Di Luar Tugas Kampus

1081 Words
Semua mahasiswa langsung duduk rapih pada tempatnya saat Elvan memasuki kelas, pria itu melihat Zea selalu duduk di sebelah gadis berambut pendek yang Elvan kira tadi adalah seorang laki-laki. Elvan langsung memulai kelasnya setelah dia masuk ke dalam. Setiap kelas Elvan semua mahasiswa selalu hadir tepat waktu, dia tidak mau kelasnya terganggu dengan kedatangan mahasiswa yang terlambat karena akan mengganggu dia mengajar begitu juga dengan mahasiswa yang lainnya. Dua jam lamanya Elvan mengajar tentang kebudayaan dan sejarah Jepang, semua mahasiswa menyimak dengan serius apa yang dosen itu ajarkan. "Ze, Pak Elvan ganteng banget yah," bisik Clara. Teman baik Zea itu sudah jatuh cinta pada Elvan saat pertemuan pertama ketika dosennya itu pertama kali masuk kelasnya dan mulai mengajar. "Percuma ganteng kalau galak bin killer disiplin akut dan pelit nilai," balas Zea ikut berbisik membahas sang Dosen. Awalnya Zea juga terpesona dengan kharisma Elvan ketika pertama kali mereka bertemu tapi Zea sadar dan menjadi membenci sang Dosen yang ternyata tambah kesini tambah kelihatan sifat aslinya yang menurut Zea kalau Elvan itu galak, terlalu disiplin dan pelit nilai. Benar pepatah yang banyak orang bilang "Tak kenal maka tak sayang" mungkin sekarang itu yang Zea rasakan karena dia tidak mengenal lebih dalam sang Dosen. Setelah selesai mengajar di kelas Zea, Elvan melanjutkan mengajar di kelas lainnya. Sampai jam makan siang datang. *** Elvan bingung saat Rektor Universitas tempat dia bekerja mengajaknya makan siang bersama sedangkan dia harus menjemput Yuza pulang sekolah. Biasanya memang Elvan yang mengantar sekolah tetapi ketika pulang sekolah Yuza akan di jemput oleh Ken kakeknya Yuza, papanya Elvan. Tapi hari ini Ken harus kontrol kerumah sakit bersama Indira jadi tidak ada yang dapat menjemput Yuza kalau bukan dirinya. Elvan langsung mengambil ponselnya lalu menekan nomer ponsel seseorang yang bisa dia mintai tolong. "Halo," jawab seseorang disana. "Kamu bisa bawa mobil?" Tanya Elvan ketika bunyi nada tunggu ponselnya berubah menjadi salam suara seorang wanita. "Bi-bisa, Pak. Kenapa?" jawab gadis itu ketika dia mengenali suara siapa yang menghubunginya. "Temui saya diparkiran mobil, sekarang!" Pinta Elvan seperti perintah bagi gadis itu. TUT!!! Panggilan berakhir. Elvan langsung mematikan ponselnya dan menunggu orang yang dia hubungi tadi datang ke parkiran. *** Elvan sudah gusar karena orang itu karena belum datang juga, sudah sepuluh menit dia menunggu disana. "Pak ..." panggil Zea dengan nafas terengah-engah karena dia berlari sebisanya dari kantin kampusnya menuju parkiran mobil sang Dosen yang jaraknya lumayan jauh. "Lama banget kamu, saya ada acara dengan Rektor, kamu bantu saya jemput putra saya disekolahannya sekarang, lalu bawa dia kerumah." Ucap Elvan sambil memberikan kunci mobil dan STNK. "Tapi, Pak ..." "Sebaiknya kamu cepat pergi karena saya tidak mau Yuza menunggu terlalu lama disekolahannya." Elvan pergi setelah mengucapkan kalimatnya tanpa mendengarkan Zea. *** Zea POV Arght!!! Kesel ... kesel ... kesel ... mimpi apa gue semalem, sumpah hari ini benar-benar di uji kesabaran gue nih sama Tuhan. Abang Zio yang katanya mau mulangin motor gue semalem sampe pagi gak kelihatan batang hidungnya, gue Ke kampus terpaksa pakai ojek online. Ditengah jalan apesnya lagi motor tuh tukang ojek pake acara mogok lagi ... double badluck ini namanya, kenapa harus mogok sekarang gak nanti aja pas gue udah sampe kampus. Hari ini mata kuliah Kebudayaan dan sejarah Jepang, dosennya galak bin killer, disiplinnya akut banget dan lebih parahnya tuh dosen pelit nilai. Kalau gue gak datang tepat waktu telat dikit aja sudah pasti gak boleh masuk kelas ... mati lah!!! Nilai gue pasti berkurang bisa-bisa ngulang mata kuliah itu. Lagi serius ngetik di ponsel mau pesan ojek online yang baru, bunyi klakson mobil hitam pekat itu ngagetin gue, untung gue gak ada penyakit jantung. Bisa kena serangan jantung dadakan gue dibuatnya. Dua kali mobil itu membunyikan klaksonnya, gue coba lihat kedalam tapi sialnya mobil itu pakai kaca film yang tidak tembus pandang dari luar. Untuk kedua kalinya gue kaget lagi karena melihat siapa yang keluar dari mobil itu ... Dosen kebudayaan dan sejarah yang gue bilang galak bin killer itu yang nongol dan dengan seenaknya dia nyuruh gue masuk ke dalam mobilnya, dia kira gue cewe apaan dengan gampangnya manggil dan nyuruh masuk mobilnya. Gue pura-pura bego aja celingak celinguk, eh dia malah ngegas maksa gue masuk. Dari pada ribut dan jadi pusat perhatian banyak orang akhirnya gue nurut deh masuk ke dalam mobilnya. Hati gue lega banget saat tau di dalam mobilnya bukan hanya gue sama dia doang, tapi ada anaknya yang gue tebak usianya sekitar lima Tahun karena bocah itu pakai seragam TK. Pak Elvan mengantar putranya dulu ke sekolahnya baru ke kampus. Dan yang bikin kesalnya lagi saat gue sama teman-teman makan siang, ponsel gue bunyi tertera nomer asing di sana. Gue tuh paling males jawab panggilan nomer yang gak gue kenal, tapi ponsel gue berisik banget sampai teman-teman meminta gue jawab panggilan yang masuk itu. Pas gue jawab, suara pria yang gue sebelin terdengar. Gue kenal banget suaranya tidak asing ditelinga gue karena baru saja pagi ini gue bersama dia. Dosen galak bin killer itu minta gue jemput anaknya disekolahan yang tadi pagi kami antar. Konyol banget kan! Kenapa harus gue coba? Gue bisa bawa mobil tapi gue gak punya SIM. Tapi kayanya dia gak perduli yang penting untuknya anaknya di jemput dan di anter kerumahnya, liat aja kalau dirumahnya gak ada orang bodo amat sih gue tinggal tuh bocah sendirian di rumah. *** Setelah Elvan pergi dan tidak terlihat lagi, Zea langsung menekan pedal gas mobil sedan itu dengan kecepatan sedang dia mengendarai mobil sang Dosen menuju sekolah Alam dimana putra dari dosennya itu menuntut ilmu. Sebenarnya Zea deg-degkan bawa mobil sang Dosen galak bin killer takut mobilnya lecet. Gadis itu lebih takut pada dosennya dari pada polisi yang bisa menilangnya di jalan, dengan modal nekat dan percaya diri yang tinggi dia membawa mobil itu sesuai dengan rambu-rambu lalu lintas. beruntung Zea bisa mengendarai mobil hanya saja kedua orang tuanya tidak mengijinkan dia membuat SIM karena takut Zea membawa mobil abangnya atau mobil orang lain. *** Setibanya Zea di sana, gadis itu memarkirkan mobilnya dan menjemput Yuza. Yuza melambaikan tangannya ketika melihat Zea datang menjemputnya, Zea yang melihat tangan mungil itu memanggilnya langsung menghampiri dan menggandeng tangan Yuza menuntunnya hendak meninggalkan area sekolahan. Beruntung Zea dan Yuza sudah saling kenal walaupun baru tadi pagi mereka berkenalan. Hingga Yuza mau ikut dengan Zea saat gadis itu datang menjemput. Sementara itu di dalam kelas, Wali kelas Yuza tersenyum saat melihat gambar yang anak muridnya buat lalu dia memasukannya kedalam lemari, mungkin suatu saat dia bisa tunjukan gambar Yuza pada orang tuanya, pikir Ibu Guru itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD