Ancaman

1007 Words
Selamat membaca! "Katakan di mana ayahmu atau aku akan ledakan kepalamu?" Seorang wanita bernama Sandra Kayle tercekat kaget dengan keringat pada dahinya. Bagaimana tidak, baru saja ia membuka pintu rumahnya, sebuah pistol tiba-tiba menempel ketat pada pelipisnya. Wanita itu pun tak dapat melawan, ia hanya bisa pasrah dengan hidupnya yang saat ini berada di tangan seorang pria berperawakan tegas dengan bulu tipis pada rahangnya. Tatapan matanya begitu tajam membuat siapa pun pasti akan takut ketika melihatnya. Saat ini, raut wajah pria itu sangat kental dengan senyum liciknya yang khas. "Saya tidak tahu ke mana ayah saya saat ini. Tolong Tuan, jangan tembak saya!" pinta Sandra sambil menahan rasa takutnya. Wanita itu terus memohon untuk mempertahankan nyawanya yang sedang terancam. Akan tetapi, pria itu malah mengabaikan seakan tak mendengar permintaannya. Seorang pria yang sangat ditakuti di kota Paris karena merupakan putra dari Chris Decker. Pria yang sangat minim senyuman itu tak segan membunuh lawannya dengan kejam. Namun, jauh di dasar hatinya, ada trauma masa lalu yang tak bisa ia lupakan, yaitu saat wanita yang dicintainya mati dalam sebuah ledakan mobil, dua tahun silam. Kejadian yang membuat pria bernama Alex Decker itu sangat kehilangan hingga merubah kepribadiannya menjadi sangat dingin dengan semua lawan jenisnya. "Aku tidak peduli, aku hanya ingin ayahmu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya! Dia telah menipuku dan membawa lari uangku!" Sambil terus menahan rasa takutnya, wanita itu pun berpikir keras untuk dapat meredam kemarahan Alex yang tengah memuncak. Setelah diam beberapa detik, tiba-tiba terbesit sebuah ide dalam pikiran wanita itu untuk mengganti uang yang telah dilarikan oleh ayahnya tersebut. Tentunya agar dirinya bisa terhindar dari pria yang saat ini sedang mengancamnya. "Biar aku ganti saja, Tuan! Memangnya berapa banyak uang yang telah dilarikan oleh ayahku?" tanya wanita itu dengan terbata disertai napasnya yang masih tercekat hingga membuat detak jantung menjadi tak beraturan. Alex pun berdecih kasar mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu. Kedua alisnya kini saling bertaut dengan sorot mata yang semakin tajam menatap ke arah wanita itu, seolah meremehkan. "10 Miliar!" ucap Alex singkat. Namun, perkataan pria itu sudah mampu membuat wanita itu sangat terpukul karena jumlah yang Alex katakan seketika menghancurkan harapannya untuk terbebas dari ancaman sang mafia. Raut wajah Sandra terlihat semakin memucat hingga membuatnya sulit untuk menelan salivanya. Bagaimana tidak, nilai uang yang Alex katakan, benar-benar tak masuk akal. Kini keringat pada dahi Sandra pun semakin bercucuran karena rasa takut yang perlahan mulai menggerogoti keberaniannya. "Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Aku pikir masih di bawah 1 miliar," gumam Sandra tercekat tak percaya. Wanita itu sungguh tak menyangka bila ayahnya bisa melarikan uang sebanyak itu dari Alex yang saat ini masih menodongkan pistol pada pelipisnya. "Jadi bagaimana?" tanya Alex menaikan kedua alisnya dengan wajah yang menyebalkan. "Maaf Tuan, tapi jika sebanyak itu aku tidak sanggup untuk menggantinya," jawab wanita itu menjadi serba salah. Alex tampak mengusap rahangnya untuk berpikir. Tak berapa lama, senyuman tipis yang licik terlihat jelas di wajahnya. "Jika kamu tidak bisa memberitahu ke mana ayahmu! Lebih baik aku membunuhmu dan hutang ayahmu akan lunas!" Saat Alex mulai menarik pelatuk pada pistolnya, napas wanita itu semakin sesak mengetahui bahwa maut kini sudah benar-benar dekat untuk menjemputnya. Namun seolah tak jera, wanita itu terus memohon kepada Alex, walau pada akhirnya semua perkataannya harus berakhir sia-sia karena pria itu sama sekali tak menggubris semua yang terlontar dari bibirnya yang gemetar. Alex sudah bersiap untuk menembak. Namun, sesaat sebelum jari telunjuknya bergerak, perkataan yang dilontarkan oleh Sandra membuat Alex tertarik untuk mempertimbangkannya. "Apa yang kamu katakan tadi?" tanya Alex sambil menyentuh daun telinganya sebagai perintah bawah Sandra harus mengulangi apa yang baru saja dikatakannya. "Iya Tuan, aku mau melakukan apa pun asalkan kau mengampuniku dan tidak menembakku," ucap Sandra mengulang kalimatnya dengan nada yang lebih keras. "Cukup menarik juga tawaran wanita ini, terlebih dia cantik. Setidaknya aku bisa menikmati dulu tubuhnya sebelum aku membunuhnya," gumam Alex sambil terkekeh licik. "Kalau begitu aku akan menjadikanmu mainanku! Apa kau bersedia? Karena kau harus melayaniku untuk membayar hutang-hutang ayahmu!" Sandra menelan salivanya dengan kasar. Kini wajah paniknya terlihat gelisah memikirkan ancaman yang dikatakan oleh Alex. "Pilihan ini bagaikan buah simalakama jika tidak diterima aku mati, tapi jika diterima pun hidupku hancur. Apa sebaiknya aku mati saja ya? Tapi kalau mati, aku takut," batin Sandra betul-betul tersiksa memikirkan semuanya. Setelah cukup lama menunggu, Alex berdeham keras sebagai kode bahwa dirinya sudah tidak sabar menanti jawaban dari Sandra. "Aku tak punya pilihan lain untuk bisa menyelamatkan nyawaku karena sepertinya pria ini tak main-main dengan semua ancamannya saat ini," gumam wanita itu sambil menghela napasnya yang berat. "Ba-ik Tuan, aku bersedia," ucap Sandra penuh keraguan. Jawaban yang terlontar dari mulut Sandra membuat Alex langsung melepaskan pistolnya dari pelipis wanita itu yang membuat Sandra seketika menjadi lega. Walaupun begitu, hatinya kini dibalut keraguan dan ketakutan tentang hidup barunya bersama Alex. "Aku rasa ini bukanlah jalan yang baik, tapi aku terpaksa melakukan ini atau nyawaku bisa melayang tadi. Ayah sungguh tega karena membuatku harus mengalami keadaan seperti ini, aku tidak akan pernah memaafkanmu," gumam Sandra merutuki nasibnya dan terus membenci ayahnya. Alex memerintahkan kepada anak buahnya untuk membawa Sandra ikut bersamanya. Tanpa bisa melawan Sandra pun mengikuti ke mana arah kaki Alex melangkah. Setelah keluar dari rumah, mereka masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di sana. Setelah itu tak berapa lama kemudian mobil pun melaju meninggalkan halaman rumah Sandra dengan kecepatan tinggi. Selama perjalanan, wanita itu hanya diam dengan kedua mata yang sudah tampak berkaca-kaca memandangi ke luar jendela mobil. "Hancur semua impianku, sekarang tak ada lagi yang bisa aku lakukan selain melayani pria ini. Pria yang tak aku kenal sebelumnya, pria kejam dan tak memiliki hati nurani!" gerutu Sandra dalam hatinya begitu membenci keadaan yang saat ini dihadapinya. Alex hanya melirik sesekali untuk melihat Sandra. Namun, air mata yang mulai menetes jatuh ke pangkuan wanita itu, sama sekali tak membuat pria itu merasa iba, walau hanya sedikit saja. "Setidaknya aku mendapatkan mainan baru sampai aku menemukan orang yang sudah membawa lari uangku itu!" gumam Alex dengan seringai menakutkan yang sudah terbentuk dari sebelah sudut bibirnya. Bersambung✍️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD