BBS 3

819 Words
Arini menyambangi kantor Reno dan tanpa permisi ia memasuki ruangan suami mendiang sepupunya itu. "Maaf pak saya sudah bilang pak Reno sedang ada tamu, tapi mba Arini tidak mau mengerti" ucap sekretarisnya. "Gapapa mba, saya juga sudah selesai. Baiklah Ren aku harap kerja sama kita bisa berjalan lancar" ucap tamu perempuan Reno "Iya tentu saja, dan senang bekerja sama denganmu" ucap Reno. Setelah bercipika cipiki dengan Reno perempuan itu pun pamit pergi. Reno menatap Arini kesal, ia menutup pintu ruangannya lalu menghampiri perempuan itu. "Bisa sopan gak kalau masuk ruangan orang, sekretarisku sudah bilang kalau aku sedang ada tamu dan kenapa kamu masih memaksa masuk" omel Reno. "Maaf Ren" ucap Arini. "Ada apa kemari?" tanya Reno. "Aku tadi ke rumahmu dan bertemu dengan Rani, pengasuh Nayshila" ucap Arini. "Hm... lalu?" tanya Reno. "Kenapa sih Ren, kenapa kamu harus menggunakan pengasuh, aku bisa kok membantu merawat Nayshila bagaimana pun dia juga keponakanku" ucap Arini. "Dan mengganggu jadwal kuliahmu? fokuslah dalam kuliahmu Rin, jangan pikirkan putriku, aku bisa merawatnya tanpa bantuanmu" ucap Reno. "Aku bisa Ren, dan aku ikhlas menolongmu merawatnya" ucap Arini bersikeras. "Lebih baik kamu pulang karena aku sedang banyak pekerjaan" Reno meninggalkan Arini dan menuju meja kerjanya. "Bagaimana kalau aku menemanimu disini?" Arini mengikuti langkah Reno dan dengan centilnya ia duduk dipinggiran kursi kebesaran pria tampan itu. "Pulang Rin..." ucap Reno kesal. "Iya-iya aku pulang, tapi aku pastikan akan kembali lagi kemari" ucap Arini. "Hhh... apa sih maunya perempuan itu" gumam Reno. --- Memasuki rumah Reno terpaku ditempatnya saat melihat seorang perempuan tersenyum manis sambil memberikan botol dot pada Nayshila yang berada dalam pangkuannya. "Maya..." gumam Reno, namun beberapa detik kemudian Reno tersadar bukan Maya yang dilihatnya melainkan Rani lah perempuan itu, sang pengasuh putrinya. "Sore tuan" sapa Rani sambil menganggukkan kepalanya. "Sore" sahut Reno dingin, ia mengecup kening Nayshila yang berada dalam pangkuan Rani dan tentu saja membuat Rani salah tingkah. "Emm tuan... tadi calon istri tuan datang kemari" ucap Rani. "Calon istri?" ucap Reno bingung. "Iya tuan, tadi calon istri tuan datang jenguk Nayshila" ucap Rani. "Jangan mengada-ada Rani, saya tidak punya calon istri dan lagi istri saya baru meninggal" ucap Reno kesal. "Lalu yang tadi siapa? dia mengaku calon istrinya tuan" ucap Rani. "Kamu tanya siapa namanya?" tanya Reno. "Kalau gak salah namanya... Arini... iya mba Arini, perawakannya tinggi" ucap Rani. "Arini? dia bilang seperti itu?" tanya Reno kesal. "Iya, tuan mengenalnya?" tanya Rani. "Arini dia adik sepupu mendiang istri saya" ucap Reno. "Lalu bagaimana bisa dia bilang seperti itu?" ucap Rani. "Entahlah" ucap Reno ia pun berlalu ke kamarnya. --- Usia Nayshila sudah memasuki bulan ke lima dan perkembangannya pun semakin pesat membuat seisi rumah mulai jatuh cinta pada tingkahnya terlebih Rani sang pengasuh utama yang selalu dibuat tertawa akan tingkah polah bayi lima bulan itu. Marta dan Samuel, mama dan papa Reno memasuki kediaman putranya, keduanya baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya. "Selamat sore tuan nyonya" sapa Rani begitu melihat majikan besarnya. "Sore Ran, Nayshila mana?" tanya Marta. "Ada di kamar bersama tuan Reno" ucap Rani. "Oh kalau begitu kami ke atas" ucap Marta. Pasangan suami istri yang sudah berumur itu melangkah menaiki anak tangga, menuju kamar cucunya. "Mama papa" sapa Reno begitu melihat orang tuanya. "Nay..." sapa Samuel pada cucunya. "Apa kabar nak?" tanya Marta. "Reno baik mah, mama papa bagaimana?" tanya Reno. "Kami sehat" sahut Samuel. "Sudah besar cucu oma... kasian kamu sayang, daddymu belum mau memberimu seorang mami" ucap Marta sambil menimang cucunya dan mendelik ke arah Reno putranya. "Mah..." ucap Reno kesal. "Sudah lima bulan Ren, move on. Maya juga gak akan suka kalau kamu terus menyendiri seperti ini" ucap Marta. "Kami tau kamu sudah cukup bahagia dengan kehidupanmu yang sekarang, tapi rasanya kurang lengkap tanpa kehadiran istri disampingmu. Ya kamu memang bisa mencukupi kebutuhanmu sendiri, tapi ada bagian lain yang tak bisa kamu penuhi seorang diri" ucap Samuel. "Reno mengerti itu pah, Reno masih ingin sendiri dulu" ucap Reno. "Sampai kapan?" tanya Marta. "Entahlah mah" ucap Reno. "Lihat sekelilingmu Ren, banyak para perempuan yang ingin menjadi pendampimu nak. Pilihlah yang menurutmu paling baik" ucap Marta. "Mama kira cari istri itu seperti membeli kacang" tawa Ren. "Mama tidak sedang bercanda Ren, mama serius ingin segera melihatmu kembali berumah tangga" ucap Marta. "Apalagi Nayshila juga membutuhkan sosok seorang ibu" ucap Samuel. "Arini... mama dengar dia begitu gencar mendekatimu" ucap Marta. "Apaan sih mah, gak banget" tawa Reno. "Lalu..." "Stop pembicaraan ini karena Reno belum ingin untuk menikah lagi" ucap Reno. "Hhh anakmu ini sangat menyebalkan pah" ucap Marta. Arini berdiri diambang pintu kamar Nayshila, ia tersenyum karena tak sengaja mendengar namanya yang termasuk sebagai kandidat istri dari pria tampan itu. "Arini... kamu disitu sayang ayo kemari" ucap Marta. "Iya tante" ucap Arini, sementara Reno hanya mendelik kesal. "Hai anak cantik" Arini mengambil Nayshila dari pangkuan Marta. "Tuh Ren lihat Arini dia sayang pada putrimu" ucap Marta. Namun hanya sebentar Nayshila berteriak menangis sejadinya dan membuat Rani segera menghampiri dan mengambil anak asuhnya itu. "Dia lebih dekat ke baby sitternya ketimbang sama aku tante sendiri" ucap Arini. ♥♥♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD