BBS 1

827 Words
Siapa yang tak senang menanti kehadiran si buah hati? Perjuangan masa kehamilan sembilan bulan terbayar tatkala mendengar tangisan si kecil ke dunia. Sebelum momen membahagiakan datang, Reno dan Maya telah mempersiapkan segalanya dengan matang. Tidak hanya persiapan mental, mereka juga memikirkan keperluan finansial menjelang kelahiran. Namun ditengah rasa bahagianya usai memeluk bayi mungil itu Reno harus dihadapkan dengan berita buruk, pendarahan hebat terjadi pada Maya dan saat ini kondisi perempuan itu memburuk. Reno panik dan tentu shock begitu mendengarnya, ia benar-benar takut. "Boleh aku melihat putri kita, dan mungkin ini terakhir kali aku melihatnya" ucap Maya. "Please... jangan bicara seperti itu sayang, kuatlah demi putri kita. Kamu gak akan kemana-mana dan kita akan merawatnya bersama" ucap Reno sambil mengusap puncak kepala perempuan itu. Maya hanya memberikan senyumnya pada sang suami sambil mengusap pipi pria itu, ia kembali menyunggingkan senyumnya saat Reno mengambil bayi mereka dan memperlihatkannya. "Persis kamu" ucap Maya dan setelah mengecup pipi putrinya Maya terlihat menarik nafasnya cukup dalam hingga tak terdengar lagi desah nafasnya. "Yank... sayang..." Reno menepuk pipi Maya mencoba membangunkannya namun sayang tak ada reaksi sedikit pun dari perempuan itu, Reno panik dan memanggil dokter. Beberapa saat kemudian setelah tim dokter melakukan pengecekan Maya dinyatakan telah meninggal, Reno shock tentu saja, pria mana yang mau kehilangan wanita yang dicintai, wanita yang telah menemaninya dua tahun ini, wanita yang telah memberikannya seorang buah hati. Banyak pelayat berdatangan saat jenazah Maya sudah dipindahkan ke rumah duka dan tentu saja para pelayat itu coba menguatkan Reno dan keluarga yang ditinggalkan, terlebih para pelayat perempuan yang selama ini begitu mengidolakan Reno, tanpa peduli dengan keadaan yang tengah berduka mereka para perempuan itu mencoba mengambil kesempatan dengan memperlihatkan rasa pedulinya pada bayi mungil itu. Reno duduk didepan gundukan tanah merah dengan nisan yang bertukiskan Maya Widya, istri yang begitu dicintainya baru selesai dimakamkan. "Dan ini adalah sesi kehidupan yang paling aku takuti, kehilanganmu. Begitu singkat kebersamaan kita, aku bahkan belum menepati janjiku untuk mengajakmu ke Eropa dan sekarang...? kamu lepas dari genggamanku sayang... istirahatlah dengan tenang, aku janji akan menjadi daddy terbaik untuk Nayshila putri kita" Reno mengecup pusara itu sebelum berlalu pergi. Memasuki rumah mewahnya Reno langsung masuk kamar, kamar yang begiti banyak menyimpan kenangan bersama Maya. Ia menatap bingkai foto berukuran besar yang terpajang di tembok kamarnya, fotonya bersama Maya yang saat itu berdiri di pelaminan. "Apa yang sudah ditakdirkan Tuhan tidak akan ada yang bisa merubahnya nak" ucap Marta mama Reno yang memasuki kamar itu. "Reno tau itu mah, tapi kenapa harus secepat ini. Disaat kami tengah bahagia-bahagianya menjadi orang tua dan Tuhan menjemput Maya" ucap Reno dan dengan cepat ia mengusap air matanya yang sempat jatuh. "Sudah jalannya Maya seperti itu Ren, dan sekarang tugasmu adalah menjadi ayah yang baik untuk putrimu, jangan lupakan itu nak" ucap Marta. "Tentu Reno ingat mah" ucap Reno. Reno memasuki kamar yang telah didekorasi begitu cantik dengan nuansa pink khas anak perempuan, dan disana berdiri seorang perempuan menggendong Nayshila, dia Arini adik sepupu Maya. "Kamu bisa pulang Rin... ada mamaku disini yang akan menjaga Nayshila" ucap Reno sambil mengambil putrinya dari gendongan Arini. "Gapapa Ren, aku seneng kok sama anak kecil" ucap Arini. "Kamu bisa pulang Rin, kasian kamunya pasti banyak tugas kuliahkan" ucap Reno yang entah mengapa kurang begitu suka pada adik sepupu mendiang istrinya itu, dan kali ini ucapan Reno sedikit bernada pengusiran. "Baiklah aku pulang, tapi kalau butuh bantuan untuk mengurus bayi cantik ini jangan sungkan untuk menghubungiku kapan pun" ucap Arini. "Ya terimakasih, aku bisa sendiri" ucap Reno. Marta menghampiri putranya begitu Arini keluar dari rumah itu, ia tau dan sadar perempuan itu mencoba mengambil hati putranya. "Sepertinya Arini menyukaimu Ren" ucap Marta tersenyum. "Mah... ini bukan saat yang tepat untuk membahas itu, Maya baru dimakamkan dan tidak etis rasanya buat Reno membicarakan perempuan lain terlebih perempuan itu adik sepupu Maya sendiri" ucap Reno kesal. "Oh maafkan mama nak, mama tidak bermaksud" ucap Marta. "Mama bisa bantu Reno untuk menjaga Nayshila sementara Reno bekerja" ucap Reno. "Mama bisa bantu, tapi mama gak bisa janji untuk selalu ada, kamu tau sendiri Ren mama harus mendampingi papamu saat dia ada tugas luar kota" Marta. "Hhhh" Reno mendesah. "Begini saja... bagaimana kalau kamu memakai jasa baby sitter, dan jangan khawatir atau takut baby sitter itu berbuat macam-macam pada Nayshila karena dirumah ini ada banyak cctv dan beberapa artmu, sesekali mama juga akan datang kemari kalau mama berada di Jakarta" ucap Marta. "Apa aman mah? maksud Reno apa baby sitter itu terlatih dalam mengurus bayi" ucap Reno khawatir. "Tentu saja nak, mereka para baby sitter itu sudah diberikan pelatihan khusus sebelum terjun ke lapangan" ucap Marta. "Baiklah Reno serahkan semuanya pada mama, cari yang teliti mah karena Reno gak mau baby sitter yang asal-asalan" ucap Reno. --- Marta sudah berbincang dengan seorang pemilik yayasan penyedia jasa baby sitter, ia memberikan beberapa syarat yang telah diajukan putranya yaitu pintar, cakap dalam melakukan pekerjaan, teliti dan yang paling utama adalah kebersihan, itulah syarat yanh diajukan Reno untuk calon baby sitter putrinya. Pemilik yayasan mengangguk dan tersenyum, ia tau siapa yang di inginkan nyonya besar itu. ♥♥♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD