Lembar Kedua

1027 Words
Dua tahun kemudian... "Kak Nom-nom bantuin skripsi gue dong!" Sudah lebih dari satu jam Dirga merengek pada Naomi tapi wanita itu masih saja memandang laptopnya dengan serius tanpa sedikitpun memperdulikan laki-laki cerewet itu. " Kalau gue gak lulus tahun ini gue bilangin mamah biar lo dijodohin sama gue."tambahnya lagi. Naomi mendengus kesal, ingin sekali berteriak kepada seisi jagad raya ini bahwa di sampingnya sekarang ada makhluk paling menyebalkan se alam semesta. "Bisa gak sehari aja lo gak ganggu gue?" Dirga menggeleng sambil menampilkan senyum tanpa dosa. "Lo itu udah kaya poros hidup gue jadi gue gak-" "Stopp!! Gak ush gombal kaya gembel !" "Emang ada gembel yang suka gombal ? kok gue gak tahu yah?" Kesabaran Naomi sudah berada pada tetes terakhir. "Elo gembel yang suka gombal!" Ucap Naomi penuh kekesalan. "Hah! mana ada gembel ganteng plus tajir kaya gue. ngaco lo." "Kaya harta tapi miskin ilmu itu juga disebut gembel!" Dirga cengengesan dibuatnya. Dibalik kata-kata sarkas yang dilontarkan kakak kesayangannya itu memang selalu saja memunculkan teori aneh yang tidak masuk akal. "Teori dari mana itu?" Cibirnya. "Naomi Ayunda, Gadis pintar, baik hati, mempesona dan wangi tiada terkira tapi anti sama berondong. Apalagi yang model kaya lo gini." Mau tidak mau Dirga tertawa. Sebenarnya Naomi mau terlihat ketus dan menyebalkan di hadapan Dirga tapi justru terlihat lucu dan menggemaskan. "Gue gak miskin ilmu kelles, lo mau cari ilmu buat dapat pacar? gue punya jutaan kalau lo gak tahu." Naomi menatap Dirga malas sambil merapikan laptopnya dan beranjak keluar dari rumah yang sudah tidak tentram lagi itu. " Jangan ikutin gue atau gue bilangin sama pacar lo yang rambutnya kaya mbak kunti itu, kalau lo suka nonton bokep kalau malam." Seketiga Dirga berhenti sambil mngulum senyum. Menatap jahil ke arah Naomi dengan tatapan penuh penyelidikan. "Lo suka ngintipin gue nonton bokep yah?" Ujar Dirga sambil tersenyum jahil." Kenapa cuma ngintip sih, padahal gue welcome loh kalau lo mau Nobar bokep sama gue." Naomi menghembuskan nafasnya kasar menahan kekesalan yang sudah tidak mampu ditahannya lagi. "DIRGANTARA ALFARIZI PERGI AJA SANA KE NERAKA JAHANAM...!!" Teriak Naomi lantang. Dengan sigap bocah laki-laki itu segera berlari keluar menyelamatkan diri dari amukan kakak cantik kesayangannya itu. Naomi benar-benar kesal. Kenapa kehidupannya tidak setentram manusia lain di luar sana. Selalu saja ada yang mengusik pintu kesabarannya hingga jebol seperti sekarang. Dulu saat si bocah tengik Dirga masih tinggal di rumahnya sendiri saja Naomi sudah sering darah tinggi. Apalagi sekarang saat kedua orang tuanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negri untuk waktu yang lama dan bocah itu dititipkan pada orang tua Naomi. Gadis itu merasa bahwa umurnya berkurang drastis, sebab resiko dirinya terkena struk meningkat dua ratus persen. Dia benar-benar butuh ketenangan untuk menulis Novelnya yang deadline empat bulan lagi tapi masih belum ada kemajuan sedikitpun itu. Seandainya saja di dunia ini benar-benar ada pintu kemana saja, gadis itu ingin sekali mengirim Dirga ke hutan sss satu bulan saja agar hidupnya bisa kembali tentram dan damai seperti dulu. "Dasar berondong tengik, gak tahu diri. Liat aja ntar pembalasan tuan putri Naomi yang cantik jelita tiada tara ini." Sambil menggelar selimut di bawah pohon dekat taman kompleknya, Naomi mengeluarkan sumpah-serapahnya. "Apa lo liat-liat mau gue kirim juga ke neraka?" Seseorang yang sedang diajak bicara oleh Naomi itu tampak kebingungan tapi dasar Naomi yang cuek dia tidak peduli. "Kamu bicara sama saya?" Kali ini giliran Naomi yang heran. " yeee ganteng-ganteng oon." Gumamnya. " Gue ngomong sama rumput yang bergoyang bukan sama lo." Sarkasnya. Sepertinya saran Dian agar Naomi mandi kembang tujuh rupa untuk buang sial ada benarnya juga. Karena dimanapun dia berada selalu saja bertemu orang-orang yang membuatnya naik darah. "Jadi kamu beneran ngomong sama saya yah?" Dengan kesabaran yang masih tersisa Naomi menghembuskan nafasnya kesal. "ya iyalah gue ngomong sama lo bambang! emangnya ada siapa lagi disini selain lo?" Laki-laki itu tersenyum begitu bahagia. Dan untuk pertama kalinya seorang Naomi tertegun. Begitu terbius dengan jenis senyum yang paling manis sejagat raya itu. "BTW nama saya Kevin bukan bambang." Begitu tersadar Naomi langsung memukul kepalanya sendiri mencoba menyadarkan otaknya yang mulai tidak beres itu. "Lo hidup di jaman kapan sih? santai aja kali gak usah saya-saya-an sama gue. Kaya gue boss lo aja." Laki-laki yang mengaku bernama Kevin itu tersenyum. Kali ini Naomi menutup matanya, sebab kalau tidak wanita itu takut terserang Diabetes. "Gak usah senyum-senyum depan gue woy, mata gue sakit. "Kevin menghentikan senyumnya dan menatap Naomi dengan heran tapi belum sempat laki-laki itu bertanya Wanita di sampingnya itu sudah bertanya kembali." Eh BTW gue gak pernah liat lo di komplek ini, lo anak baru yah? Rumah lo di blok mana?"Kevin tampak berfikir sebelum kemudian tersenyum kembali membuat Naomi berdecak kesal. "Iyah saya memang baru disini, rumah saya di sebelah sana." Jawab Kevin sambil menunjuk ke arah yang tidak Naomi mengerti tapi wanita itu tidak peduli. "Gue Naomi, salam kenal." Kevin terus saja memperhatikan Naomi yang mulai mengetikan beberapa rangkaian kata kemudian dihapus lagi dengan kekesalan yang terlihat jelas. Otaknya benar-benar buntu sekarang. "Kak Naomi lagi bikin cerita yah?" Naomi menoleh ke arah Kevin dengan wajah datar tanpa ekspresi. "Gue penulis. Emang lo umur berapa panggil gue kak? gue keliatan tua?" Kevin meringis tidak enak hati jadinya. "Kalau dihitung-hitung kira-kira sembilan belas tahun kak." Naomi melotot. " Lo sembilan belas tahun?" Kevin mengangguk. Dalam hati naomi merutuki nasib sial yang dialaminya. Kenapa dia selalu saja di ganggu oleh makhluk bernama berondong? Tapi kalau difikir-fikir yang ini agak mendingan sih dibanding si bocah tengik Dirga itu. "Baiklah adek Kevin yang manis, lo bisa bantu gue gak?"Lagi-lagi Kevin mengangguk. "Bantu apa kak?" " Lo punya pacar?" Kevin tampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk lagi. "Ceritain kisah cinta lo, gue lagi butuh inspirasi buat nulis." Kevin tersenyum. " Kisah cinta kami biasa saja, tidak ada yang menarik. Gimana kalau kakak menulis cerita tentang hantu yang jatuh cinta pada manusia?" Naomi tersenyum sembari menepuk bahu Kevin dengan keras. " Bagus juga ide lo. Gue belum pernah tuh nulis yang bau-bau horor gitu. Pasti lebih seru nih." Kevin tersenyum sambil mengusap bahunya yang baru saja di tepuk Naomi. Untuk pertama kalinya setelah dua tahun berlalu, akhirnya laki-lakiitu merasakan kembali sentuhan manusia di tubuhnya. Dan itu rasanya luar biasa menyenangkan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD