Dua

1246 Words
"Haaahh?!! Tunggu... sepertinya kalian salah orang. Hahahaha." aku melirik-lirik pada Haikal, meminta pertolongan darinya untuk membawa kami segera pergi dari situasi ini. Tetapi teman kampretos ku yang satu ini hanya menatap tidak peduli pada ku! padahal temannya yang tampan ini sedang kesulitan! "Anuuuu... maaf senior-senior yang saya hormati. Tapi bisakah kalian tidak mengerubungi ku seperti ini?" tanya ku sambil mencoba kabur dari situasi ini. "Bergabunglah bersama kami di klub judo! niscaya kau pasti akan membawa kami pada kemenangan!" Kepalamu! huhuhuhu! bagaimana aku harus kabuur??! Aku melirik kesal sekali lagi pada Haikal, dengan tatapan super tajam aku mencoba menghubungkan pikiran kami. lihatlah kemari bocah laknaaaat! Tapi sialnya Haikal tidak juga melirik padaku barang sedikit pun dan aku yakin dia sengaja melakukan hal itu karena menikmati drama yang terjadi ini! "Hei! Apa yang sedang kalian lakukan? anak baru itu bisa ketakutan jika kalian mengerubunginya seperti itu!" teriak seseorang yang berusaha untuk membubarkan kerumunan di depan ku ini. "Apa sih! paling lo yang mau nyerobot rekrut dia ke tim lo kan! ga bisa, gue duluan yang liat nih anak!" ucap salah satu senior yang berada di depan ku ini. "Eh ape lo kate? enak aja! anak baru ini akan gabung sama klub karate!" teriak salah satu senior yang bergerombol. "Bapak mu karate! Juna bakal gabung ke klub judo!" sahut yang lain. Dan kembali di mulai lah kebisingan yang ada di depan ku ini, Yup.. memperebutkan aku. Bukannya mau sombong tetapi gini-gini aku itu pemenang pencak silat nasional, jadi mungkin cukup wajar jika para senior yang ada di depan ku ini mengenal ku dan mengajakku untuk bergabung. Tetapi setelah lulus SMP aku sudah bertekad untuk tidak melanjutkan ekskul yang berhubungan dengan beladiri, aku ingin mencoba ekskul yang lain. Aku ingin menikmati masa SMA ku dengan sesuatu yang lain selain bela diri. Aku juga sudah bertekad untuk mencari pacar nanti. nggiiiiiiiingghg!!! Aku juga orang-orang yang ada di lapangan menutup kuping rapat-rapat karena suara dengungan keras dari pengeras suara yang di nyalakan tiba-tiba. "Anjrit! itu siapa yang mainan pengeras suara?! kuping gw budeg woi!" teriak beberapa orang. Terlihat seseorang yang cukup tinggi -sepertinya dia naik ke atas kursi- dengan ekspresi datar mengangkat pengeras suara tinggi-tinggi. Ada apa lagi sih ini? kayanya gue salah sekolah dah. "Berhenti berkerumun seperti ini. silahkan kembali ke stand masing-masing." ucap sosok pria berwajah datar tersebut. Saat seorang senior yang lain ingin membantahnya, senior itu langsung membungkamnya hanya dengan tatapan tajam dan masih dengan ekspresi nya, lalu para senior yang berkerumun itu pun mulai bubar dari sana walaupun sembari misuh dan menggerutu. Aku akhirnya bisa bernapas lega setelah mereka semua kembali ke stand mereka, karena sudah sepi aku kembali melotot pada Haikal yang sama sekali tidak membantuku tadi. "Kok lo tadi gak bantuin gue sih!" ucap ku jengkel pada Haikal. "Males." "Asem lo ya!" "Ehem!" Aku yang masih ingin berceramah pada Haikal harus berhenti karena dehaman seseorang. "Sori, sori ganggu kalian. Tadinya gue mau bantu eeh malah semakin bringas." Aku hanya bisa terdiam saat salah dua senior lain menghampiri kami. Yang satu adalah senior 'muka datar' yang membubarkan kerumunan tadi dan yang satu adalah senior yang menatapnya sepanjang aku dan Haikal melihat stand. Melihat wajah kami yang bingung kedua senior itu pun memperkenalkan diri mereka. "Oh kenalin, gue Rio dan ini temen gue Haqi." "Gue..., " "Gue tau, lo Juna kan? ngeliat orang-orang yang tadi kumpul aja, mereka juga pasti tau lo siapa." katanya sambil memotong ucapan ku. "Kalau gue Haikal. Anak yang biasa aja." ucap Haikal tanpa tedeng aling-aling. "Anak ayam lo mah." sungut ku yang masih kesal karena hal tadi. "Ngomong-ngomong kalian tertarik ikut klub apa?" tanya Rio sambil mengedarkan pandangannya melihat lapangan sekolah mereka yang di sulap sebagai tempat stand perkenalan klub. "Gue sih belum tau." jawab ku dengan cepat sambil ikut melihat-lihat stand-stand yang ramai. "Kenapa lo gak ikut gabung salah satu klub yang tadi ngerubingin lo?" tanya Rio sambil melirik ku. "Hmm... gue mau coba ekskul yang lain." "Tapi lo belum ada gambaran mau masuk klub yang mana?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan Rio. "Mau ikut masuk klub gue?" "Emang klub lo apaan?" "Sepak takraw." "Hah? sepak apa?" "Sepak takraw. lo ga tau?" tanya Rio. Aku pun menggeleng pelan, "Gue pernah denger sih tapi sama sekali belum pernah liat." "Yah olahraga sepak takraw memang tidak terlalu terkenal seperti basket ataupun sepak bola. kau ingin mencoba nya?" Aku langsung menggelengkan kepalaku. "Maaf tapi selain karena gue gak tau olahraga sepak takraw kayanya gue juga gak tertarik." "Gue sama Haikal pamit liat-liat stand dulu ya, makasih udah nolongin tadi." Aku pun langsung menggeret Haikal dari sana untuk segera pergi. "Gue tunggu di gedung barat sabtu sore kalau lo mau coba gabung!" teriak Rio dengan lantang. * Setelah hari-hari mos yang melelahkan juga pengenalan sekolah, akhirnya aku mulai menikmati sebagai siswa SMA seutuhnya. Mulai merasakan nikmatnya mengerjakan tugas-tugas yang tidak pernah ada habisnya. "Nikmat apanya! gila tugas sampai menggunung begini!" teriak gue frustasi sambil meratapi tumpukan PR yang berserakan di meja belajar. "Gue chat Haikal deh buat nyontek matematika." Junaasss : Nyet, tugas mtk udah? Hai_kal : Ada tugas emang? "Eh si kampr*t gak inget ada PR!" Junaasss : jangan bilang lo juga lupa fisika, sejarah sama PKN juga ada tugas? Hai_kal : serius lo? ya udh mau gue tinggal tidur. Junaasss : Kutu kupret! * "Buku PR nya di kumpulin dari yang paling belakang ke depan ya. Yang tidak mengerjakan akan langsung ibu kasih nilai merah." Para siswa di kelas pun mulai sibuk mengumpulkan buku-buku PR, tentu saja dengan segala drama yang di timbulkan oleh tim yang tidak mengerjakan PR. "San, buku PR lo mana?" tanya Tio yang kebagian mengumpulkan buku PR di barisan kursi tempat aku dan Haikal duduk. "Duh, buku gue ketinggalan niih, ini gue lagi nyalin punya Runa. Tunggu bentar ya?" "Ck! gue anggep lo berdua gak ngerjain ya? gue ogah nunggu-nunggu." "Eh! eh! gak bisa! kan gue ngerjain! sini Sin buku gue!" "Gak! kalau gue di hukum, lo juga harus di hukum, run. Lo kan sahabat gue!" "Bodo amat sama sahabat-sahabat preet. Gue ngerjain itu dengan merelakan jam nonton movie Boku No Hero ya, ga rela gue! sini buku nya!" "Enggak!" "Balikin buku gue!" "Enggak!" "Santi! Runa! jangan ribut, cepat kasih buku PR kalian ke Tio. kalau enggak Ibu anggap kalian berdua tidak mengerjakan dan langsung ibu kasih nilai 0!" "Saya udah ngerjain bu, tapi Sinta gak mau balikin buku saya!" jelas Runa dengan sedikit kesal. "Santi, cepat kasih buku Runa, sekalian kumpulkan juga buku mu selesai tidak selesai." Tio langsung mengambil buku mereka berdua dan segera memberikannya pada Bu Ida. "Lagian lu sih San, gak ngerjain di rumah." Ucap ku setelah menyaksikan perdebatan kedua perempuan yang duduk di bangku depan ku ini. "Gue semalem sibuk banget jagain adek gue, gue beneran lupa kalau ada PR." "Sebelas dua belas lo sama si Haikal." jawab ku santai. Santi menatap Haikal lalu kembali melihat ku. "Tapi kan Haikal ngerjain PR." "Iya, gue ngebut pas subuh." jawab Haikal dengan cueknya. "Itu pasti gara-gara gue yang ngasih tahu kalau ada PR kan? kalau gak paling lo sama kaya Sinta." "Emang Ibu lo dinas malem terus ya?" tanya Runa yang ikut nimbrung obrolan. "Iya sampai bulan depan, kata ibu gue rumah sakit lagi kekurangan orang." jawab Sinta lesu. "Nanti malem gue nginep deh, sekalian ngerjain PR bareng." Santi tersenyum lebar lalu memeluk temannya itu. "Thank you Runaaaaa!" "Jangan harap gue mau kaya gitu ke lo ya, Kal." kata ku sambil melirik ke Haikal. "Najis." Dan di tutuplah jam pelajaran itu dengan PR lain dari Bu Ida. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD