Mama Baru

1121 Words
“Kok ada wanita di kamar daddy, ya?” tanya seorang anak kecil yang cantik menggunakan baju tidur berwarna putih dengan gambar barbie saat berdiri di depan kamar ayahnya. Gadis ini pun memberanikan diri untuk melangkahkan kaki seperti yang dikatakan otaknya.. “Kaila masuk, ahhh ….” Kebetulan yang punya kamar tengah mandi, Kaila sendiri belum mandi karena mendadak pagi ini dia ingin mandi dimandikan oleh ayahnya. Gadis yang bernama Mikaila tertarik masuk karena pintu sedikit terbuka dan dia melihat di kasur ayahnya ada seorang gadis yang tengah tertidur pulas. “Ini mama atau bidadari, ya?” tanya Kaila sambil menyilangkan tangan dan ia sandarkan ke tepian kasur.  “Cantik!” ujarnya sambil memandangi wajah indah gadis yang kini berusia sembilan belas tahun dan hari ini harus berkuliah. “Mommy!” panggil Kaila sambil mengguncangkan tangan orang yang membuat dia penasaran. “Tante bidadari!” panggil Kaila sambil mengecup kening sang gadis. Kaila baru melihatnya saja sudah gemas dan kagum dengan kecantikannya. “Kok gak bangun-bangun, ya?” tanya Kaila sambil mengerucutkan bibirnya. Dia ingin manusia yang ada di hadapannya ini bangun dan berbicara. Jika orang baik, Kaila ingin mengajaknya bermain. Harapan Kaila sih, orang ini adalah mamanya. Kata si mbik yang merawat Kaila, kalau wanita yang Daddy bawa pulang dan kenalkan tiap kesini jika tidur di kamar Daddy berarti mommynya, kalau tidak ya berarti teman saja. Lewat ingatan perkataan si mbik, Mikaila beranggapan bahwa wanita ini adalah mommynya. “Apa ini putri tidur dari negeri dongeng yang ada di buku ceritaku?” Kaila sampai menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena  “Mommy!” Kaila coba bangunkan lagi. Gerakan tangan Kaila kini lumayan agresif sampai kasur sedikit terguncang. Gerakan guncangan dari tangan Kaila membuat gadis ini bangun. “Mmmm …. Berisik. Kepalaku berat sekali!” Gadis yang tubuhnya tertutup selimut pun terbangun dari tidur pulasnya karena suara panggilan dari seorang anak. Tangan lentiknya bergerak mengucek matanya sambil sedikit membuka agar tahu yang di hadapannya itu siapa. “Mommy? Kok gue dipanggil mommy?” tanyanya pelan sambil menyipitkan matanya. “Lho kok ada anak kecil kayak boneka barbie anak-anakkannya yang ada di televisi yak?” tanya dia lagi sambil memperhatikan Kaila, bagaimana tidak terpukau, pipi tembem bagaikan bakpao, rambut yang ujungnya curly sangat indah tergerai meski berantakan, kulitnya putih, bibirnya mungil dan hidungnya mancung, matanya juga coklat. “Mimpi apa ini, Dori. Kebanyakan minum gue jadi mabok terus mimpi yang aneh nih!” Dia mencoba menggaruk kepalanya dan mencoba untuk sadar, barangkali ini masih mimpi. “Mommy!” panggil Mikaila lagi. Senang sekali dia, punya orang yang bisa ia panggil mama.  “Alah …. Bonekanya bisa ngomong lucu banget, ya! Jadiin koleksi, ah!” Dia jadi ingin menambah koleksi boneka di kamarnya yang luas setara satu rumah biasa.  Suara pintu toilet pun terdengar dan seorang pria keluar menghampiri Kaila dengan handuk yang melilit di tubuh bawahnya saja. Auranya mendadak berubah, atmosfer disana jadi lebih mencekam bagai di dunia lain saja. “Mikaila!” panggil pria itu sambil berjongkok di hadapan Kaila.  “Daddy!” panggil Kaila sambil memeluknya. Kaila rindu pelukan ini dan ia inginkan setiap pagi. Wanita yang masih terbaring di atas kasur pun memperhatikan interaksi ayah dan anak yang ada di hadapannya. “Mimpi apa ini, Dori! Kenapa sekarang malah ada pria tampan yang bodynya aduhai! Omaygat, kebanyakan minum Vodka jadi kapal oleng, Bang.” Dia lihat sendiri bagaimana indahnya body bak iklan L-men, terukir perut sixpack dan d**a dadu. Mana air bekas mandi masih menempel di kulitnya yang mulus dan berwarna putih. “Kamu gak mimpi.” Tiba-tiba pria yang disapa Daddy ini berdiri dan menggendong Kaila. “La terus kalau bukan mimpi apa dong?” tanya sang gadis sambil mengucek matanya lagi. “Tidur, ah!” Dia membalik tubuhnya agar miring ke arah lain, tangannya mengusap sprei dan merasa ada yang berbeda, sprei di kamarnya semua berbulu, ini tidak. “Kamu harus memperbaiki dan membersihkan mobil saya. Ah iya, lebih tepatnya lagi mengganti rugi!” ujarnya sambil melepas gendongan Kaila yang ingin duduk di kasur   “Kok mommy disuruh ganti rugi Daddy? Ganti rugi itu apa?” tanya Kaila yang tak mengerti banyak bahasa orang dewasa, Kaila sedang di masa ingin tahu dan banyak bertanya. “Apa? Mommy? Aduhh …. Kenapa tantenya dipanggil Mommy?” tanya Galuh sambil terkekeh, kelakuan anak-anak memang menggemaskan. “Iya. Tante ini mommy Kaila bukan?” tunjuk Kaila pada orang yang ia anggap mommy. “Bukan sayang. Hahaha. Kenapa bisa nyangka mommy kamu, sih?” Galuh garuk-garuk kepalanya. “Abisnya tidur di kamar Daddy. Kata mbok, yang boleh tidur disini itu mommynya Kaila!” Kaila kali ini menunjuk kasur. Dia kemudian menyilangkan tangannya, meminta penjelasan. “Hahaha. Dia? Mommy? Mana mungkin sayang. Ini tante yang udah rusak mobil daddy dan bikin mobil daddy kotor, makanya daddy minta dia ganti rugi,” jelas Galuh agar anaknya tak salah paham. “Jadi ganti rugi itu sama dengan bertanggung jawab atas apa yang kita perbuat, Dad?” tanya Kaila lagi agar lebih jelas. “Betul. Anak pintar!” Dia mengusap puncak kepala Kaila. “Tante, oooo tante mommy!” panggil Kaila sambil menusuk-nusuk p****t tamu tak diundang ini dengan telunjuknya. Entah kenapa Kaila ingin mengenalnya lebih dekat, berbeda dengan semua gadis yang ayahnya pernah bawa kesini, Kaila tak menyukainya dan tak mau tahu. “Aduh kok mimpinya masih panjang. Jangan ganggu aku, dasar kamu para peri mimpi!” teriaknya sambil menutup telinga dengan bantal. “Tante bangun. Ini rumah Kaila!” Kaila berteriak di dekat telinganya. “Eh. Jadi ini bukan mimpi?” tanya sang gadis sambil menggosok telinganya yang berdengung akibat teriakan Kaila yang cempreng sampai menembus bantal dan gendang telinganya. Mendadak dia terbangun. “Satuu …. Dua …. Tigaaa …. Bangun Elitia!” Gadis yang bernama Elitia ini sekarang dalam posisi duduk. dia memandang ke arah jendela. “Eh ini bukan kamar gue!” Elitia pun menoleh ke arah lain. “Eh Astaga!” Dia mundur karena takut, seperti melihat setan saja. “Kalian siapa?” tanya Elitia pada dua orang yang ada di hadapannya, yang satu anak kecil cantik sekali bagai boneka, yang satu lagi om-om yang terlihat muda dan sexy. Eh dia malah salah fokus pas liat otot Galuh. Elitia sampai menjilat bibirnya dari ujung kanan sampai ujung kiri lalu meneguk salivanya susah payah. “Kamu yang siapa? Ini rumah saya!” “Saya El- saya Elisa.” Dia menyebutkan nama panggung DJ-nya bukan nama asli. “Apa kamu ingat yang kamu perbuat semalam?” tanya pria tampan yang punya rumah. Dia menatap Elitia dingin seperti pendekar yang hendak menebas leher lawannya saja. “Hah …. Semalam?” tanya Elitia bingung. Dia tidur di kamar orang saja sudah bingung, apalagi disuruh ingat kejadian semalam, makin bingung! “Kamu harus tanggung jawab!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD