bc

LDR : Long Distance Relation (S)weet

book_age12+
226
FOLLOW
1K
READ
comedy
sweet
humorous
witty
like
intro-logo
Blurb

"PAPA SAM! AKU MENCINTAI SALAH SATU PENULISMU."

Memiliki pacar yang satu profesi? Kenapa tidak.

Kemala Sari, bertemu dengan Adi Arjuna di sebuah platform baca online, keduanya berusaha menepis pemikiran orang bahwa LDR merupakan hubungan yang mustahil berhasil.

chap-preview
Free preview
Bab 1 : Virtual itu nyesek!
*Membaca Al-Qur'an lebih utama* Panas terik matahari, membuat seorang gadis yang memakai gamis berwarna army menepi sejenak di koridor gedung fakultas agama Islam. Ia melihat ke segala penjuru kampus, terdapat ada banyak mahasiswa yang berlalu lalang mengisi gemerlap suasana kampus. Kemala Sari. Nama yang didaftarkan keluarganya di dalam catatan akta kelahiran, dan ia sangat berharap tercatat juga di dalam sertifikat tanah warisan. Gadis yang sering dipanggil Mala itu kini berada di semester 6, menjelang semester akhir. Saat ini ia baru saja menyelesaikan jam kuliah sekitar 5 menit yang lalu. Dan turun dari lantai lima untuk kembali ke kost. Saat dirasa dirinya sudah sanggup melewati panasnya matahari kota Medan, Mala kembali berjalan melintasi fakultas hukum yang terlihat sangat ramai oleh mahasiswa yang akan melaksanakan sidang. "La, mau pulang?" Mala langsung melihat ke arah teman sekelasnya yang sedang ngadem di dalam ATM depan fakultas hukum. Hal yang sangat sering dilakukan mahasiswa jika dalam cuaca yang panas begini, mala hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd dari Arjun. "Ada aja kerja kau yah, Jun. Kurang dingin apalagi memang udara kota Medan ini kau rasa?" Arjun yang mendengar itu keluar dari dalam sana, menghampiri Kemala yang berdiri tepat di depan pintu masuk ATM. "Panas kali, gak sanggup aku,” ujar Arjun sambil menghapus keringat yang ada di sekitar lehernya. "Nah, karena panas itu, kau antar dulu aku ke kos, deketnya." Arjun menghela nafas, gadis di depannya ini terdengar galak dan bar-bar, tapi kalau kita sudah kenal dekat dengannya, maka akan langsung keluar sifat manjanya. "Yaudah ayolah, aku kan baik." "Prett, baik kalau ada maunya buat apa?" Arjun terkekeh pelan, Mereka berjalan ke parkiran depan kampus, tepat di depan gedung rektorat. Cukup jauh memang Arjun memarkirkan motornya, karena ketika Arjun akan parkir di sebelah gedung fakultas mereka, sudah penuh dan tidak muat sama sekali. Arjun dan anak laki-laki lain di kelas, sudah biasanya menjadi supir pribadi bagi Kemala. Bukan karena terpaksa, terkadang mereka sengaja mengantarkan Kemala untuk sekalian makan makanan ringan dan makan siang di kost gadis itu, karena kost Kemala menyediakan warung nasi yang cukup murah. "Mau makan, Jun?" Tanya Kemala begitu melihat Arjun yang ikut turun bersamanya. "Iya, laper aku, Oma mana?" "Bentar aku panggil. Ngomong-ngomong Makasih yah Jun, tumpangannya." Kemala masuk ke dalam rumah, memanggil ibu kostnya yang merupakan wanita paruh baya, kost Kemala dibagi menjadi tiga ruangan, ruangan pertama untuk rumah pribadi Oma, dan dua ruangan lagi untuk anak kost, Kemala sendiri menempati posisi kamar paling ujung. Dekat dengan dapur. "Makan, Jun? " Sayup-sayup Kemala dapat mendengar suara Oma dan Arjun yang saling berbicara. Kemala masuk ke dalam kamarnya, dan mendapati Fitri kawan kostnya sedang tertidur dengan posisi yang sangat tidak elit. Posisi badan yang seperti paus terdampar terlihat sangat pasrah dengan mulut yang terbuka, serta mata yang tidak tertutup rapat. Kemala sudah biasa melihat pemandangan itu. Terlebih dengan baju yang bergantungan di belakang pintu, itu sudah pemandangan lumrah. “Kak Mala, mau mandi duluan gak?” teriak salah satu teman kost Kemala dari kamar sebelah. “Duluan aja, Dek. Kakak masih ganti baju.” Kemala tidak kalah teriak juga. Bahkan Fitri yang tadinya asyik tertidur tersentak kaget lalu terbangun. “Memang kalau boru Jawa rasa Siregar kayak ginilah jadinya.” Kemala terkekeh mendengar ucapan Fitri yang sudah sering ia dengar selama 1 tahun lebih berada di kost ini. “Selo lah, Fit. Macem gak kenal aja kau sama kakak.” Kemala keluar dari dalam kost setelah selesai berganti baju, dengan menggunakan daster panjang selutut, celana olahraga, dan juga cardigan panjang, Kemala menuju warung di depan kostnya. Tak terlupa dengan hijab instan membuat wajah Kemala yang memiliki pipi chubby semakin terlihat gendut dan bulat. Arjun sudah tertawa terpingkal-pingkal melihat penampilan absurd dari seorang Kemala. “Woy emak-emak pengajian, mau ke mana?” Teriak Arjun membuat Kemala menoleh ke arah pemuda itu. “ “Dah, diem aja kau disitu, Jun. kau panggil aku emak-emak Karena calon emak dari anak-anakmu aku, kan?” “Jijik kali aku liat kau, La. Pengen muntah. “ Kemala hanya tertawa keras mendengar u*****n Arjun. Ia berlalu menuju warung membeli persediaan sabun cuci yang telah habis karena teman kost gak ada akhlak memakai tapi lupa mengganti, untung saja Kemala anak sultan yang terlupakan, jadi baik hati dan dermawan. “Wak… Ohh Wak… Beli!” Kemala terus berteriak, sampai sang penjual muncul masih dengan memakai mukenannya. “Kalau kau dah, Mal. Gak bisa selo emang muncung kau yang bercakap itu? Mau beli apa kau? Bilang boh, belum lagi selesai aku berdoa buat jadi orang kaya, udah ganggu aja kau.” "Owalah, Wak-Wak. Khayalan wawak aja udah ngalahin gedung Burj Khalifa di Dubai. Tinggi kali." "Memang bangke kali kau yah, La. Dah lah, mau beli apa emang kau?" Kemala mengambil beberapa makanan ringan, lalu sabun colek yang harum jeruk nipis, dan tidak lupa pula makanan favorit anak kost, mie instan rasa soto ayam. "Ini ajalah, Wak. Tanggal tua ini." Kemala menyerahkan barang belanjaannya kepada penjual yang sering ia panggil Wak Kede. Kede dalam kamus Medan artinya kedai, atau toko. "21 ribu semua, La. Tumben kau beli sabun colek, biasanya liquid kayak anak sultan." Mala terkekeh pelan sembari menerima uluran kantongan plastik hitam yang berisi barang belanjaan nya. "Lagi jadi setan aku Wak hari ini, karena tanggal tua bukan lagi sultan namanya. Dah lah Wak, pergi dulu aku." "Baek-baek jalan kau, Mala. Kalau belok lurus aja. Biar nabrak, kan lucu." Kemala tidak mendengarkan apa yang dikatakan Wak Kede. Ia langsung menuju kost yang berjarak hanya beberapa langkah saja, terlihat Arjun yang masih asyik menyantap makan siangnya dalam diam. "Kak Mala!! Bang buaya nelpon." Teriak Fitri dari dalam kamar. Mala langsung pontang-panting menghampiri kamarnya, dan di sana sudah berlangsung panggilan beberapa menit. "Halo, Mas. Kenapa?" "Gak papa, salah emang aku nelpon?" "Halah, gitu aja ngamok. Dah cem betul aja." Mala melihat ke arah Fitri yang dengan asyik mendengarkan obrolannya bersama sang pujaan hati. "Udah update berapa kata, La?" Selalu, setiap telponan yang akan ditanya adalah sudah update apa belum, sudah berapa kata? Dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang ia tekuni. "Udah, Mas. Seribu tadi, mungkin bakal nambah." "Alhamdulillah, yaudah aku matiin dulu, nanti aku telpon lagi, soalnya mau ngantar mamak ke pasar." "Iya, mas. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Panggilan telpon terputus. Fitri memandang Kemala dengan geli dan juga bercampur prihatin. Akh! Kemala belum cerita perihal pekerjaannya di samping sebagai mahasiswi. Ia merupakan seorang penulis karya fiksi di salah satu platform baca online. Platform berbayar yang dapat menghasilkan dolar setiap bulannya untuk Kemala. Dengan modal ngehalu setiap hari, Kemala bisa berpenghasilan lumayan besar. Dan dari platform ini pula lah ia bertemu dengan sang pujaan hati yang merupakan teman satu grup, satu editor, dan juga satu pekerjaan dengannya. Yap! Pacar virtual. Kemala memandang ponselnya dalam diam. Setiap kali menelpon, pembahasan mereka akan selalu berputar di sekitar berapa bab yang sudah diupdate, dan sudah berapa kata? Jenuh? Pastinya pernah. Hanya saja, Kemala menutupi semua itu dengan berbincang bersama teman satu kost, atau ngerusuh di grup khusus penulis. Malah Kemala menikmati semua ini dengan hati yang gembira luar biasa. Kapan lagi mendapatkan doi yang memiliki profesi yang sama dengannya? Bahkan b****k yang sama pula. "Kak, tumben bang Adi nelpon? Biasanya gak ada kabar sampe seharian." "Lagi banyak akhlaknya, . Baru beli akhlak soalnya, Dah lah, mau nyuci dulu kakak, habis itu baru masak kita." Fitri menatap kepergian Kemala dengan miris. Jika dirinya yang menjadi Kemala, insyaallah, hubungan itu gak akan bertahan sampai beberapa bulan, jangankan bulan, hari saja mungkin sudah hebat. Hubungan jarak jauh, tapi jarang memberikan kabar. Bahkan doi Kemala terkesan tidak peduli dan juga Kemala yang selalu mengiyakan dan menganggap semua hal biasa. Kemala sendiri di dalam kamar mandi duduk termenung sambil menatap cucian yang banyak. Dirinya ikut memikirkan ucapan Fitri tadi. Hampir sebulan mereka menjalani hubungan, tapi bukannya membaik, malah semakin amburadul, doi nya sudah menghilang beberapa hari kemarin, lalu muncul di grup akan tetapi tidak membalas pesannya sama sekali. Mungkin hanya dirinya yang menganggap hubungan ini penting, sedangkan sang pacar yang jauh di sana sama sekali tidak peduli. Awal perkenalan mereka memang Adi merupakan pribadi yang hangat untuk anak baru seperti dirinya. Sehingga tidak mengherankan jika sampai saat ini, setiap ada anak baru masuk ke dalam grup penulis, maka dengan sigap Adi akan langsung berkenalan, dan berjuang menjadi aksi gombal menggombal. Sepertinya dirinya telah salah melangkah karena menerima pemuda itu dengan cepat, namun untuk meninggalkan pun tidak mungkin, dirinya enggan lagi berada di fase yang sama, yaitu melakukan perkenalan, lalu pendekatan dan berada di fase itu berulang-ulang. “Ibu tiri… hanya cinta kepada ayahku saja…” setiap mencuci makan Kemala akan menyanyikan lagu yang sama, bahkan seluruh penjuru kost sangat hapal dengan tabiat seorang Kemala yang satu ini. “Selagi ayah disampingku… ku dipuja…. Ku dimanja, tapi bila ayah pergi ku dinista dan dicaci, bagai anak yang tak berbakti.” Kemala terus bernyanyi sambil menyikat bajunya. Mengulang secara terus menerus lagu yang sama, sampai pakaiannya sudah selesai dicuci dan dibilas. Kemala keluar dari kamar mandi, mengambil beberapa gantungan baju, dan langsung menjemur pakaiannya. “Mala, kalau udah siap nyuci air nya dihidupkan yah, biar gak kehabisan air kita.” Seru Oma sang ibu kost. Kemala mengangguk dan berteria OKE! Ke arah ibu kost yang terlihat sedang sibuk mengurusi banyaknya pesanan pelanggan. Begitu selesai menjemur. Kemala masuk ke dalam kamar dan melihat ponselnya yang sepi dari chat orang, seseorang yang ia tunggu telponnya sama sekali tidak ada, bahkan sekedar membalas chat juga tidak ada. Padahal pemuda yang menjadi pacarnya itu terlihat asik mengobrol di grup dengan anggota lain, tapi untuk membalas pesannya saja rasanya sangat berat. Hal sepele, tapi mengecewakan. Tulis kemala dalam statusnya, yang namanya cewek tidak akan jauh dari namanya menyindir dan disindir, Kemala sengaja menulis status itu agar dilihat oleh Adi berharap akan mendapatkan respect dari pemuda itu. Namun yang namanya ekspetasi tidak akan sesuai dengan realita yang ada, adi hanya melihat statusnya, tanpa mengomentari apa pun.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook