Chapter 02

534 Words
"Gimana udah?" Tanya Midam sambil sesekali nyeruput pop ice coklat yang baru dia beli bareng Hiro. "Udah." Jawab Alin santai kemudian ikut duduk bersama dengan Hiro disusul midam. "Siapa nih dosbimnya??" Tanya Hiro kepo. "Pak Wahyu." Midam auto semprot muka Hiro yang bikin Hiro naek darah terus jitak kepala midam. "Lo kalau nyemprot liat-liat dong!" "Sorry gue kelepasan." Balas midam. "Kok bisa sih lo dapet pak Wahyu?" "Ya Awalnya dosbim gue pak daniel tapi anak bimbingannya pak daniel udah banyak jadilah gue di oper ke pak Wahyu." ucap alin apa adanya. "Udah takdir kali ya,siapa tau lo dapet hidayah kalau sama pak Wahyu bisa langsung rajin." Midam mengaminkan doa Hiro. "Terus udah ketemu pak Wahyu belum." Tanya midam karena tadi setaunya waktu dia lagi beli pop ice dia liat pak Wahyu jalan buru-buru terus masuk kedalam mobil. "Belum,katanya pak Wahyu ada urusan mendadak kalau mau kerumahnya nanti malam." "Udah jangan kerumah dia,kerumah dia sama aja masuk kandang macan." Midam tampol bibir cipokable nya Hiro yang bikin tu cowok cantik meringis. "Kalau lo gibahin guru ntar semua ilmu lo gak berkah njir!" Tukas midam. Alin lagi-lagi di buat kagum sendiri sama midam.Walaupun pernah menjabat sebagai bad boy kelas kakap midam gak pernah lupa buat nasehatin temen-temenya. "Yaudah gue langsung pamit pulang aja ya,takutnya waktu udah keburu nih." "Mau gue anterin gak?" Tanya midam. "Lah terus gue pulang sama siapa?" Hiro memelas. "Udah gak usah lagian gue ada urusan bentar." setelahnya alin pamit. Alin gak kemana-mana kok cuman mampir bentar ke makam ayahnya yang gak jauh dari kampus. "Assalamualaikum,Ayah alin dateng." Alin duduk di samping batu nisan ayahnya kemudian menyiramkan gundukan tanah itu dengan sebotol air. "Ayah alin mau nyelesaiin skripsi alin,Ayah mau kan doain alin disana??" Alin tersenyum kemudian membaca doa sebelum akhirnya mengelus batu nisan itu dan bangkit kembali. Saat alin mencapai gerbang tiba-tiba netranya menangkap sosok anak kecil yang sekarang sedang menangis tersedu-sedu di samping nisan. "Eh itu anak siapa??kok bisa nyasar sendiri di kuburan nanti kalau di culik wewe gimana??" Alin panik soalnya dia cuman liat anak itu doang sendiri gak ada yang nemenin sama sekali. "Maaamaaaa....Hikss..." "Dek." Panggil Alin. Yang di panggil nengok sebentar terus lanjut nangis sambil meluk-meluk nisan kuburan. "Jangan nangis lagi aduh,,,eh pernah denger gak kalau air mata kita sampe jatuh dan kita gak mengikhlaskan kepergian orang yang kita sayang akan disiksa." Anak laki-laki yang tadi menangis itu kini menatap alin dengan raut wajah memelas. "Beneran??" "Iya bener,makanya kamu jangan nangis terus...kalaupun nangis gak bisa ngembaliin keadaan." "Jingga udah gak nangis lagi...Mama maafin Jingga seharusnya Jingga gak boleh bikin mama disiksa sama malaikat." Anak laki-laki bernama Jingga itu menghapus air matanya. Sampe dia yang tadinya pengen nangis lagi eh malah ditahan pas alin gak sengaja natap pandangan dia. "Kalau mau nangis ayo jangan disini." Ajak Alin. "Dimana dong?" "Ya pokoknya jangan disini,emang mau nangis terus diliat sama mbak kunti eh diketawain deh." Jingga bergidik ngeri. "Tapi nanti Jingga gak diculik kan?!" Kali ini Jingga menatap was-was kearah alin. "Gak minat kakak mah sama kamu." Alin ketawa. "Gini-gini Jingga imut tauu!" "Iya---" "JINGGA!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD