bc

Marriage Without Love

book_age18+
2.9K
FOLLOW
24.6K
READ
billionaire
love-triangle
sex
contract marriage
love after marriage
arranged marriage
dare to love and hate
band
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+

Lavina sangat mengidolakan The Atlas Band. Karena personilnya yang memang tampan-tampan. Terlebih lagi vokalis nya. Yaitu Alvan.

Tapi ia hanya sekedar ngefans, itu juga tidak fanatik. Biasa saja.

Lalu di usianya yang ke 27 tahun, tiba-tiba ia dijodohkan dengan sang idola. Ia menolak, ia memang menyukai Alvan. tapi bukan berarti ia mau menikah dengan pria itu.

Terlebih lagi, Lavina sudah memiliki kekasih bernama Dude. Pria yang ia cintai semenjak masa kuliah. Dude adalah pria yang di idam-idamkan untuk ia jadikan suami. Bukan Alvan dengan segala kesempurnaan nya. Meski sahabatnya menikah dengan salah satu personil Band The Altlas juga. Dan ia tidak memiliki ke inginan yang sama.

Tapi apalah daya, ia hanya seorang anak yang kewajibannya adalah membahagiakan kedua orang tuanya. Terlebih lagi ia sangat menyayangi Papanya.

dan dengan sangat amat terpaksa menuruti permintaan kedua orang tuanya.

" Kamu mau menikah dengan ku?".

" Ya". ia mendorong sebuah amplop putih kedepan Alvan. " Dengan Syarat dan Ketentuan yang berlaku".

Ia tidak perduli dengan pria tampan di depannya yang sedang memandangnya dengan bingung.

chap-preview
Free preview
PROLOG
                     Malam ini Lavina di minta pulang dengan cepat. Bahkan kalau bisa, sebelum hari gelap ia sebisa mungkin untuk ada di rumah kedua orang tuanya.   Ia bertanya ada apa, tapi baik Papa dan Mama nya tidak menjawab. Hanya meminta nya untuk pulang malam ini.  Membuatnya menjadi sangat penasaran.   Jadilah ia di rumah sekarang. Kebetulan ia jam dinas nya hanya sampai sore. Kemudian langsung memutuskan untuk pulang. Padahal ia kemarin janjian dengan Kandil, sahabatnya untuk nonton. Karena sahabatnya itu sedang di tinggal suami dinas keluar kota.   Begitu sampai dirumah, Ia langsung di sambut pelukan oleh Mamanya. Lalu menyuruhnya untuk siap-siap. Katanya akan ada tamu yang akan datang berkunjung.   Ia menjadi bingung, tidak biasanya kedua orang tuanya seribet itu. Jadi, ia mengambil kesimpulan kalau tamu ini penting. Atau sangat penting.   Ia bersiap-siap seperti yang di minta oleh Mamanya. Berdandan yang cantik kata beliau sebelum menyuruhnya ke kamar. Dan ia melakukan sebisanya. Dengan make up natural, mengenakan dress kesayangannya. Lalu memasang senyuman manis.   Ia selesai tepat saat mendengat suara deru mesin mobil. Karena penasaran ia memutuskan untuk mengintipnya melalui balkon kamarnya.   Begitu tiba di luar, dan melihat sebuah mobil Alphard hitam sudah terparkir di Carport rumahnya. Dan betapa terkejutnya saat ia melihat siapa yang baru turun dari dalam mobil itu. Keduanya sangat di kenal olehnya. Seorang pria tua yang berjalan di bantu tongkat, dan seorang pria muda yang dengan penuh perhatian membantu pria tua bersamanya.   "Pak Nugroho?". Gumamnya dengan penuh tanya.  Tok Tok tok   "Lavina". Seruan Namanya membuat ia terkejut.   "Iya Ma". Saut nya. Kembali ia masuk kedalam kamar. Berjalan untuk membuka pintu dan melihat Mamanya berdiri di depan kamarnya dengan senyuman manis. "Udah siap?. Turun yuk, tamunya udah datang". Ujar Miranda - Mamanya-.   "Aku gak tau, kalau Papa sama Mama mengenal Pak Nugroho". Ujarnya menutup kembali pintu kamar.   "Beliau sahabatnya Kakek". Jawab Miranda.   Dari anak tangga ia bisa mendengar suara obrolan Papanya dengan Pak Nugroho di ruang tamu. Dan saat ia muncul bersama Mama, membuat mereka langsung menoleh.   "Lho, Dokter Lavina?". Pak Nugroho menyebut namanya dengan cukup kaget. "Iya, ini putri tunggal saya. Om". Jawab Abram - Papanya -.   "Wahh.. saya tidak tau kalau Dokter Lavina itu anak kamu, Abram. Dia cantik sekali, mirip sama Darius". Ujar Beliau menyebut nama almarhum Opanya yang sudah menghembuskan napas terakhir sebulan yang lalu.   Papa nya mengulum senyum, Ia berjalan menghampiri beliau dan menyalaminya dengan sopan. Lalu juga menyalami Alvan yang memang sudah di kenalnya lewat Kandil -Sahabatnya-.  Pria tampan dalam balutan jas mahal itu juga tersenyum dengan begitu manis. "Kalian sudah saling kenal kan?". Tanya Miranda pada mereka berdua. "Iya Ma". Jawab Lavina duduk di samping sang Mama.   "Wahh.. bagus kalau sudah saling kenal. Jadi gak susah - susah nanti pendekatan nya". Ia langsung mengerutkan dahi mendengar penuturan tersebut.   "Alvan ini Cucu saya paling kecil, dan yang nanti juga bakal memimpin Rumah Sakit Medical". Lanjut Beliau. "Saya sudah tua, sudah waktu nya pensiun".     Lavina mengulum senyum saja, kepalanya mengangguk mengerti. Lalu melirik Alvan yang terlihat duduk dengan nyaman di samping Kakeknya.   "Papa udah cerita banyak tentang Nak Alvan" ujar Abram, kemudian beralih menatap Alvan. "Saya terima kasih banyak sama kamu, karena sudah selalu meluangkan waktu untuk menemani Papa saya. Sebelum meninggal juga beliau menanyakan tentang kamu". "Om gak perlu makasih sama saya, Opa Guntoro juga banyak membantu saya. Beliau memberi banyak perhatian pada saya." Jawab Alvan dengan senyum manis penuh sopan santun.   Lavina hanya memilih diam, karena ia memang tidak tau menahu apa yang sedang di bicarakan. Sampai, suara Pak Nugroho kembali terdengar dan membuatnya semakin bingung sekaligus kaget. "Jadi, sebagaimana yang pernah kita bahas sebelumnya. Juga perjanjian saya dengan sahabat saya. Tentang niat baik untuk mempererat lagi persaudaraan keluarga Guntoro dan Nugroho. Semoga Lavina dan Alvan nanti bisa menjadi pasangan yang bisa menjadi jembatan untuk kelurga kita".     Abram tertawa pelan, kepala beliau mengangguk menyetujui ucapan Pak Nugroho.   "Saya juga, Om. Apalagi saya percaya Nak Alvan pasti bisa menjaga putri saya". Jawab Abram melirik putrinya yang kebingungan.   "Pa-". Suara nya tenggelam, karena tangannya sudah di tahan sang Papa. Menatapnya untuk tidak mengatakan protes atau apapun. "Semoga perjodohan ini berjalan dengan Baik. Saya juga mengenal dengan baik Lavina. Jadi, cocok dengan Alvan."    Lavina mulai merasakan perasaan tidak enak. Perasaan kacau balau sekarang. Apalagi ketika Pak Nugroho menyebutkan perjodohan. Ia hendak protes tapi tatapan Papanya sudah lebih dulu menahannya. Bahkan dengan kejam, sang Papa begitu lancar mengatur semuanya tanpa pemberitahuan sebelumnya.   Ia tidak tau apa-apa. Membuatnya sangat mata dan merasa seperti orang bodoh. Kedua orang tuanya dengan tega menjodohkan nya. Padahal, mereka tau kalau ia sudah memiliki kekasih. ***   "Papa cuma minta satu hal sama kamu!. Turutin kali ini saja!". Suara Abram tampak meninggi padanya. "Enggak!. Lavina gak bisa! Pa!. Aku gak mau di jodohin!". Ia lebih keras lagi.   "Lavina". Miranda menegurnya dengan lembut.   Ia menggeleng kan kepala. Kedua orang tuanya sudah keterlaluan.   Setelah tamu pulang, setelah makan malam dan juga obrolan tentang pernikahan yang sama sekali tidak ia ketahui. Sekarang ia dan Papanya sedang bersitegang.   "Papa yang berhak memutuskan!. Kamu tidak berhak menolak!". "Papa!". "Lavina!. Ini permintaan terakhir dari Opa!.".   Ia menggeleng kepala, air matanya sudah mengalir deras. "Aku gak bisa, Pa!. Jangan paksa aku. Aku punya Dude!". "Laki-laki itu lagi!. Papa tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan dia!." "Pa, jangan gini aku mohon. Aku mencintai Dude. Dan akan tetap bersama nya!. Setuju atau tidak!. Ini hidup aku!. Aku yang berhak memutuskan untuk menikah dengan siapapun yang aku mau!. Papa gak berhak melakukan itu!!".  Bentak Lavina kelepasan amarah.   Abram terdiam, menatap putri satu-satunya dengan rahang mengeras. Matanya menatap tajam penuh marah dan kecewa. "Pa, aku mencinta Papa. Sangat. Tapi jangan begini Pa.. aku gak bisa". Ia menangis hebat. Berlutut di depan Papanya. "Baik, kalau ini mau kamu". Jawab Abram putus asa. "Kamu silah kan menikah dengan pria yang entah bagaimana asal usulnya. Silah kan!. papa akan bicara dengan Om Nugroho dan membatalkan perjodohan kamu dengan Alvan". Senyum Lavina merekah. Tapi, kelanjutan ucapan Papanya belum selesai. Dan sangat menghantam dirinya. "Dan setelah itu, jangan pernah lagi menganggap saya adalah Papa kamu". "Pah!". Miranda menegur tidak suka. Tapi, Abram tidak perduli.   "Silahkan minta pria itu datang kesini untuk meminang kamu. Dan Papa akan memberikan kamu padanya. Tapi, jangan pernah berharap kalau Papa akan menikahkan kalian. Silahkan hidup tanpa papa. Silah kan pergi dengan laki-laki yang kamu cintai mati-matian itu!".    Abram langsung berlalu pergi masuk kekamar setelah mengatakan hal itu. Meninggalkan Lavina yang membeku dan mematung di lantai masih dalam posisi berlutut.   Miranda menghela napas, ia memeluk putrinya. Mencoba untuk menenangkan nya. Setelah membujuk untuk tenang dan membiarkannya berbicara baik-baik dengan Papanya.    Lavina terduduk di sofa, ucapan terakhir sang Papa terngiang di kepalanya. Ia memejam, menekan habis perasaan sakit hatinya. Hatinya hancur tidak tersisa.   Apa dia sudah keterlaluan?. Apa dia sudah begitu menyakiti sang Papa, sampai beliau mengatakan hal yang begitu menyakitkan.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.3K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

Broken

read
6.3K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.5K
bc

Switch Love

read
112.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook