seorang Tylisia, karena menurutku kesempatan untuk masuk kedalam lambung seorang Tylisia amatlah langka. Mamanya tentu terkejut mendengar respon yang diberikan anaknya itu. “Nggak salam sama mama?” Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain “Nggak, Mama pergi ke Amerika nggak ngasih tahu” Mendengar hal itu mamanya langsung tertawa “Mama ke Amerika mau ketemu client bisnis papa kamu” Aku segera membalikkan tubuhku menghadap mama, dan berlari ke arahnya “Kirain mama mau liburan berdua sama papa” “Iyaa sekalian sih” ujar mamanya “Ih Mamaaa” ujarku tak terima kemudian aku langsung mencium mama dan menyalimi tangannya. “Aku pergi ya Ma, Mama sama Papa hati hati.” Aku melangkahkan kakiku menuju teras depan rumah, ternyata disana sudah ada Pak Deri menungguku sambil mengelap mobil, sebagai rutinitas hariannya saat sedang menungguku. “Selamat Pagi, Pader.” Sapaku kepada Pak Deri “Selamat pagi Non Yaya, siap berangkat ?” tanya pak Deri sambil merapikan peralatan membersihkan mobil yang telah selesai ia pakai. “Sudah pader, ayo kita berangkat sekarang, nanti terlambat.” “Udah terlambat Non.” Jawab pak Deri sambil terkekeh mengejekku, akupun tak tahan mendengar jawabannya dan seketika tawaku meledak, memang benar yang dikatakan Pak deri bahwa aku memang sudah terlambat. *** Mobilku pun menempuh jalanan ibukota yang tampak ramai, tapi untung saja tidak macet jika sempat macet maka aku harus siap untuk datang terlambat di hari pertama tahun ajaran baru ini. “Untung tidak macet ya pader” ucapku kepada Pader Kami biasanya memang sering bercengkrama di dalam perjalanan, terkadang ada saja obrolan yang akan membuatku dan Pader bercerita panjang lebar, hingga tak terasa kami sampai di tujuan. “Iya Non, saya sempat khawatir juga tadi macet” Aku hanya mengangguk tapi kemudian Pader melanjutkan ucapannya. “Tadi saya lihat di berita bakalan ada demo loh Non” “Demo?” “Iya katanya para sopir bus tidak terima karena kenaikan harga bahan bakar minyak yang semakin menyulitkan mereka” “Kasihan mereka ya Pader, mana ongkos murah bahan bakar mereka malah semakin mahal” Aku terkadang tak habis pikir dengan pemerintah, bagaimana bisa mereka tak memikirkan nasib para pekerja yang hidupnya sangat bergantung dengan setiap kebijakan yang ada di tangan pemerintah, seharusnya pemerintah harus membuat kebijakan yang membuat masyarakat sejahtera. Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, aku melihat berbagai manusia yang sedang sibuk melakukan pekerjaanya, ada pemulung yang sedang mencari barang bekas yang bisa dijual kembali, ada para pekerja kantor yang sedang mengantri menunggu bus trans Jakarta sambil sesekali mengecek jam tangan menandakan bahwa mereka sedang terburu-buru, ada beberapa pedagang yang sedang melayani para pembelinya, dan banyak hal lainnya. Begitulah kehidupan di ibukota manusia saling berlomba memperebutkan haknya, sampai terkadang lupa menjalankan kewajiban mereka sebagai manusia. Mereka tumbuh menjadi manusia yang hanya peduli kepada dirinya, yang penting dirinya bahagia, biarkan orang lain menderita, toh itu bukan urusannya. Bahkan bukan di ibukota saja kita bisa melihat di berbagai sudut kehidupan bahwa hampir setiap manusia tumbuh menjadi pribadi seperti itu, walaupun tidak dipungkiri ada segelintir manusia yang mampu bertahan dari pemikiran seperti itu. Mereka menjadi seorang yang sangat selfish atau biasa yang kita kenal dengan egois, bukan karena keinginan mereka tapi kerasnya kehidupan menjadikan mereka mau tak mau harus menjadi manusia seperti itu. Kehidupan yang keras bukanlah keinginan mereka, tapi begitulah kehidupan, terkadang tidak adil bagi sebagian orang. *** Tepat pukul 07.31 WIB, satu menit setelah bel berbunyi mobilku sampai didepan gerbang JIS. Artinya aku terlambat satu menit setelah bel berbunyi. Ya sekolahku memiliki peraturan setiap siswa wajib datang sebelum pukul 07.30, jika lebih dari itu berarti siswa itu akan dihukum sesuai peraturan yang telah berlaku. Sekolahku dikenal dengan nama JIS, kalian penasaran bukan apa itu JIS, mari kuperkenalkan tempatku menuntut ilmu, sekolah yang dikenal dengan singkatan JIS atau Jakarta International High School, sekolah terelit yang ada di Jakarta, JIS berbeda dari sekolah yang ada di Jakarta, sekolah ini adalah satu satunya yang memakai kurikulum international dengan bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris dan bahasa Prancis. Jadi siswa dan gurunya wajib menguesai kedua bahasa pengantar ini, tapi bagi siswa kelas X (Sepuluh) masih diberikan kelonggaran untuk hanya menguesai satu bahasa saja yaitu bahasa Inggris. Banyak hal istimewa yang ada di sekolah ini, mulai dari hal yang kecil sampai yang luar biasa. Hal kecil yang sangat istimewa di sekolah ini bahkan terkesan penting, yaitu bel sekolah ini yang menandakan masuk, keluar, istirahat, dan pergantian jam, di desain sedemikian rupa oleh perancang furniture yang terkenal yaitu Whitechapel Bel Foundry, sampai-sampai bel disekolah ini diklaim sebagai bel dengan bunyi paling harmonis di dunia, di mana tempat pembuatannya di dekat Stadion di Negara Italia, bahkan bel ini juga digunakan dibeberapa sekolah bergengsi yang ada di Italia. Tidak hanya bel saja, bahkan garda terdepan sekolah ini yang mengelilingi sekolah ini yap pagar sekolah. Pagar sekolah ini terbuat dari stainless steel dengan ukuran 2.04, ukuran stainless steel termahal dikelasnya. Sebegitu istimewanya sekolah ini, tentu saja dibarengi dengan tes masuk yang tidaklah mudah, bahkan tergolong sangat sulit dengan kemungkinan satu berbanding 200. Tes masuk sekolahku ini dibagi menhadi dua tahapan yang wajib dilalui. Tahapan yang pertama yaitu ujian masuknya yang sangat ketat, para pendaftar disajikan soal tes masuk yang setara dengan tes masuk universitas luar negeri selain itu para pendaftar harus memiliki skor TOEIC (Test of English for International Communication) dalam rentang 785-990, tidak berhenti disitu walaupun pendaftar berhasil melewati tahapan pertama, akan langsung menghadapi tahapan yang kedua, tahapan inilah yang banyak menggugurkan para pendaftar, bukan karena mereka kurang pintar tetapi karena pada tahapan kedua ini mereka harus diseleksi berdasarkan saldo rekening, terdengar aneh bukan, tapi begitulah yang terjadi. Tahapan penyeleksian saldo rekening ini dikenal sebagai tahapan paling ketat, hanya siswa yang memiliki saldo rekening minimal satu milyar atau lebih yang bisa masuk kesekolah ini. Hal ini dilakukan bukanlah tanpa alasan, karena menurut mereka, jika saldo rekening siswa yang masuk ke JIS tidak sampai 1 Milyar bagaimana bisa mereka bisa membayar SPP di sekolah mereka, yang hampir menyentuh angka 300 Juta per semester. Menurutku memang itu adalah sebuah angka yang fantastis, tapi menurutku sangat sepadan dengan fasilitas yang sekolah berikan kepada kami, para siswanya. Begitulah cerita mengenai sekolahku, walaupun banyak hal yang tidak masuk akal sebagai sebuah sekolah tapi begitulah sekolahku tempatku menuntut ilmu, dan dari sana kalian bisa mengambil kesimpulan bagaimana keseharian dan kehidupanku, ehehe. Untuk lebih detailnya nanti akan ada bagian tersendiri tentang diriku. *** Gerbang tinggi itu sudah ditutup satu menit yang lalu, dan siapapun yang terlambat tidak diizinkan masuk, tapi peraturan ini tidak berlaku kepadaku. Hal ini tentu saja karena ada sebabnya, tidak mungkin sekolah memberikan keluwesan sepeti itu hanya khusus untuk diriku. Kemudian aku turun dari mobil bewarna hitam keluaran terbaru merk Marcedes Benz, yang dikemudikan oleh pak Deri, sebelum turun tidak lupa aku pamit kepada pak Deri “Pak, aku masuk dulu ya.” “Iya Non, semangat belajarnya” jawab pak Deri Aku menjawabnya dengan kepalan tangan yang mengudara menunjukkan semangat 45 seorang Tylisia. Setelah sepenuhya turun dari mobil aku melangkahkan kakiku ke gerbang sekolah, tidak lupa sambil merapikan beberapa baju yang sedikit kusut karena aku yang sedikit grasak grusuk diatas mobil tadi. “Selamat Pagi, Pak” sapaku kepada satpam yang sedang membukakan gerbang untukku. “Selamat pagi juga, Non” balas satpam dengan ramah. “Bapak makin ganteng aja.” Ledekku kepada bapak satpam bernama pak Tatang “Eh Non, bisa aja saya udah ganteng dari sononya.” Ujar pak Tatang dengan lugunya, jawaban pak tatang mengundang gelak tawa dariku dan temannya “Tang ,,, Tang ga buta warna aja kamu ternyata buta mata hati.” Balas pak Asep, partner pak Tatang dalam dunia persatpaman. Aku meninggalkan duo persatpaman itu, karena menurutku jika aku tidak segera melarikan diri dari dua orang itu, aku akan semakin terlambat mengikuti pelajaran di kelas, apalagi sekarang hari pertama tahun ajaran baru, malu bukan jika harus terlambat. Dengan setengah berlari ku melewati halaman sekolah, setiap hari aku mengutuk halaman sekolah yang luas ini, karena kelasku berada diujung halaman sekolah dan tentu saja aku harus melewati halaman yang luasnya melebihi kebun binatang, hehehe maaf sepertinya aku terlalu lebay, pokoknya halamannya sangat luas. Saat tiba dikoridor sekolah, aku mengatur nafasku yang tersengal-sengal akibat setengah berlari melewati halaman sekolah, saat sedang mengatur nafas tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku “Woi Tyltyl, kamu terlambat lagi.” Sapa seorang lelaki yang bertumbuh tinggi menjulang, dengan perawakan yang gagah, kulit yang dibilang putih juga tidak dibilang hitampun tidak, mungkin bisa dikatakan kulit khas Indonesia. Kemudian bibir tipis dengan senyuman manis, yang memikat para kaum hawa, tolong digaris bawahi memikat kaum hawa tidak termasuk aku, malah aku merasa dibalik senyuman itu terselubung niat-niat jail. Siapa lagi kalau bukan Sidhen Savalas Rahabian, biasa dipanggil sinden olehku. Sidhen adalah sahabat aku sejak kecil, bisa dibilang best friend semenjak kecil, aku dan Shiden tumbuh dilingkungan yang sama. Shiden adalah satu-satunya orang yang tahu semua seluk beluk rahasia seorang Tylisia Harumi Darleen. Bahkan jika sampai mulut seorang Shiden ember, habislah aku. Tapi tidak hanya dia yang tahu rahasia ku, tetapi aku juga, bahkan aku sering akan membuka aibnya kepada calon gebetannya, tapi dengan kecepatan sogokan dari Shiden membuatku menutup mulut kembali. Shiden merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, Shiden dikenal sebagai anak bergolongan darah D, pasti kalian bingungkan mana ada golongan darah D, golongan darah itu hanya ada A, B, O, ya kalau tidak AB. Tapi golongan darah Shiden D, biar ku beri tau golongan darah D adalah singkatan dari golongan darah Dokter. Kenapa begitu, karena didalam tubuhnya mengalir titisan darah darah dokter. Keluarga Shiden, dimulai dari ayahnya adalah dokter yang sekarang sudah naik level menjadi seorang Direktur Rumah Sakit Swasta terkenal di Jakarta milik kakek dan neneknya Sidhen yang merupakan sepasang suami istri dengan pekerjaan dokter juga, tidak ketinggalan ibunya adalah seorang dokter spesial jantung terkenal yang telah melakukan ribuan operasi sulit selama ini, dan lagi-lagi kakak dan abangnya , kakaknya sedang mengambil spesialis di bidang yang sama dengan ibunya yaitu spesialis jantung, dan abangnya sedang menempuh pendidikan dokter di salah satu universitas ternama di luar negeri. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook