BPIL - Wedding Day!

538 Words
Hari pernikahan telah tiba dan sekarang aku harus bersiap melaksanakan tugas sebagai Istri. Pernikahan yang kuimpikan menjadi neraka bagiku. Selamat datang ke Neraka, Rosalicia! Apa lagi yang kuharapkan selain kematian? Sebentar lagi ikrar janji suci akan dilakukan dan aku tidak sanggup mengucap ikrar itu. Andai kamu tahu Ray, aku sangat membenci karena kamu tega melakukan ini padaku. 1 tahun kita pacaran dan kamu selalu baik hingga kebusukan dirimu terlihat. Aku lebih suka bekerja jadi p*****r dari pada hidup menderita seperti ini. Aku bingung saat orang tua yang tidak kukenal menghampiriku lalu mengatakan bahwa dia adalah calon mertuaku. Aku menunduk meminta maaf lalu pria itu tersenyum mengatakan 'tidak apa-apa itu wajar,'. Di altar aku harus berhadapan dengan pria jahat ini. "Zeferino Umoja Raymundo Teixeita, aku memintamu tolong jaga Putriku serta menyayangi dia sepenuh hati!" perintah Mr Teixeita. "Saya akan berusaha melakukan itu. Saya akan memberikan kenyamanan hidup, kebahagiaan melimpah, memberikan kehidupan indah dan cinta tulus. Saya Zeferino Umoja Raymundo Teixeita menyatakan akan membahagiakan serta melindungi Rosalicia Constancta Yara Abrahan!" tegas Zeferino. Andai semua perkataanmu benar mungkin aku sangat bahagia. Tanganku terulur diarahkan Tuan besar Teixeita pada Putranya dan mendapat sambutan lembut dari Zeferino. Pria tampan ini sungguh pandai bersandiwara. Pendeta membaca doa pernikahan dengan khusuk lalu antahlah aku tidak maksud tentang ritual sakral ini. Hingga acara inti. Aku dengan mantap mengatakan *Saya Bersedia!* begitu pun Zeferino. "Untuk mempelai pria dan wanita di perkenankan memasangkan cincin!" Aku tersenyum teduh saat cincin kawin bertakhta berlian melingkar indah di jari manisku. Aku juga memakaikan cincin pada Zeferino. Ya Tuhan, dengan ini aku sudah sah menjadi Istrinya dan terikat di dalam Neraka pernikahan. "Dengan begini kalian sah menjadi pasangan Suami dan Istri. Untuk mempelai pria diperkenankan mencium mempelai wanita!" Jantungku berdegup kencang tatkala mendapat rengkuhan mesra dari Zeferino dan dia dengan lembut mengangkat dagu lancipku. Perlahan bibir itu mendekat untuk mengecup bibir mungilku. Ciuman lembut, rengkuhan lembut dan belaian pipi lembut membuat aku lupa ini semua palsu. "Selamat datang menjadi bagian hidup Teixeita, Istriku!" bisiknya dengan mengecup mesra pelipisku. "Aku sangat berterima kasih tentang itu, Suamiku!" balasku berusaha normal. Zeferino kembali merengkuh tubuh sintalku dan detik berikutnya kurasakan tubuhku melayang di udara dan dia turun dari altar sembari mengangkat tubuhku. Melempar bunga saja kami berbalik lalu bunga itu melayang untuk para tamu. Aku mengalungkan lengan langsing pada bahu lebarnya. Zeferino andai semua itu nyata pasti aku sangat bahagia. Aku menyandarkan kepala pada bahu lebarnya. Sungguh romantis tapi palsu, menyedihkan sekali. *** Aku bergetar hebat menahan semua ini apa malam pengantin aku akan kehilangan keperawananku? Aku hanya ingin menyerahkan pada orang yang kucintai namun harus berakhir dengan pria kejam yang sangat berbahaya. Kulihat pria itu menutup pintu lalu mengunci dan Zeferino berjalan ke arahku. Dia mendekat dan tersenyum mengejek padaku. "Mau mandi bareng?" ajak Zeferino datar. Ia dengan santai membuka pakaiannya lalu membuang tuxedo dan kemeja putih ke sembarangan arah. Terpampang jelas tubuh kekar berotot milik Zeferino yang sangat menggoda. "Tidak, terima kasih," tolakku. Dia menghampiriku dan tanpa kuduga pria ini membantu melepas gaun pengantin super mewah. "Aku tahu kamu kesusahan melepas gaun ini!" tegas Zeferino seedukatif. Kurasakan tangannya bergliya mengelus punggung polos dan merambat naik mengelus tengkuk. "Ugh," desah sialan. "Nanti kita lanjutkan. Ayo mandi, tidak ada penolakan!" tegasnya. Kalian tahu apa kelanjutannya! 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD