Bukan hal baik

1833 Words
Suasana kelas yang di tempati Khanza sangat berisik. Karena jam pelajaran belum mulai, para siswa sibuk dengan kegiatannya sendiri. Anak perempuan yang sibuk gosib, dan anak cowok yang sibuk berteriak karena mabar. Berbeda dengan teman-temannya yang asik pada dunia sosialnya. Khanza lebih asik nonton film horror kesukaannya. Kalau biasanya cewek suka oppa oppa korea. Khanza sama sekali bukan penggemarnya. Bahkan ia tidak bisa membedakan satu sama lain. Menurutnya semua sama. Maka itu Khanza lebih suka nonton horror. Hantunya bisa di bedakan. Mana pocong, mana kunti dan mana gondoruwo. "Woy!! Kamu lagi nonton kembaran kamu ya?" teriak Kris menggebrak meja yang langsung membuat gadis itu mendelik. Khanza acuh, ia memilih melihat hp nya lagi. "Wah parah banget nih geng!" ucap Kris pada dua sahabatnya. "Masak kita yang ganteng di cuekin? gak tau apa kita ini jebolan dari grub band korea, Exo." ucap Kris dengan sombong. Memang Kris, Gail dan Niko ini fanboy akut. Sukanya niruin oppa oppa Korea. Mungkin efek saat Mika mengandung Kris, sering lihat drakor dan, Exo, Bts dan teman-temannya. "Kamu apaan sih, Kris? brisik banget." kesal Khanza. "Emang mulut bau kenalpot ya gitu, Za. Harap maklum!" ucap Niko mengambil duduk di samping Khanza. Emang Niko satu bangku dengan Khanza. Sedang Gail di belakangnya bersama Kris. "Eh Za. Kamu tau gak, ternyata kamu di jodohin sama aku." ucap Kris yang langsung mendapat tabokan dari Niko, Gail dan Khanza. "Lo kalo halu lihat situasi dong!!" teriak Gail. Pasalnya ia tengah memakan telur ceplok yang tadi dia bawa. Kaget juga mendengar kehaluan dari sahabatnya. "Lo jangan ngarep sama Khanza. Dia itu calon emak anak-anak gue." ucap Niko yang juga kesal. "Lah ngapa kalian berdua sewot. Emang Khanza pacar gue. Di jodohin ya gue terima lah. Bener gak Za?." ucap Kris dengan gaya angkuhnya. Khanza merona, memang ia sudah tau rencana papanya untuk menjodohkan dia dengan Kris. Tapi kenapa Kris berbicara sefrontal ini. "Bucin bucin!" ejek Gail dengan muka menyebalkan. "Jomblo diam boss!" sinis Kris. _______ Saat istirahat, Khanza lebih memilih memakan bekalnya di kelas. Ia malas keluar. Apalagi ke kantin. Kemarin malam, ia dapat teror entah dari siapa. Yang meneror pun tidak hanya satu, tapi banyak. Mereka membully Khanza lewat WA. Mengatakan Khanza gadis tidak tau diri, tidak tau malu, merebut Kris mereka, tidak pantas dengan Kris dan lain-lain. Bukannya Khanza takut. Hanya saja ia malas meladeni para peneror itu yang ia tebak pasti cabe-cabean yang mengidolakan Kris. Mereka merasa kalah saingan dengannya. Makanya dia di teror sampai segitunya. Khanza melirik teman-temannya yang menatap sinis kearahnya. Khanza tau, pasti karena gelang jam yang dia gunakan. Gelang jam nya memang baru dan dari brand terkenal. Papanya yang membelikannya kemarin. Dengan angkuh Khanza malah memamerkan jam tangannya. Ia juga mengambil tas nya. Mengeluarkan Hp barunya yang mampu membuat teman-temannya melongo. Hp keluaran terbaru yang harganya sama saja membeli dua unit sepeda motor. "Anak sultan mulai pamer!" sinis Fitri, teman sekelas Khanza. "Belum juga bangkrut," "Masih diatas gengs, belum ngrasain sengsara." Khanza acuh dengan sindiran sindiran lambe turah yang diarahkan padanya. Dari awal sekolah ia merasa tak pernah mengusik mereka, tapi kenapa mereka hobby sekali membuatnya jengkel. "Kenapa gak keluar?" tanya Kris menghampiri pacarnya. Khanza menunjuk bekal yang dia bawa. Kris menghembuskan nafasnya pelan. Ia ingin mengajak Khanza bersosialisasi dengan lainnya. Tapi, sepertinya memang Khanza tidak akan mau. "Kenapa muka kamu Kris? Kayak kesel gitu?" tanya Khanza. "Za. Kamu cinta kan sama aku?" Kris balik bertanya. Khanza mengerutkan dahinya bingung.. Tumben sang pacar bertanya seperti itu. "Iya, emang kenapa?" jawab Khanza. "Kalau misal suatu saat kita pisah, kamu mau kan janji sama aku. Untuk selalu setia sama aku?" "Kamu ngomong apa sih, Kris?kamu ngomong seolah olah kamu akan pergi jauh." ucap Khanza memberengut sebal. Kris menghela nafasnya. "Bukan begitu, Za. Aku minta kita saling siap-siap aja bila semua itu terjadi." "Kris aku gak mau pisah sama kamu. Kamu mau ninggalin aku kan? Ngaku kamu Kris?" desak Khanza yang mulai berkaca-kaca. "Jangan cengeng!" ucap Kris menepuk puncak kepala Khanza pelan. "Sebenarnya aku gak mau pisah sama kamu, tapi memang keadaannya gini. Aku cuma minta satu hal aja, tolong setia sama aku. Cintaku gak main-main, Za." Kris berujar dengan serius. "Woy berdua duaan mulu. Ntar Khilaf keblabasan!" teriak Gail. Khanza menatap Gail tajam. Ia lagi bicara serius dengan Kris malah di ganggu. "Itu matanya kenapa melotot? Gak trima lo?" tantang Gail. "Apa lo nantang cewek gue, berani sini sama gue!" ujar Kris yang berdiri sambil menggebrak meja. Khanza menelangkupkan kepalanya di meja. Tambah pusing mendengar keributan yang di ciptakan Kris dan Gail. Khanza masih penasaran arti ucapan Kris. "Kris, sudah jangan ladenin Gail. Aku pengen tau maksud kamu apa?" tanya Khanza. "Lupakan," jawab Kris acuh. "Kok kamu gitu sih Kris? Kamu beneran ninggalin aku? Siapa yang bakal jagain aku Kris? Aku disini sendi-" "Sudah, Za. Kamu diam. Jangan malah mempersulit aku dengan rengekanmu!" bentak Kris tanpa sadar. Entahlah, dia pusing. Emosinya juga mudah tersulut. "Kris, aku gak nyaman disini sendiri. Aku juga takut dapat teror dari-" "Za aku bilang cukup!" bentak Kris lagi. Suara keras Kris mampu memancing teman-teman sekelasnya untuk menatap mereka berdua. "Kamu disini gak sendiri. Ada Niko dan ada Gail. Jangan terus bergantung sama aku!" teriak Kris. Ia berjalan keluar dari kelasnya. Khanza mematung di tempat. Benar itu tadi Kris? Kenapa Kris membentaknya hanya karena masalah sepele? "Ututuu kasihan," sindir Fitri sengaja mengeraskan suaranya. Fitri memang sangat senang memancing keributan dengan Khanza. Tapi sayang, Khanza tidak mudah termakan umpannya. Khanza tidak pernah meladeni setiap sindirannya. "Jangan dengerin omongan, Kris, Za! Kris lagi mabok mungkin," kelakar Gail untuk menghibur Khanza. Khanza memalingkan wajahnya. Kris bilang, jangan bergantung padanya. Apa selama ini ia terlalu tergantung pada Kris? Apa Kris merasa kerepotan karena dia. Setelah mengikuti jam pelajaran terakhir. Khanza bergegas mengemasi semua peralatan belajarnya. Dari tadi Kris cuma diam. Beberapa kali Khanza menengok ke belakang, tapi Kris tetap acuh. Khanza menghela nafasnya beberapa kali. Ia sudah mengirim pesan pada papanya untuk menjemputnya. Ia tidak akan lagi pulang bersama Kris, agar pria itu tidak merasa kerepotan. Khanza berdiri di depan gerbang sekolahnya, sesekali tatapan sinis dari teman-temannya ia terima. Khanza mah bodo amat. "Naik!" perintah Kris menghentikan motornya tepat di depan Khanza. Khanza melengos. Ia tidak akan mengharap apapun lagi pada Kris. Kris. Menghela nafas, ia yang salah. Seharusnya Kris lebih bisa mengontrol emosinya. Ia sudah coba iklas berangkat ke pesantren. Tapi membayangkan saja ia sudah merasa berat. Maka itu emosinya mudah tersulut. Padahal Kris sudah memantapkan hatinya untuk LDR sebentar. Tapi ia tetap tidak rela. Yang membuatnya tidak tega lagi, Khanza tidak punya teman selain dia, Niko dan Gail. Siapa nanti yang akan menjadi pahlawan Khanza? "Za, ayo naik!" ulang Kris sekali lagi. Khanza masih acuh. Matanya menangkap satu cowok cupu yang menurutnya sangat baik. Andra, sang ketua kelas. "Andra!" panggil Khanza yang membuat cowo itu menoleh. "Nebeng boleh? Papaku tidak bisa menjemput." ujar Khanza memelas. Andra menatap Kris yang menatapnya tajam. Bukannya Andra tidak mau menebengi Khanza. Tapi Andra juga takut dengan Kris. Belum lagi ia naik motor butut. Andra tidak yakin Khanza mau menaiki motornya yang sangat kalah keren dengan motor Kris. "Ndra!" panggil Khanza lagi. "Maaf, Za. Motorku jelek, gak malu apa aku bonceng?" tanya Andra memastikan. "Za! Balik sini! Pulang sama aku!" teriak Kris keras. Khanza tak peduli. Ia menaiki motor Andra dengan cepat. Menyuruh Andra untuk segera pergi. Jujur Khanza kecewa dengan Kris. Kris membentak dan meneriakinya di depan teman-teman nya. Tenti saja dia malu. Apalagi teman temannya yang pasti akan langsung mengejeknya habis-habisan. Lagian Kris akan pergi kemana? Memikirkan itu membuat Khanza pusing. Andra mengantarkan Khanza sampai rumah gadis itu. Khanza sudah menyuruhnya mampir. Tapi Andra menolak dengan halus. Andra, cowok tampan dengan kacamata kotak. Cowo rapi dan disiplin. Ketua kelas, pintar dan pasti tidak neko-neko. Hanya dialah yang tidak pernah mengejeknya. Selalu menatap Khanza dengan tersenyum tulus. Bukan senyum menghina. Di dalam kamar, Kris terbaring menatap langit-langit kamar. Kemarin ia setuju dengan ayahnya. Tapi entah tiba-tiba perasaannya tidak tenang. Hanya Khanza yang dia pikirkan. Bagaiamana kalau Khanza tidak setia, bagaimana kalau Khanza di bully di sekolah, dan bagaimana bila Khanza melupakannya. Kemungkinan kemungkinan itu bisa saja terjadi. Ting! Suara notice di hp Kris membuyarkan lamunan remaja itu. Ia membuka hp nya. Pesan dari Gail yang mengajaknya clubbing. Kris mengiyakan, mumpung otaknya juga lagi stres. Pukul delapan malam, Kris berangkat. Bundanya sempat melarang, tapi ia beralibi untuk mengerjakan PR di rumah Niko bersama teman-temannya yang lain. Kris, Niko dan Gail berangkat bersama dengan mengendarai motor masing-masing. Yang mereka datangi bukan club club dewasa yang banyak wanita penghiburnya. Yang mereka datangi sekedar club untuk sing song dan minum. Kris meluapkan segala kekesalannya dengan minuman keras. Segala permintaan maaf nya sudah ia sampaikan pada Khanza namun tetap tidak ada balasan. Harusnya Khanza mendukung, bukan malah menghindar. Satu gelas, dua gelas, Kris seakan belum bosan. Kris tetap menegung minumnya walau kepalanya sudah ingin melayang. Niko dan Gail tidak minum. Mereka asyik menikmati musik DJ sesekali ikut bernyanyi dan bergoyang, Niko yang melihat Kris sudah teler, bergegas menghampiri sahabatnya itu. Ia menegur Kris untuk tidak melanjutkan minumnya. Tapi Kris membantah. Kris menyebut nyebut nama Khanza. Meracau tidak jelas. Kadang juga mengumpat. "Kris sadar! Lo janji gak akan mabuk. Tapi lo malah teler kayak gini!" kesal Gail menonyor kening Kris. "Za, aku minta maaf. Aku akan usaha gak akan ninggalin kamu!" racau Kris menggelengkan kepalanya. "Kris lo ada masalah apa? Ayo pulang!" Niko berusaha menyeret Kris. Kalau Kris bukan sahabatnya, ia pastikan akan membuang Kris ke jurang. "Panggil Khanza kesini!" perintah Kris pada Niko dan Gail. "Lo gila ya. Ini bukan tempat Khanza." teriak Niko, karena suaranya teredam musik DJ yang keras. "Gue gak peduli. Panggil dia kesini!" teriak Kris kekeuh. Mau tidak mau Niko menelfon Khanza, menyuruh gadis itu untuk segera kesana. Khanza yang khawatir pun, bergegas mengambil jaketnya. Ia di temani papanya untuk datang ke club tempat Kris berada. Suara bising sangat memekakan telinga. Bau alkohol langsung menyeruak masuk dalam penciuman gadis itu. Khanza menutup mulutnya, mual dan ingin muntah. Matanya menelisik, mencari sesosok pacarnya. Ia melihat Kris di salah satu kursi sambil berkomat kamit. Mungkin pria itu sedang halusinasi sambil meracau. Khanza bergegas menghampiri Kris. Tadi papanya menunggu di luar. "Kris, ayo pulang! Kamu sudah mabuk." ajak Khanza menarik tangan Kris. "Za, maafin aku!" ujar Kris dengan mata terpejam. "Udah aku maafin, ayo pulang. Badan kamu berat. Aku gak bisa narik sendiri. Cepat jalan!" ajak Khanza memapah tubuh Kris. Khanza membawa Kris keluar club, sesampainya di luar. Ia mematung, mendapati bunda Kris berdiri disana dengan menatapnya tajam. "Apa yang kamu lakukan pada putraku?" tanya Mika dengan tajam. "Aku gak tau, te. Tadi aku cuma disuruh bawa Kris sama Niko. Aku juga baru datang." jawab Khanza. Mika menarik tangan Kris. Menampar wajah Kris dengan keras agar anaknya itu tersadar. "Kelakuanmu seperti tidak punya ahlak. Malam-malam berdua dengan cewek di club malam. Minum minuman setan. Kamu pikir itu baik?" murka Mika. Kris menunduk, ia tidak mendengar apa yang dibicarakan Mika. Karena kepalanya sungguh pusing. "Bunda tidak suka melihat kalian bersama lagi. Hanya membawa dampak buruk!" tegas Mika dengan tajam. Khanza menciut. Ia melihat Kris yang diseret paksa oleh bundanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD