Prolog

575 Words
Ailusya Permata Adinda, seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang dipaksa kedua orangtuanya agar ikut menekuni dunia bisnis makanan. Gadis yang biasanya disapa Ilu itu harus mengikuti praktek memasak di salah satu resto and hotel terbesar milik kedua orangtuanya. Sebenarnya hal itu tidaklah sulit untuk Ilu jalani, ya awalnya Ilu berpikir begitu. Namun, setelah kedatangan seorang chef perfeksionis yang selalu memarahinya, semua tak lagi mudah Ilu jalani. Nama chef itu, Radika. Terkadang jika kesal, Ilu selalu menyeletuk Radika dengan radikal bebas. Radika terlalu keras atau bahkan cenderung perfeksionis pada Ilu, semua yang Ilu kerjakan selalu salah di mata chef itu. Ada saja kesalahan yang Ilu lakukan hingga membuat Radika marah, Ilu bahkan tak habis pikir. Kesalahannya bahkan cenderung kecil, tetapi Radika memarahinya seakan ia menghancurkan seluruh isi dapur restoran. Sudah hampir satu bulan Ilu diawasi habis-habisan oleh chef perfeksionis itu, pekerjaan Ilu selalu saja salah. Sama sekali tidak ada yang benar, terkadang Ilu protes pada kedua orangtuanya. Mengapa kedua orangtuanya meminta si Chef Radikal itu yang mengawasinya? Bukan meminta Chef Okta yang baik hati dan tak pernah marah itu. Dan hal yang membuat Ilu sama sekali tak bisa protes lagi adalah alasan kedua orangtuanya cukup kuat dan cukup membungkam mulutnya yang protes. "Ilu, kamu itu gimana sih? Masa iya ngehias dessert ga becus? Ini tampilannya kurang menarik!" "Ilu, kamu niat enggak sih kerja sama saya? Itu rotinya agak gosong! Kamu manggangnya kelamaan!" "Ilu itu ada pelanggan, coba kamu tanyai dia mau apa!" "Ilu! Kamu emang suka banget ya bikin saya darah tinggi!?" Cukup sudah! Ilu sudah tidak tahan dengan omelan chef-nya itu, Ilu melepaskan apron yang menempel di tubuhnya. Ia menatap si chef perfeksionis yang selalu membuatnya kesal ini dengan jengah. "Mau apa kamu lepas apron? Mau berhenti dari sini!?" tanya si chef perfeksionis itu tajam. "E-eh enggak kok, Chef. Tadi saya ngerasa gerah. Ini saya pakai lagi," balas Ilu sambil tersenyum terpaksa. "Bagus, harusnya kamu dari dulu penurut gini 'kan enak." Dengan seenaknya si chef perfeksionis bernama Radika itu mengusap kepala Ilu pelan. 'Kapan coba aku enggak nurut sama chef?' tanya Ilu dalam hati sambil menggerutu kesal. 'Dasar radikal bebas!' Namun, sayangnya umpatan itu hanya bisa Ilu katakan dalam hati karena si chef masih di sini. "Kalau gitu apa saya boleh pergi, Chef?" tanya Ilu lelah. "Boleh ...." Ilu sudah tersenyum lebar mendengarnya, jujur ia lelah karena hari ini sudah mendapat omelan yang panjang dari Radika. "Tapi nanti kamu enggak boleh pulang cepat, akan ada pekerjaan tambahan untuk kamu." Sudah Ilu duga, chef perfeksionis itu mana mungkin semudah itu melepaskannya yang sudah membuat kesalahan. Pasti ada saja hukuman yang menantinya, dasar chef kurang ajar! "Kenapa wajah kamu gitu? Kamu enggak suka!?" tanya Radika dengan mata menajam. 'Siapa yang suka dikasih kerjaan tambahan di saat jam pulang sih?' batin Ilu kesal. "E-enggak kok, Chef. Saya mana berani membantah ucapan Chef," balas Ilu cepat, takut-takut si macan garang itu kembali mengeluarkan taringnya. "Bagus, kamu boleh keluar. Bilang sama yang lain kalau mereka boleh pulang cepat," ujar Radika. "Saya juga diperbolehkan pulang cepat, Chef?" tanya Ilu membuat Radika menatap gadis itu tak suka. "Saya bilang mereka, tidak termasuk kamu karena kamu yang akan mengerjakan tugas mereka sebagai hukuman." Seketika Ilu ingin pingsan mendengarnya, ini namanya penyiksaan, bukan hukuman. *** Hallo semuanya .... Ada cerita baru lagi nih, enggak tahu kapan dilanjutkan tapi sebelum itu di tap love dulu ya. Kalau berkenan boleh follow akun author, komen juga di setiap bab sebagai penyemangat ya. Makasih Salam SJ

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD