Bab 2 : Bucin Virtual

1522 Words
*Membaca Al-Qur'an lebih utama* Hal sepele, tapi mengecewakan. Tulis kemala dalam statusnya, yang namanya cewek tidak akan jauh dari namanya menyindir dan disindir, Kemala sengaja menulis status itu agar dilihat oleh Adi berharap akan mendapatkan respect dari pemuda itu. Namun yang namanya ekspetasi tidak akan sesuai dengan realita yang ada, adi hanya melihat statusnya, tanpa mengomentari apa pun. Cling! Kemala buru-buru membuka pesan w******p, dan yang membalas pesan itu malah fitri yang erlihat cekikian di sampingnya. “Kode keras, tapi gak ada tanggapan, sakit tapi gak berdarah namanya.” Kemala memberian lirikan tajam ke arah gadis yang secara terang-terangan menyindirnya lewat chat. “Gak ada akhlak memang kau yah.” Fitri terkekeh geli, bukan salahnya juga jika membalas status teman kost nya. “Lagian pacaran kok virtual, yah kebanyakan nyesek lah.” “Gimana lagi, yang mau sama awak Cuma yang virtual. Karena liat aku cantik pakai filter.” “Hahahaha... anjir kali memang kau, kak. Bikin ngakak aja.” Kemala berlalu dari dalam kamar, ia menuju warung nasi ibu kost untuk makan siang. Ia sedang malas keluar menuju depan kampus yang terdapat banyak menu makan siang yang menggugah selerah. “Oma, mau makan pake telur dadar yah.” "Loh, makan di sini?" Kemala mengangguk, biasanya sebelum kembali ke post, Kemala akan membeli makan siang, seperti bakso ataupun ayam geprek kampus yang berada tepat di depan universitas tempatnya berkuliah. "Tadi sama si Arjun, Oma. Jadi gak sempet mau berhenti." "Yaudah, bentar." Selagi Oma meracik pesanannya, Kemala lagi dan lagi melihat ponselnya yang sama sekali tidak ada notifikasi dari seseorang yang sedari tadi ia tunggu, malah hanya pesan grup yang terlihat ramai, dengan Adi sebagai pelaku utama keributan di grup. Kemala menghela nafas lelah, rasanya ia tidak sanggup lagi mempertahankan hubungannya jika Adi terus bersikap demikian. "Kamu bisa ribut di grup, tapi gak bisa balas pesan aku, barang sedetik pun." Centang biru, dan terlihat tandang mengetik di sana. Kemala harap-harap cemas melihat balasan Adi yang terlihat sangat panjang. Cling! Kemala membiarkan ponselnya tergeletak tanpa berniat membuka pesan yang terpampang nama Adi di notifikasi. "Nah, nasimu. Makan yang banyak biar tambah melar kaunya." Oma datang membawa sepiring nasi pesanan Kemala. "Jangan lah, Oma!" Protes Kemala yang dibalas dengan kekehan geli Oma. Kemala asyik menikmati makanannya yang sederhana, namun memiliki cita rasa yang luar biasa. Tak lama, dering ponsel Kemala membuat fokusnya menikmati makan siang terpecah. Ia bisa melihat nama yang terpampang di sana. Mas calling..... Kemala mendiamkannya sejenak, hingga panggilan itu mati tanpa Kemala angkat. Dering kedua ikut berbunyi, membuat kemala dengan sedikit rasa enggan mengangkat telpon tersebut. "Assalamualaikum, kenapa Mas?" "Waalaikumsalam, kamu yang kenapa?" Kemala diam, ia tidak ingin memberikan tanggapan apa pun, biarkan saja Adi yang memikirkan penyebabnya. "La? Kenapa? Tumben diem aja." "Gak papa, Mas. Mala mau makan dulu, nanti Mala hubungi." Rasanya Kemala sangat malas jika mengobrol dengan Adi sekarang. Sedari tadi pemuda itu ke mana? Giliran sudah ia sindir saja langsung menelpon. "Kan bisa sambil telponan, La?" "Gak enak, ada Oma. " Kemala langsung memutus sambungan telpon itu secara sepihak. Tanpa menunggu balasan dari seberang sana. Ponsel Kemala kembali berdering dengan notifikasi chat w******p yang beruntun. Dirinya sudah sangat jenuh jika hubungan terus begini, mungkin menurut sebagian orang sepele, tapi bagi Kemala ini hal kecil yang menumpuk dan perlahan akan menjadi hal besar. Dirinya tidak selalu menuntut Adi untuk memberikan kabar kepadanya selama seharian full. Minimal memberi kabar jika dia sedang sibuk, ataupun sedang tidak ingin chat dengannya, Kemala akan mengerti itu, bukan malah gak ada kabar beberapa hari, namun muncul di grup yang sama dengannya dan berkoar-koar tanpa membalas satupun pesan nya. Ponsel Kemala terus berdering, dengan terpaksa gadis itu mengangkat panggilan kekasihnya dengan rasa tidak ikhlas sedikit. "Kenapa, Mas?" "Kok gak angkat? Gak bales juga. " "Mala lagi makan, ada apa?" "Aku bukan gak mau balas pesan kamu, cuma ketimbun pesannya, maklum aja yah, Sayang. Soalnya kan memang lagi sibuk juga, jadi gak sempat buka wa,sekalinya buka langsung masuk pesan beruntun." "Maklum kok, iya gak papa." Anjir, hati dan iman Kemala sangatlah rendah, sehingga mendengar kata-kata sayang saja langsung luluh dan perasaan dongkolnya yang berhari-hari itu hilang dalam sekejap mata, ini namanya tidak fair, kenapa tuhan harus menciptakan wanita dengan perasaan lembut seperti ini. Kemala menghela nafas nya lelah, selalu saja begini. "La, kok diem? Masih marah?" Kemala berdehem pelan. "Gak, Mas. Cuma lagi mikir aja." "Mikir apa, Hem?" "Gak papa, mas lagi apa?" Kemala mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin mood nya rusak karena pembahasan yang akan memancing kekesalannya. "Lagi mau nulis ini," sahut Adi dari seberang sana. Kemala langsung terdiam. Nulis? Lagi? "Oh yaudah, nulis aja." Kemala menjawab seadanya, menang apa yang bisa ia lakukan selain dengan pasrah jika obrolan mereka akan diisi oleh keheningan. Jika sedang menulis, Adi tidak akan bisa diganggu gugat sama sekali. Terlebih sekarang Adi kata salah satu teman penulisnya sedang bekerja juga. Akh! Informasi seperti itu pun ia harus mendapatkannya dari orang lain, bukan dari Adi sendiri. "Gak papa, kan?" Tanya Adi takut-takut, meski ia sering melakukan ini, namun tetap saja dirinya merasa tidak enak. Karena harus membuat Kemala lagi lagi menunggunya. "Iya gak papa, nulis aja, aku juga mau nulis." Bohong! Kemala sangat bohong masalah ini, ia tidak pernah menulis di siang hari maupun sore hari, Kemala terbiasa menulis di tengah malah di saat kondisi kost sedang sunyi. Dan Adi sama sekali tidak mengetahui ini. Keduanya berada dalam keheningan, hanya terdengar suara ketikan Adi dan hembusan nafas Kemala. Gadis itu sendiri memilih diam sembari menatap layar ponsel yang menampilkan sederet angka yang ia hapal luar kepala. "La, beneran udah nulis?" "Udah, tapi belum update. " "Yaudah, aku tinggal nulis dulu yah, aku gak fokus kalau sambil telponan." Kemala langsung terdiam, tanpa banyak kata dirinya langsung mematikan sambungan telpon secara sepihak, dan membuat mode pesawat terbang, sehingga Adi tidak akan bisa menelponnya lagi, itu pun kalau Adi menelpon. Menatap sepiring nasi yang belum habis, Kemala mulai berpikir untuk sesekali melakukan hal yang sama terhadap Adi. Biar laki-laki itu dapat merasakan apa yang ia rasakan. "Mal, ikut gak ke depan?" Kemala melihat ke arah Indah yang sepertinya akan pergi keluar. "Mau ke mana, Nda?" "Ke depan, cari makanan yang pedes." "Aku nitip ayam geprek kampus deh, lumayan buat penghilang stres." Kemala memberikan selembar uang sepuluh ribuan dan satu lembar uang lima ribuan. "Biasa yah, Nda." Indah mengangguk paham, tanpa harus diucapkan oleh Kemala, dia juga tau pesanan gadis itu karena sering memesannya. Kemala memilih masuk ke dalam rumah setelah membayar nasi yang ia pesan dari Oma. Ia melihat Fitri yang melanjutkan tidur nya, dan memilih mengikuti jejak Fitri yang terkapar di atas ranjang. *** Malamnya, Kemala tengah menyelesaikan tugas Makalah yang besok sudah deadline, kebiasaannya sedari dulu mengerjakan tugas ,di situ mau dikumpulkan, maka di saat itu pula ia akan mengerjakannya. Karena yang namanya kepepet, akan lebih cepet selesai, dibandingkan dengan berleha-leha di waktu yang senggang. Di saat sedang fokus-fokusnya, ponsel Kemala berdering dan terlihat nama Mas di sana. Dengan sedikit tidak rela, Kemala pada akhirnya mengangkat panggilan tersebut. "Halo, kenapa, Mas?" "La, coba buka WA. Aku punya sesuatu." Dengan cepat Kemala membuka Wa-nya. Dan di sana ada satu file bernama Mala. Dengan rasa penasaran, Kemala membuka file tersebut. Dan betapa terkejutnya ia begitu melihat isi filenya adalah makalah yang sedang ia kerjakan dan telah selesai. "Mas, kok bisa?" Tanya Kemala setelah sadar dari keterkejutannya. "Bisalah, masa gak bisa! Maaf yah, dari kemarin gak ada kabar, aku lagi kerja dan ada masalah, jadi belum bisa ngasih kabar." Kemala tidak bisa menahan senyum manisnya, astaga, kenapa se so sweet ini sih pacarannya?ia berulang kali membuka isi file tersebut memastikan jika semua nya memang telah selesai. "Makasih yah, Mas. Mala rencananya mau begadang ini malam." "Lain kali kalau ada tugas, langsung dikerjain. Jangan nunggu nanti-nanti, biar gak keteter. Kamu udah nulis?" "Hehehe... Belum lah, belum ada mood nulis." "Nulis dulu, gih. Aku temenin, tapi aku diem aja." "Oke, Mas. " Kemala mulai menulis sebuah alur cerita, untuk mengikuti dayli update. Dengan ditemani oleh Adi, rasa semangat Kemala langsung meningkat. Yah yang namanya bucin, jadi harap dimaklumi. "Kak Mala, udah siap belum?" "Udah, dikerjain Mamas lah." "Halah bangke. Kalian memang bucin number one." Celetuk Fitri yang duduk di samping Kemala dan melihat apa yang dikerjakan gadis tersebut. "Lah, nulis? Bukannya tadi telponan?" "Nulis sambil telponan lah, biar uwu." "HALAH, BUCIN!" Fitri berteriak sampai Adi yang mendengar nya juga ikut tertawa. Memang teman kost kekasihnya itu selalu merusui jika dirinya sedang berbucin ria dengan Kemala. Wajar, orang-orang iri dan dengki. "Yang, love you!" Celetuk Adi secara tiba-tiba yang dapat didengar oleh Fitri karena Kemala tidak memakai headset. "ANJIM! DAH DIEM LAH KALIAN DUA!" Fitri makin berterima murka Dengan keisengan tingkat tinggi. Kemala membalas perkataan Fitri dengan kalimat yang tak kalah menyebalkan. "PAPA SAM, AKU MENCINTAI SALAH SATU PENULISMU." "g****k sia maneh, ini dah malam, kambeng!" Adi dan Kemala tertawa bersama, puas rasanya mengganggui orang yang baru putus cinta. Rasanya kenikmatan tiada Tara. Fitri baru saja putus dari pacarnya dua hari yang lalu, karena LDR yang katanya menyiksa dan Fitri tidak sanggup akan hal itu. Berbeda dengan Kemala yang malah menikmati masa-masa LDR seperti ini. Rasanya seperti odading mang botak! Anjim banget.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD