Accident 2

337 Words
Edward memintaku duduk diantara mereka, Raymond masih mengenakan pakaian lengkap, sepertinya dia tidak terlalu terburu buru, atau dia hendak melihat aku dan Edward berrcinta duluan, entahlah. Bagiku Edward dan Raymon tidaklah jauh beda, baik fisik maupun penampilannya, sama sama chinese dan seusia, tapi Raymon tampak lebih langsing. Aku tidak duduk diantara mereka, tapi langsung duduk dipangkuan Edward, kami saling berhadapan, tak kupedulikan si Raymon yang duduk disamping. Kucium dan kulumat bibir Edward yang rupanya tidak menyangka akan kenekatanku itu.   "Wow, ternyata benar yang kudengar selama ini, yang namanya Lala sangat agresif dan explosif dalam berrcinta, aku ingin membuktikan permainan oralnya yang sudah lama kudengar itu" komentar Raymon melihat ke-cuek-anku.   Aku hanya tersenyum mendengar celotehannya. Bibir dan lidah Edward sudah menempel asik mempermainkan kedua putingku. Tanpa melepas baju, Raymon berdiri dibelakangku, mengelus elus punggungku dengan elusan menggoda sambil menciumi tengkuk, aku menggeliat geli diciumi dari depan dan belakang.   "Sshh.. ih nakal deh" desahku sambil mencari pegangan diselangkangan Raymon tapi dia menepis halus tanganku, tentu ini membuatku penasaran.   Tak tahan dipermainkan kedua laki laki tanpa bisa berbuat banyak, akupun turun dari pangkuan Edward dan jongkok di depannya. Kusambar dan kumasukkan peniiis Edward ke mulutku, dia mendesis menikmati kulumanku, sengaja kubuat se-attraktif mungkin supaya Raymon segera tergoda. Tak kupedulikan celotehan pujian dari Raymon, tanganku meremas remas selangkangannya, kali ini dia diam saja, bahkan ketika kubuka resliting celananya diapun masih diam, namun perlahan mendesis. Saat tanganku memasuki ke celananya dan mengeluarkan kejantanannya, aku sedikit terkaget, meski panjangnya tidak melebihi punya Edward, mungkin lebih kecil, tapi diameternya sungguh besar, hampir tak muat jari tanganku melingkarinya.   Raymon mendekatkan kejantanannya ke mukaku, dua peniiis ada digenggamanku. Aku beralih ke Raymon, kusapukan peniiisnya ke wajahku lalu kujilati sekujur batang hingga ujung bahkan kantong bolanya, dia mulai mendesis, dan bertambah keras desisannya saat peniiisnya memasuki mulutku dan langsung keluar masuk dengan cepatnya. Dipegangnya kepalaku dan dikocoknya mulutku seperti memompa ban sepeda. Meski agak susah karena peniiisnya cukup besar, kucoba mempermainkan lidah saat peniiis itu berada di dalam sekalian menyedotnya, desahan bercampur celoteh semakin keras.  *** Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD