Masih Suci

1025 Words
Selamat membaca! Setelah lama menangisi kehidupannya yang saat ini sudah hancur berantakan, Sandra sesekali mulai melirik ke arah Alex yang duduk di sebelahnya. "Ya Tuhan, tolong bantu aku keluar dari masalah ini. Aku harus menemukan cara agar aku bisa kabur dari pria menyebalkan ini," gumam Sandra mulai memutar otaknya dengan kedua alisnya yang saling bertaut. Saat tiba di sebuah lampu merah, mobil pun berhenti bersama kendaraan lain yang berjajar rapi mengikuti barisannya. Seketika itulah terbesit sebuah ide dalam pikiran Sandra untuk segera melarikan diri. "Ini kesempatanku satu-satunya, aku harus berani melakukan ini atau tidak akan ada kesempatan lain untuk kabur," gumam Sandra sudah bersiap dengan perlahan menyentuh handle pintu mobil agar tidak terbaca oleh Alex yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Sandra menghela napas beratnya, sejenak menguatkan dirinya sebelum ia mulai melakukan apa yang ada di pikirannya. Saat keberaniannya sudah mulai terkumpul, wanita itu dengan cepat membuka kunci pintu mobil dan langsung menarik handle hingga pintu pun terbuka lebar. Tanpa membuang waktu, dalam satu gerakan Sandra akhirnya keluar dari mobil dan bergegas menjauh untuk melarikan diri. Alex hanya menyeringai licik menatap kepergian Sandra. Pria itu tidak keluar dari mobilnya dan hanya menutup pintu yang tidak ditutup kembali oleh wanita itu setelah melarikan diri. Saat ini, raut wajahnya tampak geram dengan gurat amarah yang terlihat jelas dari sorot matanya. "Pergilah yang jauh, ke mana pun kau bersembunyi aku pasti akan menemukanmu!" Alex tampak menggenggam ponselnya dengan senyum yang menyeringai. Ternyata pria itu sudah menempelkan sebuah chip pada pakaian Sandra, saat Alex mendorong tubuh wanita cantik itu untuk masuk ke mobilnya. Sementara itu, kini Sandra terus berlari dengan tergesa. Ia pun langsung mengambil ponselnya dari dalam tas dan menghubungi seorang wanita yang merupakan sahabatnya selama ia menetap di kota Paris. "Halo, Luna. Tolong aku! Saat ini aku sedang dikejar oleh seorang pria dan anak buahnya, aku mohon selamatkan aku!" Sandra berbicara tak karuan dengan napas yang terengah. Membuat kalimat yang diucapkannya menjadi tidak jelas terdengar oleh Luna. "Kamu tenang dulu! Coba jelaskan dengan perlahan, sekarang kamu tarik napas dulu, terus kamu katakan sekali lagi!" jawab Luna dari seberang sana yang ikut merasa panik karena mendengar suara Sandra. Sandra pun menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik jajaran mobil yang terparkir di tepi jalan. Ia mulai mengulangi kalimat yang diucapkannya untuk menceritakan semua yang terjadi kepada Luna. Namun, baru saja Sandra selesai bercerita, sebuah tangan tiba-tiba menutup mulutnya dengan menggunakan sehelai sapu tangan. Sandra seketika tak sadarkan diri hingga tubuhnya roboh dalam pelukan pria yang kini mendekapnya dari belakang. Pria itu ternyata Alex Decker yang berhasil melacak Sandra lewat sebuah chip yang terpasang pada bagian belakang pakaiannya. "Kau pikir bisa lolos dariku! Dasar wanita bodoh!" Alex terkekeh puas karena telah berhasil mempermainkan wanita yang kini sudah tak berdaya di dalam pelukannya. Ia pun membawa tubuh Sandra untuk masuk ke dalam mobil dan membiarkan ponselnya terjatuh. Setelah itu, mobil Alex pun kembali melaju untuk menuju kediamannya yang berjarak beberapa kilometer dari posisinya saat ini. *** Rasa pening dengan pandangan yang kabur, kini Sandra mulai membuka kedua matanya dengan perlahan. Ia kini mulai melihat ke sekelilingnya, interior bangunan yang mewah dengan aksen lampu yang megah menandakan bahwa saat ini ia sudah berada di sebuah rumah yang super mewah. "Kepalaku masih terasa pening." Sandra mencoba bangkit dari posisinya yang saat ini sedang berada di atas sebuah ranjang besar dengan kelambu yang menutup di sekelilingnya. Sandra pun kini sudah duduk di tepi ranjang, ia masih terus mengedarkan pandangan untuk melihat seisi kamar tempatnya berada. "Ke mana pria menyebalkan itu ya? Apa ini kamarnya? Tapi aku rasa ukuran kamar ini tidak terlalu luas." Sandra mulai sigap, ketika deru langkah kaki mulai terdengar memasuki kamar yang ditempatinya. Suara bariton yang berat dengan nada menyebalkan mulai terdengar, menaikan tensi amarahnya. "Kau sudah sadar ya. Ternyata lama juga kau tertidur sampai semalam ini." Sandra terhenyak luar biasa karena seingatnya, ia sedang menelepon sahabatnya yang bernama Luna. Namun, setelahnya ia sudah tak ingat apa pun lagi. "Jadi pria ini berhasil menangkapku," batin Sandra sambil menghela napasnya dengan kasar. Alex terkekeh sambil menyeringai licik. Ia seperti sedang menikmati ekspresi wajah Sandra yang kini sedang berada di hadapannya. Wajah yang penuh ketakutan dan kepanikan, Alex memang sangat menyukai ekspresi itu. Ekspresi yang selalu membuat jiwanya terasa bersemangat untuk terus menyiksa orang itu sampai dia merasa puas. Namun, apa yang dilakukan Alex saat ini, masih jauh dari kata puas karena ia baru saja memulainya. "Sekarang layani aku!" Alex mulai mendekat ke arah Sandra. Namun, apa yang dilakukannya mendapat perlawanan keras dari wanita itu yang seketika langsung beringsut mundur untuk menjauh dari tubuhnya. "Tuan, kita kan belum menikah. Tolong jangan lakukan ini padaku, Tuan!" titah Sandra yang semakin ketakutan dengan tatapan mata Alex yang seakan siap menerjang mangsanya. Sandra terus menjauhi Alex sampai tubuhnya terbentur badan ranjang yang membuatnya tak bisa lagi untuk menghindar selain turun dari ranjang dan berlari sejauh-jauhnya. "Apa aku harus menyerahkan kehormatanku pada pria ini? Pria yang baru saja aku kenal. Pria yang kejam dan tidak punya hati sama sekali!" gumam Sandra dengan bibir yang gemetar dan bulir kesedihan yang sudah menganak di kelopak matanya. Namun, bukan Alex namanya jika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Tiba-tiba ia mengeluarkan pistol dari balik celananya dan langsung mengarahkan ke wajah Sandra yang sudah terlihat begitu pucat. "Aku tidak suka jika meminta untuk kedua kalinya." Perintah Alex bak seorang raja yang tidak bisa dibantahkan, apalagi saat ini wajahnya sudah dipenuhi oleh napsu yang sudah bergejolak dalam dirinya. "Aku tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauannya karena aku tidak ingin mati konyol di tangan pria kejam ini," batin Sandra terus menangisi nasibnya hingga tak terasa derai air mata mulai menetes membasahi kedua pipinya. Kini Alex meletakkan pistolnya di atas nakas yang berada di samping ranjang. Ia mulai melucuti pakaian Sandra satu persatu hingga membuat tubuhnya terlihat polos tanpa sehelai benang pun. Setelah berhasil mematahkan pertahanan Sandra yang sempat memberikan perlawanan, kini Alex mulai menikmati tubuh wanita itu yang ternyata belum pernah terjamah oleh pria manapun. "Jadi wanita ini masih suci, itu artinya aku adalah pria pertama yang telah menikmati tubuh indahnya," batin Alex, merasakan getaran aneh dalam hati yang sebelumnya tak pernah ia rasakan lagi semenjak kematian Sierra–calon istrinya. Bersambung✍️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD