Bab 2

1213 Words
Kilasan masa lalu kembali hadir di benak Je saat menatap lelaki itu, namun hanya seperkian detik dari raut kagetnya, Je kembali menatap datar tatapan dingin lelaki tersebut. Hanya melirik dengan sekilas, Je melewati lelaki itu begitu saja, pergi tanpa mengucapkan kata-kata. “Je, sumpah, itu tadi Alian cowok popular di kampus inikan? Gila ganteng banget diliat dari dekat!” ujar Queen dengan hebohnya. “Ahh.. kenapa yang di tabrak harus Je, kenapa nggak gue aja sih. Kalo itu tadi gue, gue mau minta ganti rugi sama dia. Minimal nomor ponsel tuh cowoklah,” kini gantian Bebi yang berbicara dengan harapan. Helaan nafas kasar yang hanya di dengar dirinya saja, lalu melihat kedua temannya yang kini tengah heboh sendiri di halaman parkir atas kejadian tersebut membuat Je hanya melirik keduanya sekilas. Queen dan Bebi kini menatap pada Je, melihat Je hanya memainkan kuku-kukunya, kedua perempuan itu kini saling berpandangan. “Eh wait, wait, wait, lo beneran Je bukan sih?, Je yang gua kenal seorang playgirl dan selalu mengambil kesempatan di setiap waktu saat melihat cowok tampan. kenapa jiwa playgirl lo tiba-tiba menghilang sih? Nggak seru ah!” gerutu Bebi pada Je yang terlihat cuek saja. “Iya, nggak seru banget. Ini semua gara-gara sih Lea, merusak mood Je aja,” tutur Queen ikutan sebal pada Lea. “Hai girls, tuh muka kenapa pada kesal? Nanti cantiknya pada hilang loh,” ujar seorang lelaki dari belakang punggung mereka. Nico Bagaskara, sahabat Jennaira sedari kecil, lelaki jurusan arsitektur itu selalu ada untuk Je. “Urusan perempuan, cowok nggak perlu tahu,” ujar Queen santai. “Nic, lo dan Alian satu jurusankan?” tanya Bebi pada Nico, lelaki itu seperti berpikir sebelum menganggukkan kepalanya. “Alian Samudra?” Queen dan Bebi menganggukkan kepalanya dengan semangat. “Kami memang satu jurusan namun tidak pernah sekelas,” jelas Nico pada teman-temannya itu. “Memangnya ada apa dengan lelaki itu?” tanya Nico yang bingung pada pertanyaan temannya itu. “Queen mau mencoba mendekati Al,” ujar Bebi dengan santainya. Sedangkan Queen yang mendengar ucapan Bebi barusan hanya menatap dengan bingung. “Kapan gue bilang gitu?” “Nggak ada sih, tapi gue mau nantang lo, buat dekatin Al, buat dia jadi pacar lo, dalam waktu satu bulan,” ujar Bebi. “Apa imbalannya?” tantang Queen akhirnya. “Liburan ke korea gratis, gue yang bayarin,” “Deal!” ucap Queen sambil menarik tangan Bebi untuk dijabatnya. Pasalnya bukan perkara sulit bagi Queen untuk membuat cowok-cowok takluk padanya. Namun, berbeda dengan Alian. Queen dan Bebi tahu bahwa lelaki itu sangat sulit untuk ditaklukkan. Je dan Nico hanya menggelengkan kepala melihat ide yang tercetus dari seorang Bebi. Akhirnya mereka masuk kedalam mobil masing-masing, karena tidak ada jadwal kuliah lagi. "Mengapa harus bertemu dia lagi?" lirih Je sangat pelan bahkan Nico yang di sebelahnya mungkin saja tidak bisa mendengarkannya. *** Alian awalnya hanya ingin langsung pulang setelah kelas selesai, dirinya cukup lelah setelah baru kemarin sampai di Indonesia dan langsung beraktifitas seperti sedia kala. Dirinya masih perlu mengejar ketertinggalan mata kuliahnya agar dirinya bisa cepat lulus. Namun matanya tidak sengaja melihat seseorang yang di kenalnya berjalan kearah tempat pembullyan. 'Kak' Dengan kening berkerut akan panggilan gadis tersebut membawa langkah kaki Alian berjalan kearah kerumun tersebut. "Woy! Al parkiran disana, woy!” teriak Agam temannya itu yang melihat Alian berjalan dengan cepat melewatinya begitu saja, lalu berjalan Kearah tempat kerumanan tadi. Tidak memperdulikan teriakan temannya itu, Alian terus saja melangkah kearah gadis itu. Namun ekspresi Alian seketika berubah saat melihat siapa di balik kerumun tersebut. Tiga orang perempuan keluar dari dalam lautan manusia, salah satu dari ketiga wanita itu berjalan sambil memainkan ponselnya, tanpa memperhatikan sekitarnya. Dengan sengaja Alian menabrakan dirinya pada gadis itu. Dengan sorot mata terus menatap pada sosok wanita di depannya itu dengan wajah datar. Terkejut jelas di tampilakan pada wajah gadis itu, namun secepat kilat gadis itu langsung mengubah wajahnya menjadi datar, tanpa sepatah katapun gadis itu pergi dari hadapannya. “Lo sengaja cari perhatian sama Je?” ujar Agam tidak percaya pada tingkah temannya itu. “Je?” tanya Alian bingung ya sambil melihat belakang punggung gadis itu. “Iya Je, cewek yang sengaja lo tabrak tadi, queen of bullying di kampus ini,” jelas Agam pada Alian yang hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. “Je? Menarik,” ucapnya pelan. Melangkah kakinya pada tujuan awalnya yaitu kearah gadis pertama yang sempat dirinya lihat sebelumnya, membuat dirinya tersenyum simpul. Seolah semesta memang mempertemukan dirinya untuk melancarkan semua rencanannya. “Lea?” sapanya saat perempuan itu sedang membantu perempuan yang menjadi korban bully terlihat dari bajunya yang sudah basah. “Kak Lian!” pekiknyaa senang langsung memeluk Al. Alian yang kaget hanya menepuk punggung gadis itu dengan pelan. Melepaskan pelukan itu dengan pelan, gadis yang Alian panggil Lea itu hanya tersipu malu akan perbuatannya yang spontan memeluk Alian. “Maaf kak, aku terlalu senang bisa ketemu kakak lagi,” ucapnya menunduk. “It’s okey, angel,” ucap Al sambil mengelus kepalanya dengan lembut. Sontak saja perhatian kecil itu membuat siapa aja yang melihat akan menjadi bahan gosipan mereka. “Ekhem..” Clara yang berpura-pura batuk untuk mendapatkan perhatian keduanya. Melihat Alian yang melepaskan jaketnya, mambuat Clara bersorak dalam hati. Pasalnya Clara sudah menyukai Alian selama ini tetapi tidak pernah mendapatkan kesempatan bahkan lelaki itu mengacuhkannya. “Al, terima kasih. Jaket kamu pasti aku jaga baik-baik,” ujar Clara dengan percaya dirinya. “Kak?” Ucap Lea tidak percaya, pasalnya jaket Alian, di sampirkan kepundaknya. “Hari ini terlalu panas, kamu hanya memakai lengan pendek. Nanti kulit kamu bisa terbakar,” ujar Alian sambil membenarkan letak jaketnya pada tubuh Lea. “Al, yang basah itu baju aku. Kenapa kamu nggak pinjamkan jaket kamu ke aku dulu?” ucap Clara tidak percaya Alian memberikan jaketnya bukan pada dirinya. “Gam, lepas jaket lo. Kasih pinjem perempuan itu, kasian dia kedinginan.” Ucap Alian sambil menggandeng tangan Lea meninggalkan Agam dan Clara. “Aku antar sampai parkiran ya, kamu sudah nggak ada kelaskan?” Lea hanya menganggukan kepalanya saja. Setelah mereka tiba di parkiran, Lea melepaskan jaketnya untuk di kembalikan pada Alian, namun ditahan oleh lelaki itu. “Pakai aja dulu,” ucapnya sambil membukakan pintu mobil pada Lea. Lea hanya menganggukkan kepalanya, saat dirinya ingin masuk kedalam mobil, lengannya ditahan oleh Alian. Sambil mengerutkan dahi, Lea menatap tangan lalu beralih ke wajah Alian. “Perempuan tadi kakak kamu?” tanya Alian pada Lea. Perempuan itu hanya mengangguk ragu. “Namanya Jennaira. Dia cantik ya kak?” Alian hanya menganggukkan kepalanya. “Kamu juga cantik,” ucapnya sambil mengelus pipi gadis itu dengan lembut. “Masuk gih, hati-hati dijalan,” ucapnya mendorong tubuh Lea agar masuk kedalam mobil. Melambaikan tangan pada Lea, betapa kagetnya Alian saat dia berbalik melihat wajah Agam yang begitu dekat dengan dirinya. “Bisa munduran sedikit?” kesalnya pada Agam yang membuat kaget dirinya. “Jelaskan dari mana lo bisa kenal, Azalea Deandra? Mahasiswa baru yang langsung terkenal saat dirinya mengatakan adik dari seorang Jennaira Alonza, Hah?” tuntut Agam meminta penjelasan pada Alian. “Jadi...” ucap Alian sambil sengaja mendekatkan bibir ke telinga Agam. “Jadi orang jangan kaya wartawan banyak pertanyaan,” ujarnya di telinga Agam, sambil menepuk bahu Agam, Alian meninggalkan lelaki itu begitu saja. “Teman laknat,” maki Agam menyamakan langkahnya dengan Alian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD