Pesantren

1575 Words
Hari ini, Regan dan Mika kedatangan tamu yang menurutnya sangan absurd. Siapa lagi kalau bukan Fandy dan Zakira? Papa dan mama Khanza. Regan sudah mencium aroma tak baik. Pasalnya sahabatnya akan berkunjung kalau pas weekend. Tapi ini masih hari rabu. Ada apa gerangan yang membuat mereka berkunjung? Mika menyiapkan empat jus mangga dan camilan untuk menemani mereka berbincang-bincang. Fandy tersenyum penuh arti. Entah apa maksudnya. "Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Regan curiga. Dari masa muda Fandy tidak berubah. Kejahatannya di mulai dengan senyum manis pria itu. "Begini, anak lo kan cowok. Sedangkan anak gue, cewek. Mereka kan pacaran. Lo juga udah tau bibit bobot dan bebet keluarga gue. Gue mau mengajukan perjodohan untuk mereka. Minimal tunangan dulu deh." jelas Fandy tanpa basa basi. Regan dan Mika kompak melongo. Anaknya masih SMA dan sudah diajak membahas perjodohan. Ini benar benar Gila. "Maaf sebelumnya nih, Fan. Emang apa yang membuat kamu mau mengajukan perjodohan? Bahkan sampai tunangan." tanya Mika meredam emosinya. Bagaimana tidak emosi. Kris dan Khanza itu sama sama nakal. Ia takut anaknya malah akan menjadi orang yang tidak bener. " Kris sering baperin Khanza. Dan sebagai orang tua, aku gak rela. Anakku cuma dibaperin tanpa dikasih hubungan yang pasti." jawab Fandy. Regan mengusap tangan istrinya. Menenangkan Mika agar tidak meledak. "Kami pikirkan dulu, ya Fan." jawab Regan. Setelah Fandy pulang, Mika uring-uringan tidak jelas. Ia tidak setuju pertunangan itu terjadi. Ia tidak rela Kris bersama orang yang tidak tepat. Ia sudah susah payah membesarkan Kris. Mengajari anak itu ilmu ilmu yang baik. Kalau pada akhirnya Kris bersama orang yang tidak tepat. Semuanya akan terasa sia sia. "Sudah bun, jangan terlalu di pikirkan. Kita cari solusinya bareng-bareng." ucap Regan mengelus punggung istrinya. Mika mengurut keningnya yang terasa kaku. "Bagaimana gak dipikirkan, Fandy itu keterlaluan." ketus Mika. "Sudahlah bun. Jangan melihat negatifnya. Coba kita gali sisi positifnya." "Kamu enak ngomong gitu. Kris belum dewasa, lihatlah bahkan terkadang sifatnya lebih kekanakan dari Keyara. Apalagi nanti bersama Khanza. Didikan Fandy itu tidak jelas, Mas." jelas Mika yang masih membantah. "Kamu meragukan anak kita?" selidik Regan. "Terus tiap hari aku didik dia itu, apa hah? aku mendidiknya agar jadi pria yang bertanggungjawab. Dan Kris sudah tau tentang itu. Dan tentang Khanza. Dia gadis yang baik. Dari kecil yang jagain juga Kris. Kamu tau itu. Coba kamu di posisi Fandy, kamu pasti juga akan meminta Kris untuk tanggung-" "Cukup, Mas!. Kris hanya baperin, bukan hamilin," bantah Mika yang telinganya sudah panas mendengar ocehan sang suami. "Kok kuping gue panas ya? pantesan, soalnya ayah bunda lagi ghibahin gue," celetuk Kris di depan pintu kamar orang tuanya. "Aduuuh sakit!" pekik Kris tertahan ketika ada yang menjewer telinganya. "Kak lepasih woy, ini adik lo, ngapain di aniyaya?" pekik Kris nyaring. "Bahasanya, gak sopan!" tegur Keen santai. "Iya iya maaf, lepasin!" Keen akhirnya melepas jewerannya. Memandang adiknya sambil terkekeh geli. "Ngapain ketawa?" ketus Kris. "Kamu ngapain nguping disini?" selidik Keen tak mengindahkan pertanyaan Kris. "Kuping aku panas, eh ternyata ayah bunda lagi gibahin aku," "Ngawur kamu, sana pergi!" usir Keen. "Lah kakak mau kemana?" "Mau nyamperin ayah bunda," "Ikut!" Kris menggedor pintu kamar orang tuanya. Membuat Keen menggelengkan kepalanya. "Kenapa kalian ribut sekali?" kesal Regan melihat kedua putranya yang berdiri di depan pintu. "Kak Keenan, ayah!" tunjuk Kris pada kakaknya. "Ngapain kalian di depan kamar ayah?" tanya Regan menyelidik. "Ini ayah, kuping Kris panas banget rasanya. Eh taunya ayah sama bunda lagi ngomongin Kris. Dosa tau yah, ghibahin anak sendiri." jelas Kris dengan gaya tausiyahnya. "Ini Yah, yang kata kamu udah dewasa?" tanya Mika kesal pada Regan. "Eh Bunda, maksudnya apaan nih? Kris udah dewasa ya. Tapi kadang juga kekanakan. Heheh." ujar Kris cengengesan. "Ribut aja terus, bunda pusing!" ucap Mika berlalu pergi. "Sudahlah! kalian berdua kenapa masih disini?" tanya Regan garang. Kris dan Keenan berbalik arah, sebelum sang raja ngamuk. Regan masih sama, masih sering emosi di depan anak-anaknya, kecuali di depan Keyara. Regan tidak habis pikir dengan pemikiran Mika. Regan tau betul kalau Khanza gadis yang baik. Yang ada, Kris lah yang nakal. Kris juga yang mempengaruhi Khanza. Regan mendukung perjodohan Kris dan Khanza. Karena Regan bisa melihat dari mata Kris. Kalau Kris sangat mencintai Khanza. Begitu juga sebaliknya. Regan pernah muda. Ia tak akan memisahkan anak-anaknya yang jatuh cinta. Kris tidur tengkurap di kasur sambil memainkan hp nya. Membuka aplikasi whatsap dan mengetik nama seseorang yang akan dia usili. Kris Ganteng: Alooo Khanza Zheyeeng... Send ... Selagi menunggu balasan dari Khanza, Kris menyetel musik dengan keras. Biarin tetangga tau, kalau dia rental sound sistem. Lumayan, orang nyewa 200 ribu per hari. Disisi lain, Khanza mendengus sebal. Bukankah nama kontak Kris, dia beri nama 'Kristanti? kenapa sekarang berubah lagi? pasti tangan jahil Kris yang berulah. Khanzaenal : Ape Kris? Kris Ganteng: Gaya kamu sok jutek, aslinya kangen. Ye kan ye kan? Khanzaenal: Najis binggo Kris Ganteng: Aku otw ke rumah kamu, wait five minute beibeh Khanzaenal: Mau kemana? oke deh, aku siap siap. Kris Ganteng: Tapi boong. HAHAHAHAH. Kena Prank Khanzaenal: Bangsat Anying Kris peak Kris jahat Punya pacar bege Pacar kayak kingkong Kingkobra Bajingan kelamin Kris tertawa ngakak membaca balasan khanza. Ia membayangkan wajah Khanza yang cemberut kesal karena dirinya. Baperin Khanza adalah hobbynya sejak dulu. Baik masih sahabatan atau sudah pacaran. Wajah kesal Khanza menjadi objek yang paling dia sukai. Dan b******n kelamin? sejak kapan Kris jadi b******n kelamin. Kris masih ngakak membayangkan Khanza. Sebelum suara seperti petir mengganggu dirinya. "Kriiiiisssss!!" teriak Regan menggedo-gedor kamar anaknya. Kris meloncat turun dari kasur. Menyambar kaos untuk ia kenakan, karena ia tengah bertelanjang d**a. "Ada apa ayah?" tanya Kris pada Regan yang kelihatan sedang marah besar. "Kamu apain lagi si Khanza, hah?" bentak Regan murka. Tentu saja, Kris langsung menciut. Ia mundur beberapa langkah melihat kemarahan Ayahnya. Inilah Kris, sebadung apapun dia, sama orang tua tidak pernah membantah. "Ada apa ayah?" "Siniin hp kamu!" perintah Regan menyodorkan tangannya. Buru-buru Kris langsung menyembunyikan hp nya di belakang tubuhnya. "Gak mau, kenapa hp kris di minta?" tanya Kris masih berusaha mundur. "Cepat siniin!" Regan seolah tetap kekeuh dengan perintahnya. "Jangan yah, banyak bokep nya, tapi bukan Kris yang download, temen-temen Kris." ujar Kris menampilkan deretan giginya yang rapi, berusaha becanda. "Cepat kasihkan ayah, atau uang saku sebulan gak ada?" gertak Regan yang akhirnya membuat Kris pasrah. Regan mengutak atik ponsel putranya. Mulai dari galeri hingga aplikasi wattsap. Ia pikir, chat putranya dan putri Fandy, masih dalam batas wajar anak seusinya. Regan mengumpat sebelum menyerahkan ponsel Kris. Ia barusan dapat telfon dari Fandy kalau Khanza sedang menangis karena terlalu baper dengan gombalan receh putranya. "Yah, ada apa sih?" tanya Kris penasaran. "Kamu jangan baperin Khanza sering-sering. Ayah bisa pusing. Belum lagi bundamu ngamuk-ngamuk." ujar Regan mendudukkan dirinya di kasur Kris. "Lah kenapa, Yah? Kan Khanza pacar aku. Wajar dong kalau dia baper." kata Kris bingung. "Dengar ya, Kris. Ayah gak melarang kamu pacaran. Tapi tolong, ingat batasan!" nasihat Regan. "Tapi Kris cuma chatingan, Yah. Kalau ketemu pasti cuma pegangan tangan. Beneran gak aneh-aneh." kata Kris membela diri. "Ayah tidak menuduh mu. Hanya menasihati. Dan hentikan kenalakanmu Kris. Apa kamu kira ayah gak tau tingkah polahmu diluar sana?" tanya Regan menaikkan sebelah alisnya. Kris membeo. Ayahnya beneran tau atau cuma menggertak saja?. "Hari kamis minggu lalu, kamu clubbing di Red Club, hari jumat kamu ikut dugem di Fantasy, malam minggu kamu ikut balapan liar menang lima juta. Hari selasa kamu balapan lagi dapat sepuluh juta, kamu tercyduk polisi." papar Regan setengah tertawa. Ia ngakak melihat wajah kris yang menciut. "Ayah kok tau? Ayah punya mata-mata ya?" tanya Kris penasaran. "Ayah gak marah, Kris. Ayah juga pernah muda. Ayah yakin, suatu saat kamu akan sadar. Kalau masa remaja tidak hanya berputar pada hal-hal negatif. Kamu penasaran boleh. Tapi ingat batas. Apalagi kamu cowok. Jangan pernah merusak permpuan. Kamu pasti sudah paham kan apa itu merusak? " "Iya, ayah." "Adik kamu juga perempuan. Kamu gak mau kan kalau dia dirusak laki-laki diluar sana?" Kris mengangguk. "Bunda akan memasukkan mu ke pesantren. Sebenarnya ayah tidak setuju. Karena kamu anak yang berprestasi, Kris. Tapi keputusan bunda sudah tidak bisa diganggu. Bersiaplah. Pamitan baik baik sama Khanza. Nanti kalau kamu sudah lulus. Ayah akan dukung kamu untuk dapetin Khanza lagi. Tadi om Fandy kesini. Dia mengajukan perjodohan kamu dan Khanza. Ayah sanggupin asal kamu mondok dulu. Kamu ngerti kan? " Kris mencerna segala pemaparan ayahnya. Pesantren? Mondok. Kris menggelengkan kepalanya kuat. Ia tidak mau. Kris tidak mau meninggalkan kehidupannya yang asyik ini dengan tinggal di pesantren. Baginya, kehidupan pesantren sangat membosankan. Kegiatannya itu itu mulu. Dan apa dia sanggup berpisah dengan Khanza. Berpisah dengan ponsel dan game online yang menjadi candunya. "Yah aku tidak mau!" protes Kris cepat. "Kris tolong pahami sekali ini aja!" "Tapi, yah. Ayah tega membiarkan ku hidup di pesantren? Makan pas-pasan, mau mandi harus antri, gak boleh ini gak boleh itu." rengek Kris. "Kris. Kamu nantinya disana akan belajar. Kamu harus nya bersyukur masih bisa makan. Diluar sana masih banyak anak-anak yatim yang makan pun kesusahan. Kamu nantinya juga akan tau apa makna antri itu. Kehidupan di pesantren itu indah." jelas Regan meyakinkan anaknya. " Indah apanya. Gitu gitu mulu. " "Ayah janji. Kalau kamu nurut. Pulang mondok ayah nikahkan langsung dengan Khanza." "What? nikah? hellow!!!!! Krisss mau yahh!!!" teriak Kris merangkul leher ayahnya. "Astagfirullah Kris!" Regan melepas paksa rangkulan Kris. "Yah, mau nikah, yah!" ucap Kris seperti anak kecil. "Biar ini burung gak cuma buat kencing. Tapi-" "Diam atau ayah bantai sekarang juga!" ancam Regan yang langsung membuat Kris kicep. "Syaratnya cuma satu. Mondok!" tambah Regan lagi. Kris mengangguk. LDR sebentar gak masalah. Yang penting ia akan menikah dengan Khanza.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD