Nasehat Dari Seorang Gadis

1703 Words
"Gue paling gak suka kalo dinasehati sama cewek. Tapi kok sama elo beda." -Devano Matteo Adhitama- Teng! Teng! Teng! "Yeah akhirnya istirahat juga!" seru Adel yang berada tepat didepannya Vani. "Kita jadi ke kantin kan, Van?" tanya Adel setelah memutar tubuhnya menghadap ke arah Vani. "Hmm," jawab Vani singkat. "Lo beneran nggak ikut kita ke kantin, Raf?" tanya Keysa kepada Rafa yang duduk tepat dibelakangnya. "Sebenarnya gue juga mau ikut, tapi ada sesuatu yang harus gue urus dulu. Gue duluan ya?" pamit Rafa. "Ye sok sibuk bener, lo, Raf!" seru Adel. "Seriusan. Nanti kalau gue nggak sibuk, gue bakal ikut kalian ke kantin," balas Rafa. "Janji lo?" tanya Vani yang lebih menuju untuk menantang Rafa. "Elah gitu aja, pake janji-janjian," kekeh Rafa. "Janji nggak?" tantang Vani lagi. "Oke gue janji. Gue pergi dulu." Setelah berkata begitu, Rafa pergi ke luar kelas entah mau kemana. "Yok kita ke kantin," ajak Adel. "Kuylah," jawab Keysa penuh semangat. Vani, Adel dan Keysa pergi ke luar kelas. Mereka berjalan menuju ke arah kantin sekolah berada. Memang di sekolah ini tersedia banyak kantin. Tapi hanya ada lima kantin yang letaknya mudah dijangkau oleh para murid. Kantin-kantin ini terletak di ujung koridor utama. Hal inilah yang membuat kelima kantin ini selalu ramai. "Kok udah penuh sih bangkunya?" gerutu Adel. "Makanya kalau mau ke kantin, nggak usah banyak omong," ujar Vani sekenanya. "Lah elo kan juga ikut-ikutan ngomong, kenapa cuma gue yang disalahin?" sela Adel yang mulai sewot. "Gue nggak nyalahin lo, Adel," kata Vani jengah. "Lah tadi lo ngomongnya ke arah gue," bantah Adel yang tak mau kalah. "Gue emang ngomong hadap ke arah muka lo. Tapi gue nggak berniat buat salahin elo," terang Vani. "Tapi kan---" "Sudah-sudah. Nggak usah berantem deh. Itu ada bangku kosong. Yuk kita duduk disana saja," ajak Keysa sembari menarik paksa tangan Vani dan Adel. Vani dan Adel hanya pasrah saat salah satu tangan mereka ditarik paksa oleh Keysa menuju bangku yang ada di pojok kantin. Setelah sampai Keysa mendudukan tubuh Vani dan Adel diatas bangku. "Mumpung gue lagi baik hati nih, mending gue sendiri saja yang pesan makanannya. So, lo berdua mau pesan apa?" tanya Keysa kepada Vani dan juga Adel. "Gue pesan mie ayam," kata Vani. "Terus buat minumannya, es teh aja." "Gue samaain aja sama punyanya Vani," sahut Adel. "Dih ikut-ikutan," ejek Vani. "Ye biarin," balas Adel. "Oke jadi semuanya mie ayam tiga sama es tehnya juga tiga ya. Gue pesan dulu," pamit Keysa. "Ya sudah pergi sana," ceplos Vani sembari mengeluarkan ponselnya. "Ngusir lagi," jawab Adel. "Bodo amat," balas Vani. Vani segera memiringkan ponselnya dan menyalakan game terbarunya. Saking asyiknya Vani bermain game, sampai-sampai Vani tak menyadari kedatangan Keysa dengan pesanan-pesanan mereka. Adel dan Keysa sudah mulai melahap pesanan mereka, tapi Vani masih asyik dengan gamenya. "Ya pantas saja, badan lo kerempeng karena lo cacingan Van. Game lo aja cacing," ucap Keysa setelah melirik apa yang telah dimainkan oleh Vani. "Sewot amat lo," jawab Vani setelah mematikan gamenya dan ikut melahap pesanannya. "Gue heran, siapa temen dulu saat lo masih SMP?" tanya Adel. "Kenapa emang?" Vani balik bertanya. "Ya gue cuma salut saja sih. Dia kuat amat sama omongan pedes lo itu," jawab Adel setengah menyindir. "Lo kalau nggak mau temenan sama gue ya sudah. Gue emang gini orangnya dari lahir. Gue nggak akan nutup-nutupin sifat gue, hanya buat mencari muka didepan teman baru gue. Kalau mereka tahu sifat asli gue belakangan, sama saja mereka bakal ninggalin gue. Lebih enak kayak gini kan? Nunjukin sifat asli gue didepan," kata Vani tanpa ekspresi. "Gitu aja baper Van. Gue juga nggak masalah kok temenan sama lo. Gue aja juga punya kekurangan," jawab Keysa. "Adel, lo harus minta maaf sama Vani." "Sorry Van," kata Adel yang merasa tak enak terhadap Vani. "It's okey. Gue ngerti kok. Gue tahu lo, tipikal cewek yang asal ngomong, apabila ada sesuatu hal yang mengganggu otak lo," ujar Vani sembari menatap kedua bola mata Adel. Yang ditatap hanya membulatkan kedua matanya dengan sempurna. "Kok lo bisa tahu. Padahal kita baru kenal aja loh. Lo cenayang ya?" tanya Adel. Dan Vani hanya mengangkat kedua bahunya acuh sebagai jawabannya. Mereka bertiga kembali melahap mie ayamnya masing-masing. Sampai terdengar suara riyuh dari pintu kantin yang mengganggu kegiatan mereka . Di depan pintu kantin berdiri lima laki-laki yang terkenal mostwanted. Mereka memang suka mengganggu siswa lain dengan suara yang mereka timbulkan dengan botol air mineral kosong yang telah mereka isi dengan kerikil dipadukan dengan tepukan meja dan juga gitar. Sebenarnya bukan mengganggu, hanya saja mereka ingin menghibur semua orang yang sedang istirahat di kantin tersebut. Botol itu akan mereka pukul-pukulkan diatas meja agar suaranya semakin berisik. Tapi tak ada yang berani menegur mereka. Memangnya orang bodoh mana yang mau mencari masalah dengan lima laki-laki bad boy yang terkenal sangat nakal dan tentu saja tampan. Kelima laki-laki mostwanted itu terdiri dari, Devano Matteo Adhitama atau lebih sering dipanggil Vano yang terkenal dengan sifat gombalnya dan juga merupakan seorang laki-laki paling tampan diseluruh penjuru sekolah. Memiliki netra yang berwarna hitam pekat. Baju dikeluarkan, dan dua kancing teratas dia biarkan terbuka. Laki-laki badboy, tapi doyan makan permen milkita. Namun jangan salah, meskipun begitu Vano merupakan sang ketua dari Gengster The Draks. Gengster yang sudah terkenal diseluruh penjuru sekolah. Kedua ada Kenzo Mahendra Mahardika, tentu tak kalah tampannya dengan Vano. Dia memiliki netra yang berwarna hijau. Tubuhnya kekar dan memiliki tinggi badan yang hampir sama dengan Vano. Dia merupakan wakil di Gengster The Draks. Ketiga ada Aditya Cakra Jauzan, laki-laki paling jahil dan banyak tingkah. Memiliki tubuh paling kecil daripada teman-temannya. Rambutnya sedikit keriting. Dan dialah paling pendek diantara teman-temannya. Dan satu lagi, dia paling receh. Laki-laki satu ini merupakan anggota inti dari Gengster The Draks. Keempat ada Malik Galih Liam, laki-laki paling alay diantara Vano dan teman-teman yang lainnya. Suka menggulung celana bagian bawahnya atau bahkan sengaja merobek celana sekolahnya tepat di bagian lututnya. Memiliki netra mata berwarna hijau. Kalo laki-laki yang satu ini juga termasuk salah satu anggota inti dari Gengster The Draks. Dan yang terakhir ada Zafran Kendrik Valentino. Zafran adalah laki-laki yang paling pendiam dan cool diantara lima laki-laki tersebut. Tidak suka banyak bicara dan juga bertingkah. Serta lebih senang bermain game di ponselnya. Anggotanya dalam Gengster The Draks sama dengan Cakra dan Galih, yaitu sebagai anggota inti. Vani melihat ke belakang tepat di depan pintu dan Vani melihat laki-laki yang telah mengganggunya tadi pagi. Mata Vani memicing tajam. Menatap ke arah laki-laki yang berada di baris paling tengah, dengan perasaan rasa tak suka. Tanpa merasa bersalah Vani berteriak. "Berisik!" teriak Vani ke arah lima laki-laki itu. Suasana kantin mendadak hening seketika. Semua mata menatap ke arah Vani dengan tatapan tak percaya. Tapi Vani tak ambil pusing, dia segera menghadap lagi ke mejanya, dan melanjutkan acara makan siangnya. "Van, cewek yang tadi pagi tuh. Samperin gih," ucap Cakra yang berada tepat disamping tubuhnya Vano yang masih terdiam. "Samperinlah Van. Masak lo takut cuma gara-gara soal tadi pagi doang?" sahut Galih yang bermaksud untuk memanas-manasi Vano. "Oke," putus Vano mantap sembari menghampiri bangkunya Vani. "Hai adek cantik," sapa Vano saat sudah sampai tepat didepannya Vani. Tapi Vani hanya diam saja, dia tetap melahap makanannya. "Gue boleh duduk disini nggak?" tanya Vano. Tapi tetap saja tak ada jawaban dari Vani. Adel dan Keysa yang merasa tak enak hati, kemudian mempersilahkan Vano untuk bergabung bersama mereka. "Boleh kok, Kak. Duduk saja," kata Adel. Mendapat persetujuan dari temannya Vani, Vano pun langsung duduk tepat didepannya Vani. "Eh kalian adek kelas gue ya, waktu di SMP?" tanya Vano kepada Adel dan Keysa. "Iya Kak," balas Keysa. "Boleh kenalan, nggak?" tanya Vano lagi. "Boleh banget," jawab Adel kegirangan. "Nama lo siapa?" tanya Vano sembari menoleh ke Adel. "Namaku Adel, Kak." "Oh gue kirain Mala," kata Vano sembari tersenyum. "Mala?" tanya Adel bingung. "Iya. Malaikat hidup gue," gombal Vano disertai dengan senyum mautnya. Blus. Kedua pipi Adel bersemu merah muda. "Ih Kakak bisa aja," ujar Adel malu-malu. "Kalau lo, namanya siapa?" tanya Vano sembari menunjuk Keysa. "Namaku keysa, Kak." "Okey. Kalian sudah kenal sama gue kan?" "Udah Kak," jawab Adel dan Keysa kompak. Melihat Vano yang tak berniat untuk bertanya kepada Vani, akhirnya Adel berinisiatif untuk bertanya duluan. "Kakak nggak mau kenalan sama teman kita?" tanya Adel sembari menunjuk Vani yang sedari tadi hanya diam saja. "Kalau dia mah nggak usah ditanya lagi. Dia kan jodoh gue," kata vano sangat yakin. "Dih pede banget," sembur Vani. "Anak mana sih?" tanya Vano sembari menatap lekat Vani. "Gue?" tanya Vani untuk menyakinkan Vano. Dan Vano hanya mengangguk. "Ya elah, anak? Boro-boro anak, suami saja belum punya," jawab Vani terlihat ketus. "Maksutnya, lo tinggalnya dimana?" tanya Vano lagi. "Ya dirumahlah, masa di supermarket," jawab Vani ketus lagi. "Ya rumahnya dimana?" tanya Vano lagi sembari mencoba bersabar. "Ditinggalah, masa dibawa-bawa. Berat kali," jawab Vani tetap terlihat ketus. "Ya sudah. Gue nggak jadi tanya," jawab Vano akhirnya mengalah. "Siapa suruh situ SKSD sama gue," sindir Vani. "Elo jadi cewek, nggak usah sok jual mahal ya," kata Vano sinis. Dan perkataan Vano kali ini yang telah berhasil memancing emosi Vani. Vani meggeser maju mangkuknya, kemudian kedua mata Vani menatap tajam ke arah Vano. "Kalau lo mau dihargai sama orang lain, lo juga harus menghargai mereka. Buat sikap gue ke elo, gue rasa ini adil. Karena lo yang mulai duluan. Elo yang tadi pagi sudah salah nilai gue. Gue emang cewek. Tapi gue bukan seperti cewek-cewek yang lain. Inget, nggak semua cewek mau digombalin. Apalagi digombalin sama cowok kayak lo," kata Vani yang berhasil membuat Vano mematung. Tak ada tanggapan dari sang lawan bicara, Vani lebih memilih pergi meninggalkan kantin. "Del, Key, gue balik duluan." Setelah berkata begitu Vani langsung meninggalkan kantin. "Eh Van tungguin," kata Adel. "Kita balik ke kelas dulu kak," pamit Keysa. Tapi Vano hanya diam saja. Akhirnya Adel dan keysa pergi dari kantin juga untuk menyusul Vani. Keempat temannya Vano hanya dapat melihat interaksi tadi. Tapi mereka tak mendengar apa yang telah dikatakan oleh Vani. Karena Vani bebicara dengan suara pelan. Merasa ada yang aneh dengan Vano, keempat temannya menghampiri Vano. "Emangnya apa yang cewek itu omongin. Sampai lo kayak patung gini?" tanya Galih sembari duduk disebelahnya Vano. "Gue---" Seolah teringat dengan sesuatu, Vano tak menyelesaikan ucapannya. Dan berlalu pergi meninggalkan teman-temannya. "Gila. Main nyelonong aja, tuh bocah!" teriak Cakra merasa kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD