bc

I Love You My pawang

book_age16+
46
FOLLOW
1K
READ
HE
badboy
heir/heiress
drama
bxg
mystery
witty
highschool
like
intro-logo
Blurb

Kata orang, jika berjodoh, mereka akan kembali pada pasangannya masing-masing bagaimanapun masalahnya. Dan itu terbukti dengan adanya kisah ini.

Kisah ini menceritakan pertemuan antara Vano, Sang ketua Geng The Draks yang terkenal akan sifat gombalannya bertemu dengan Vani, seorang perempuan yang memiliki sifat galak. Pertemuan pertama mereka, memang tidak baik, membuat Vani selalu melemparkan sinyal permusuhannya.

Vano yang merasa tertantang ingin meluluhkan hatinya Vani, bertekad ingin menjadikan Vani pacarnya. Namun siapa sangka, Vani malah menolaknya akibat masa lalunya.

Masa lalunya Vani yang suram, ternyata berkaitan erat dengan Vano. Yang mereka berdua tidak ketahui adalah, sebenarnya Vano dan Vani sudah bertunangan pada dua tahun silam.

Dan pertunangan mereka berdua ternyata menyimpan banyak misteri. Terlalu banyak misteri, membuat mereka berdua sadar, jika dunia memang sempit. Mereka baru mengetahui sebuah fakta, jika orang yang sudah dianggap sebagai keluarga, juga bisa melakukan suatu kebohongan. Lantas, siapa yang telah melakukan kebohongan yang besar?

chap-preview
Free preview
Prolog
Tersesat dalam rasa ketidakpercayaan, membuatku kehilangan kemampuanku untuk mempercayai semua orang. Namun, ketika hadirnya rasa nyaman darimu, tanpa kusadari, ternyata aku sudah mempercayaimu. Bisakah kau jaga rasa kepercayaanku itu? -Devani Puspita Jayachandra- Semua orang pernah tersesat. Tersesat dalam bermacam-macam arti. Dan aku juga pernah mengalaminya. Membuatku bingung harus memilih satu jalan yang tepat. Kalian tahu, kebingunganku dalam kesesatan itu bagaimana? Yaitu, aku bingung, harus menjadikanmu sebagai pacarku atau istriku? -Devano Matteo Adhitama- *** "Kakak nggak mau kenalan sama teman kita?" tanya Adel sembari menunjuk Vani yang sedari tadi hanya diam saja. "Kalau dia mah nggak usah ditanya lagi. Dia kan jodoh gue," kata Vano sangat yakin. "Dih pede banget," sembur Vani. "Anak mana sih?" tanya Vano sembari menatap lekat Vani. "Gue?" tanya Vani untuk menyakinkan Vano. Dan Vano hanya mengangguk. "Ya elah, anak? Boro-boro anak, suami saja belum punya," jawab Vani terlihat ketus. "Maksutnya, lo tinggalnya dimana?" tanya Vano lagi. "Ya dirumahlah, masa di supermarket," jawab Vani ketus lagi. "Ya rumahnya dimana?" tanya Vano lagi sembari mencoba bersabar. "Ditinggalah, masa dibawa-bawa. Berat kali," jawab Vani tetap terlihat ketus. "Ya sudah. Gue nggak jadi tanya," jawab Vano akhirnya mengalah. "Siapa suruh situ SKSD sama gue," sindir Vani. "Elo jadi cewek, nggak usah sok jual mahal ya," kata Vano sinis.  Dan perkataan Vano kali ini yang telah berhasil memancing emosi Vani. Vani meggeser maju mangkuknya, kemudian kedua mata Vani menatap tajam ke arah Vano. "Kalau lo mau dihargai sama orang lain, lo juga harus menghargai mereka. Buat sikap gue ke elo, gue rasa ini adil. Karena lo yang mulai duluan. Elo yang tadi pagi sudah salah nilai gue. Gue emang cewek. Tapi gue bukan seperti cewek-cewek yang lain. Inget, nggak semua cewek mau digombalin. Apalagi digombalin sama cowok kayak lo," kata Vani yang berhasil membuat Vano mematung. Tak ada tanggapan dari sang lawan bicara, Vani lebih memilih pergi meninggalkan kantin. **** 'Akhirnya gue dapet mainan baru lagi,' batin Vano kemudian menyeringai tipis sampai tak ada seorang pun yang melihatnya. *** "Gue mau ngomong penting sama lo," kata Vano. "Satu menit," tandas Vani. "Yesss...." sorak Vano. "Cepetan," kata Vani dingin. "Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Vano dari ujung telepon. Sempat terjadi keheningan sejenak. "Nomor yang anda hubungi tidak mau dengan Anda. Silahkan coba ngaca beberapa saat," balas Vani dan segera mematikan sambungan. *** Dan kemudian Vano merengkuh tubuh Vani kedalam dekapannya. Menghirup harum tubuh Vani. Sejenak Vano merasa seperti ada perasaan damai saat Vano memeluk Vani. Seperti lengkaplah sudah kisah hidupnya. Bagaikan hanya Vani lah sumber kebahagiaannya. Sesaat Vano berlahan menutup kedua kelopak matanya. Meresapi rasa hangat yang mulai memabukkan. Hingga kemudian tubuh kecil itu menjauh darinya. Plak! Vani mendorong tubuh dan menampar pipi Vano sangat keras. Bahkan Vano hampir saja terjungkal ke belakang jika dia tak menjaga keseimbangannya. Vano menatap kedua mata Vani. Mencari sesuatu yang telah mengganggu dirinya. Tapi dia tak menemukan apapun kecuali kebencian yang bertambah dalam. Dan rasa sakit di pipinya yang baru ditampar oleh Vani, dia abaikan begitu saja "Mau lo apa, hah. Meluk-meluk gue seenak jidat lo!" teriak Vani murka. "Lo nyaman nggak, gue peluk?" tanya Vano balik dengan ekspresi bingung. "Gue benci sama lo," desis Vani sembari berbalik badan. *** Vani merasa sangat pusing. Dengan berlahan, dia memaksa kedua kelopak matanya agar segera buka. Saat sudah terbuka, dengan perlahan Vani menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Saat penglihatannya sudah sedikit membaik, Vani melihat ke atasnya, didepannya terpampang wajah seseorang. Wajah itu sedikit mirip dengan Anton yang dia temui dialam bawah sadarnya. "Eghh... Anton?" kata Vani. Orang itu hanya mengernyit heran dengan apa yang Vani ucapkan. Lama-lama wajah yang mirip Anton itu terlihat jelas, dan ternyata dia adalah, "Anton? Gue bukan Antonio si pembalap motor GP. Gue Devano si penakhluk hati," balas Vano kesal yang Vani kira sebagai Anton. 'Jadi, tadi cuma mimpi? Apa yang tadi adalah potongan memori dari masa lalu gue?' batin Vani bertanya kepada dirinya sendiri. "Van, lo nggak papa kan? Masih pusing?" tanya Vano lembut. Vani hanya mengerjapkan kedua matanya. 'Kalo yang tadi adalah potongan memori gue dimasa lalu, maka Anton bukan pembohong,' batin Vani lagi. Jelas saja, yang Anton ceritakan pada malam itu, sama persis seperti yang Vani alami di alam mimpi tadi. Vani yakin, dirinya harus percaya dengan Anton, agar dia bisa mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. "Van, lo masih pusing ya? Jangan bikin gue khawatir dong. Lo nggak papa?" tanya Vano lagi. Karena jengah akhirnya Vani membalas, "Gue nggak papa. Dah pergi aja lo," usir Vani. Sedangkan Vano hanya cemberut dengan perkataan Vani. "Lo pingsan, pasti karena lo nggak sarapan kan? Lo mau sarapan kan? Itu ada soto, gue udah nyuruh Cakra tadi buat beliin lo soto," terang Vano sembari menunjuk soto yang masih sedikit hangat diatas meja. Vani hanya melirik sekilas. "Apa lo mau minum? Nih ada air putih, tadi diambilin sama petugas kesehatan," ujar Vano sembari mendekatkan segelas air putih ke hadapan Vani. Tapi lagi-lagi Vani hanya meliriknya. Vano berpikir sejenak. "Ah, apa lo mau gue nikahin. Ya udah ayok ke KUA," seru Vano girang. Vani yang kesal dengan Vano yang suka berbicara sembarangan segera menabok lengan Vano. "Sembarangan lo. Pergi aja sono. Gue mau istirahat," ucap Vani sembari menarik selimut sampai menutupi kepalanya. "Nggak mau gue temenin?" tanya Vano. "Nggak!"  "Ya elah. Masih aja galak. Ya udah gue pergi dulu. Good well soon, Sweety," kata Vano sembari mengelus kepala Vani yang tertutup oleh selimut. *** "Argh. Lo gemesin banget sih. Nikah sekarang yok!" Pletak! Vani menjitak kepala Vano dengan wajah memberengut. "Kalau ngomong, dipikir dulu." "Ya habisnya, elo gemesin banget." "Lo tahu, sejak pertama gue kenal sama lo, lo itu terlihat beda dari cewek yang lain. Dan itu sukses bikin gue suka sama lo dan juga sayang ke elo," kata Vano dengan tulus. Jujur, Vani merasakan ketulusan itu. Tapi dia tak menyadari arti ketulusan dari ucapannya Vano. Vani menghembuskan napasnya pelan, "Apanya yang lo suka dari gue?" "Semua. Semua yang ada di diri lo, semuanya itu gue suka." "Kalau sifat gue berubah, lo tetap suka sama gue?" "Gue suka sama lo sampai akhir hidup gue." "Kalau gue nggak suka sama lo?" "Gue bakal bikin lo, jadi suka sama gue," jawab Vano mantap dengan menatap kedua mata coklat milik Vani. "Kalau fisik gue berubah?" "Gue tetap suka sama lo," balas Vano kemudian tersenyum simpul. "Karena yang paling penting itu hati lo. Hati lo yang udah narik hati gue, bukan fisik lo. Lo inget pepatah, Cinta itu nggak mandang fisik ataupun kasta." Vani menundukkan kepalanya. Tak kuasa jika ditatap oleh Vano terlalu lama. Perasaanya memang sedikit berubah terhadap Vano. Vani yang sekarang sudah bisa menerima kehadiran seorang Vano di hidupnya, tapi tak di hatinya. "Lo harus berpikir dua kali untuk jatuh cinta. Nggak semua cinta pandangan pertama akan terasa indah. Karena nggak ada yang bisa menjamin, saat pandangan pertama itu, memang murni cinta ataupun hanya nafsu belaka," ujar Vani yang masih menundukkan kepalanya. Dengan perlahan Vano meraih wajah Vani. Diangkatnya wajah Vani sampai kedua pandangannya bertemu. "Saat pertama kali gue ketemu sama lo, gue ngerasa lo bukan cinta pandangan pertama gue," ujar Vano. "Tapi, seperti cinta abadi gue." *** Ini kisah mereka, dua manusia yang bertemu karena ketidaksengajaan. Dua manusia yang mempunyai sifat bertolak belakang. Dua manusia, tanpa mereka sadari, mereka telah mempunyai sebuah hubungan yang sangat erat. Entah itu hubungan saudara, hubungan pertemanan, atau bahkan hubungan yang lebih dari itu? Ikutilah kisah mereka jika ingin mengetahui jawabannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.7K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
29.0K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.2K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook