The Day

1348 Words
“Aneira sendirian?” tanya Avar walaupun ia pun sudah tahu jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan, tapi tak mengapa itu adalah bentuk dari rasa perhatiannya kepada Aneira adik semata wayangnya. “Iya kakak, kakak kok lama pulangnya?” tanya Aneira kepada Avar “Lama ya, kasihan adik kakak harus nunggu kakaknya pulang” ujar Avar sambil mengelus puncak kepala Aneira. Aneira hanya tersenyum cengengesan “Oh ya kak, Aneira udah lapar ayo kita makan!” ajak Aneira senang. Avar yang hendak masuk ke dalam kamar menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap adiknya “Lah, Aneira dari tadi belum makan?” Aneira menggeleng “Aneira nungguin kakak” Avar yang merasa senang sekaligus khawatir karena adiknya belum makan karena keinginan adiknya untuk makan bersamanya tapi ia sangat khawatir bahwa Aneira sudah menahan laparnya demi dirinya. “Aneira, lain kali kalau kakak pulangnya telat Aneira makan sendiri saja ya tidak usah menunggu kakak, nanti Aneira sakit, kakak nggak mau Aneira sakit” nasihat Avar kepada Aneira mendapat anggukan dari Aneira sebagai tanda bahwa dirinya mengerti. “Ya sudah kakak ganti baju dulu ya” lalu Avar berlalu masuk ke kamarnya untuk mengganti baju seperti yang ia katakan kepada Aneira. *** “Kak, ayah nanti pulang kan?” tanya Aneira saat mereka sedang menyaksikan film kartun favorit mereka berdua di televisi. “Tentu saja An, ayah kan sudah janji sama Aneira dan kakak agar cepat pulang” ujar Avar memberikan pengertian kepada Aneira. “Iya kak, kalau ayah berjanji tak akan pernah diingkari bukan begitu kak?” tanya Aneira kepada Avar. “Benar sekali An, seperti halnya kakak yang selalu berjanji untuk melindungi kamu adik kakak yang paling kakak sayangi melebihi apapun bahkan melebihi hidup kakak.” Ujar Avar bersungguh sungguh. Aneira mengangkat jari kelingkingnya “Kakak janji selalu menemani Aneira?” tanya Aneira “Kakak Janji” jawab Avar cepat sambil mengaitkan jari kelingkingnya kepada Aneira membentuk sebuah ikatan janji antara kedua kakak beradik itu. “Nanti kuenya kue coklat kan Kak?” tanya Aneira yang sangat menyukai hal yang berbau dengan coklat. “Rahasia” Avar mencoba menggoda adiknya. Aneira mempautkan bibirnya tanda ia merajuk akan perbuatan kakaknya yang suka sekali menggoda dirinya. Avar menyentil hidung Aneira “Masa iya dikasih tahu kuenya apa nggak surprise dong” kekeh Avar melihat reaksi Aneira yang berbinar binary mendengar ucapannya. Sungguh sangat mudah bagi Avar untuk membujuk Aneira, mungkin jika ia ditanya hal apa yang paling mudah di dunia ini yang biasa ia lakukan adalah membuat Aneira tersenyum. Avar sangat menyayangi adiknya melebihi apapun, Avar akan melindungi Aneira dari apapun yang terjadi, jika suatu saat ia dihadapi oleh sebuah pilihan yang berat antara hidupnya atau adik kesayangannya ia akan memilih menyelamatkan hidup adiknya. *** Jam sudah menujukkan pukul 15.00, Avar dan Aneira tertidur saat sedang menonton televisi alhasil televisilah yang menonton mereka bukan mereka yang menonton televisi. Aneira menggeliat dalam tidurnya, hal inilah yang membuat Avar terbangun karena jarak antara Avar dan Aneira sangatlah dekat, sehingga Avar bisa merasakan gerakan adiknya. Avar yang terbangun langsung melihat jam “Sudah sore rupanyaa” ujar Avar dengan suara seraknya khas orang bangun tidur. Avar segera mendudukkan tubuhnya seketika ia teringat pesan ayahnya Jika ayah belum pulang kamu ambil kue adikmu ya, di tempat biasa. Segera ia berdiri dan mencuci wajahnya agar lebih segar, setelah itu ia mendekat kepada Aneira dan membisikkan sesuatu lembut kepada Aneira “Kakak keluar sebentar mau beli gula” Aneira menjawabnya dengan deheman “Hmmm” Aneira sebenarnya sudah bangun saat ia mendengar gemericik air dari kamar mandi, tapi Aneira terlalu malas hanya untuk sekedar buka mata alhasil ia hanya menjawab ucapan kakaknya hanya dengan sebuah deheman. Avar tertawa melihat tingkah lucu adiknya itu, Avar segera membuka pintu tapi sebuah suara kembali ia di dengar dari dalam. “Kak, mau permen coklat” teriak Aneira kepada Avar berpesan untuk membelikannya sebuah permen coklat kesukaannya. “Dasar manusia coklat” ejek Avar lalu melangkah keluar tak lupa ia menutup pintu rumahnya agar tak ada satupun masuk apalagi ayam ayam yang sering berkeliaran di halaman rumahnya. *** Avar berjalan menuju toko kue tempat dirinya biasa memesan kue entah kenapa sepanjang perjalanan perasaannya merasa tak enak ia terus memikirkan ayahnya biasanya tak seperti ini. Ada perasaan takut ayahnya kenapa napa, tapi ia mencoba membuang pikiran yang tidak tidak mengenai ayahnya. Ayahnya baik baik saja, tuhan pasti selalu melindungi ayah dimanapun ayah berada. Avar akhirnya sampai di toko kue itu, Avar masuk ke dalam toko itu dan bertemu si pemilik toko kue itu. “Permisi Bu” saat Avar masuk ke dalam toko itu, ia tak melihat si pemilik toko. Tiba tiba pemilik toko datang dari arah belakang dengan baju yang sedikit kotor karena tepung “Eh, nak Avar maaf ya membuat Avar menunggu ibu lagi buat kue di belakang” jelas Bu Rahma panjang agar pelanggannya tak merasa kecewa “ Iya bu tidak apa apa, Avar baru saja datang. “ “Oh ya Nak Avar, ada apa kesini?” tanya Bu Rahma “Mau jemput kuenya Ane Bu, kue untuk Aneira sudah selesai kan Bu ?” tanya Avar sopan kepada Bu Rahma “Oh iya, kue si Ane ya ibu hampir lupa, oh sudah sudah kue coklat kan?” tanya Bu Rahma memastikan “Iya Bu, kue coklat” “Sebentar ya Var” setelah itu Bu Rahma berlalu menuju dapurnya dan mengambil kue coklat pesanan Avar “Tulisannya belum di buat Var, kemarin ibu lupa nanya ke ayah kamu eh ayah kamu juga lupa” “Tulisannya ya Bu..” Avar memikirkan kalimat apa yang harus ditulis di atas kue coklat ini. Lalu Avar mendapatkan sebuah ide “Kami sayang Ane, Happy Birthday” Avar menyebutkan sebuah kalimat kepada Bu Rahma dan segera Bu Rahma menuliskan kalimat itu di atas kue coklat yang sangat cantik,walaupun hanya toko kecil dan jauh dari kota tapi keahlian bu Rahma tidak diragukan lagi kepiawaiannya membuat kue dengan cita rasa yang enak menghasilkan sebuah kue yang cantik di hari ulang tahun Aneira yang juga sangat cantik. *** 12 Tahun Kemudian Gerbang sekolah terbuka lebar menandakan bahwa bel belum berbunyi, siswa siswa masih di persilahkan untuk masuk ke dalam sekolah elit bernama Cambri Academy International School atau biasa dikenal dengan sebutan CAIS. Sekolah elit dengan fasilitas terlengkap dibanding dengan sekolah biasanya. CAIS merupakan sekolah yang terkenal dengan siswa siswinya yang kaya raya dan dari keluarga yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan, atau pun dunia industry. Maka tidak heran jika saat pagi begini mobil mobil berkelas berhenti di depan gerbang untuk menurunkan penumpang yang ada di dalamnya. Tidak hanya mobil yang berkelas tetapi tentu saja setiap aksesoris yang dikenakan penumpang yang tak lain dan tak bukan adalah siswa siswi CAIS. Mulai dari tas, ikat pinggang, jam, bahkan sepatu semuanya dari merek merek ternama. Tepat 5 menit sebelum bel berbunyi sebuah mobil BMW 850i Convertible berwarna putih masuk ke dalam gerbang CAIS menuju tempat parker mobil yang telah di sediakan. Ini lah salah satu kelebihan CAIS, CAIS memiliki tempat parker mobil yang luas karena siswa siswinya banyak menggunakan mobil bahkan di CAIS tidak ada parkiran motor karena memang tidak ada siswa yang memakai motor. Pengemudi Mobil BMW 850i Convertible itu keluar dari mobilnya setelah berhasil memarkirkan mobilnya dengan baik. Pengemudi yang berjenis kelamin perempuan itu turun dengan anggunnya mampu membuat setiap pasang mata menatap dirinya, sebuah tag name terpasang di baju seragamnya, ANEIRA. Yap Aneira, pengemudi itu adalah Aneira. Aneira dengan tampilan stylishnya akan menuju kelasnya, hari ini adalah hari pertamanya di CAIS. Karena hari pertamanya Aneira ingin memberikan kesan yang baik kepada teman barunya, maka dari itu sebelum melangkah menuju kelasnya ia sempatkan untuk sedikit melihat penampilannya dari kaca dashboard mobilnya. “Oke, im ready” ujarnya setelah memastikan penampilannya sudah sempurna. Aneira dengan rambut indahnya yang indah dan sedikit bergelombang sangat pas dengan wajah cantiknya yang dihiasi hidung mancung dan mata yang indah kulit putih mulus, memperlihatkan bahwa Aneira memang bidadari di dunia nyata. Aneira turun dari mobilnya tak lupa ia mengunci mobil kesayangannya itu. “Hari pertama” bisiknya dalam hati sambil menyunggingkan senyum penuh arti yang hanya Aneira tahu apa maksud dari senyumannya itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD