Menjemput Calon Madu

899 Words
"Bi, bagaimana? Sudah izin Dik Ratini kah?" tanyaku saat sarapan bertiga, Mbok Sumi masih mondar mandir untuk menyiapkan makanan. Terlihat wajah penasaran Ratini atas apa yang aku katakan kentara. "Maaf, Umi. Belum," jawab Abi pelan. "Kenapa? Abi takut, apa perlu Umi yang bicara dengan Dik Ratini!" Abi terdiam mungkin dia berat ataupun takut, aku tersemyum sinis, dalam hati kenapa dulu Abi tak takut mengatakan untuk poligami padaku bahkan membawanya kemari saat aku baru saja melahirkan! "Ada apa ini? Ada apa, Umi?" tanya Ratini penasaran. Aku tak segera menjawab. "Mbok, mana nasi gorengku?" tanyaku pada Mbok Sumi. Dia bergegas kebelakang dan mengambilkan apa permintaanku. "Monggo, Cah Ayu!" Mbok Sumi menghidangkan satu piring penuh nasi goreng yang masih panas. Aromanya pun langsung merebak memenuhi ruangan. "Dek Ayu juga mau?" tanya Mbok Sumi bertanya pada Ratini. Uueekk... Tiba-tiba Ratini mual-mual, dan langsung berlari menuju kamar mandi. Abi hampir beranjak ketika tanganku langsung menahannya. "Abi sudah kesiangan, biar Umi saja!" aku langsung berdiri, sedangkan Abi duduk kembali untuk menyantap makanannya. Sesuai expetasiku, kalau Ratini pasti akan mual kalau bau bumbu yang menyengat, itulah kenapa aku sengaja meminta Mbok Sumi memasakan aku nasi goreng dengan menambahkan bawang putih lebih banyak. Kuuyel-uyel lehernya untuk meredakan mualnya, dia masih memegangi perutnya. "Mbak dan Abi mau ngomong apaan si?" tanya dia ketika sudah berhenti muntah. "Nanti saja, lebih baik kamu istirahat dulu!" perintahku langsung di anggukan. Apa yang aku katakan tak akan boleh dia membantahnya! Itu kupinta sejak aku kembali dari rumah sakit dan Abi pun menyetujuinya hingga sampai saat ini ketika Ratini bertanya sekali jawabanku tak akan ia pertanyakan lagi, walau mungkin dia belum puas. Aku kembali kemeja makan, Abi sudah selesai dan beranjak dari duduknya. "Gimana, Mi. Udah sembuh Adek?" tanya Abi. "Udah aku suruh Istirahat, Bi. Biasalah namannya saja orang ngidam. Abi tak perlu khawatir, Umi selalu memantaunya." Abi mengangguk, aku mengantarnya sampai kedepan, bersama kupanggil Arjuna yang tengah di gendong suster. Abi mencium gemas pipi Arjuna, "Jadi jagoan Abi ya, Sayang! Sebentar lagi Juna punya teman." Setelah itu Abi masuk mobil dan berjalan menjauh dari rumah. Kubalikkan badan dan melihat Ratini berlari menuju kedepan. "Abi udah berangkat, lebih baik masuk saja!" ucapku ketus sambil berlalu melewatinya. Membawa Arjuna masuk juga. **** "Kamu sudah pastikan kan Nita mau?" tanyaku pada Mia lewat sebrang telfon. "Pasti, Lah. Orang tuanya saja sudah setuju. Lagian dia itu mantan anak ngga bener. Walau usianya masih muda tapi dia itu sudah lepas dan bergaul bebas." "Oke! Baik, bilang saja padanya. Secepatnya aku akan menjemputnya!" "Baik, Salma. Tapi... Bagaimana tentang penampilanya. Apa Usman mau kalau dia melihat Nita dengan pakaian yang tak tertutup!" Mia bertanya penuh keraguan. "Itu aku urus nanti! Aku akan merubahnya menjadi wanita yang terlihat shalehah." "Baik! Sampai bertemu." Mia menutup telfonnya. Aku tersenyum, semua sudah sesuai keinginanku. Kita lihat saja, bagaimana kamu merasakan pahitnya madu. Jangan cuma jadi madu, rasakan juga bagaimana rasanya di madu. Malam hari ketika Abi masuk kekamarku, terlihat dia begitu kuyu, sedang memendam hasrat. Aku yakin dia baru saja mendapat penolakan dari Adik maduku. "Kenapa, Bi? Kok mukanya kusut gitu!" selidikku. "Abi tidur di sini ya, Mi. Adek ngga mau tidur bareng Abi. Katanya mual!" "Ohh.... Tentu, silahkan Abi tidur." Aku langsung memasang tubuh membelakanginya. "Mi.... " "Hemm.... " "Apa Umi masih takut hingga.... " Sekejab aku dapat menangkap bahwa dia menginginkan sesuatu. Aku segera berbalik dan langsung menarik tubuhku untuk duduk. "Bi, Abi tahukan bagaimana Umi tergeletak sampai tiga minggu. Bahkan membuat Abi harus menunda honeymoon hanya karena Abi khawatir kalau-kalau Umi hilang nyawa!" Kulihat nafas berat terhembus dari hidungnya. "Lagian Abi di kasih solusi nggak mau! Sekarang kaya gini, bagaimana lagi! Padahal dia sudah mau dan orang tuanya setuju. Umi kasian pada keluarganya, Bi. Dia itu kurang mampu, dari pada dia salah jalan memilih jalan pintas tak ada salahnya kan kalau kita menolong. Dapat dua pahala loh, Abi!" sengaja aku buat dia berfikir sejenak. "Pahala menolong orang miskin dan juga pahala menjauhkan dia dari dosa yang kemungkinan dia lakukan ketika salah jalan! Bukankah tujuan poligami Abi bukan semata karena kecantikan perempuan itu yang artinya karena nafsu!" Kali ini terlihat Abi menatapku tajam, mungkin dia sudah mulai berfikir. "Abi kenapa sih takut banget sama Adik Ratini! Lagian tuh yah, Umi nikahkan Abi dengan ABG loh bukan janda tua!" aku pura-pura memanyunkan bibir. "Bu-bukan begitu, Mi, tapi Abi pernah janji sama Adek kalau Abi tak akan mencarikan madu lain untuknya selain Umi." Cuihh! Seromantis itukah gombalan Suamiku pada Ratini! Seolah dia tuan putri yang tak mau sakit hati. Bukankah dia hanya seperti selir. Kedudukannya tetap akulah yang tertinggi di rumah ini. "Terserah Abi! Umi capek!" segera aku tarik selimut untuk menutupi wajahku. "I-Iya deh, Umi. Abi setuju, tapi bilang sama Adek Ratininya setelah calon pengantinnya di bawa kesini saja, ya. Seperti dulu saat..." aku segera menempelkan telunjuk pada bibir suamiku. "Oke, Bi. Umi setuju. Besok Umi kesana menjemputnya. Jangan lupa kasih Umi uang cas untuk keluarga mereka agar mempersiapkan segala sesuatunya!" "Secepat itu, Umi?" "Bukankah Abi juga sudah tak tahan. Apa Abi mau itunya karatan hingga tak dapat tidur lagi karena kelamaan tak tersalurkan!" "Ya enggak lah, Mi. Nanti Abi di tinggal dong sama istri-istri Abi!" "Ya udah nurut atuh! Pokoknya besok Umi langsung On The Way menjemput calon adik madu Umi." Abi tersenyum tipis, "Terima kasih, Umi!" dikecupnya keningku. "Sama-sama, Abi. Ini semua awal dari penderitaanmu karena memilih poligami!" tentunya kata-kata itu hanya aku katakan dalam hatiku. "Selamat malam, Abi!" ~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD