bc

That Grumpy Professor is my Husband

book_age18+
1.3K
FOLLOW
8.3K
READ
possessive
teacherxstudent
student
sweet
humorous
campus
coming of age
cruel
teacher
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Navyla tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan di nikahkan secara paksa dengan seorang pria dingin dan galak seperti Kevin Arkasena.

Kevin adalah seorang dosen muda yang mengajar di kampus tempat Navyla menuntut ilmu, apa yang harus dikatakan Navyla pada teman-temannya kalau dosen yang super galak itu ternyata adalah suami nya?

Semua ini karena kejadian bodoh yang mereka lakukan malam itu. Seandainya mereka tidak melakukannya, pasti hidup Navyla tidak akan jadi serumit saat ini!

***

"Semua ini salah Mas! aku tidak pernah mengharapkan pernikahan ini terjadi-"

"Terus kamu kira aku juga mau menikah dengan perempuan pembangkang dan bodoh seperti kamu?" balas Kevin dengan tatapan dinginnya.

"AKU MAU CERAI!!" jerit Navy penuh amarah.

"Tidak ada kata cerai di kamus ku, kalau kamu memang membenci ku kamu bisa mencari laki-laki diluar sana untuk menghiburmu."

chap-preview
Free preview
PROLOG
            Dengan wajah yang penuh peluh seorang perempuan cantik berambut pendek masuk kedalam rumah kecil didepan nya untuk beristirahat sepulang kerja.             Matanya menatap ke arah jam ditangan nya seraya membuka pintu rumah.             Sudah jam 12 malam batin nya.             Mata nya menyipit saat melihat seorang laki laki yang sudah lama tidak di temui nya duduk di sofa rumah tersebut berdampingan dengan ibu nya yang sedang menangis.             “Kenapa kau kesini lagi?” Tanya Navyla dingin.             “Hai nak, apa kabar?” ucap laki-laki itu sambil tersenyum.             Laki laki itu adalah Yudi, laki laki yang berhasil menghancur kan hati dan hidup Navyla untuk pertama kali nya. Seharus nya seorang ayah yang ia harap kan dapat menjadi sumber kebahagiaan dan menjadi tempat nya bersandar di kala sedih, malah menjadi orang pertama yang menoreh kan luka di hati putri kecil nya.             “Pergi,” ujar Navyla tegas.             “Ada yang mau papa bicara kan sama Vivy,” ucap Yudi dengan wajah memelas.             “Aku tidak mau mendengar apa pun dari mu!” jerit Navyla tidak peduli.             “Vy,” gumam ibu nya saat melihat tubuh sang putri yang mulai bergetar karena amarah.             “Papa dengar usaha kamu sudah mulai berhasil, papa lagi butuh uang, bisa gak papa meminjam uang sama Vivy? Nanti pasti papa pulang kan kok,”             “Apa?” cicit Navyla tidak percaya.             “Setelah semua yang kau lakukan pada kami, aku masih tidak percaya kau masih berani menampak kan wajah mu itu pada aku dan ibu!”             “Mana perempuan itu hah?! Kenapa di saat kau susah malah datang nya ke kami! Bukan nya dulu kau sudah memilih untuk meninggal kan kami demi tinggal bersama perempuan jalang itu?” Navyla menghirup udara di sekitar nya berusaha menenang kan diri nya yang begitu marah.             “Tapi papa benar benar butuh uang itu Vy, utang papa ada dimana mana, kalau papa tidak bayar nanti—“             “AKU TIDAK PEDULI!!” teriak Navyla sekuat tenaga.             “Sejak kau mengusir kami dari rumah mu delapan tahun yang lalu, aku sudah menganggap kalau papa ku sudah mati.”             Navyla memandang wajah Yudi dengan tatapan penuh luka, ia benar benar membenci ayah nya ini. Lelaki itu tega meninggal kan mereka bahkan mengusir mereka dari rumah nya hanya demi seorang perempuan penggoda yang di cintai nya diam diam.             Sejak Navyla berusia 13 tahun ia terpaksa ikut mencari uang bersama dengan sang ibu demi mengisi perut mereka. Bahkan sempat terlintas di kepala Navyla untuk berhenti sekolah dan fokus bekerja, namun karena larangan dan nasehat sang ibu. Saat ini Navyla masih melanjut kan pendidikan nya di satu perguruan tinggi terbaik di kota nya.             Segala penderitaan mereka lalui sendirian, dan ternyata tanpa ada nya sesosok ayah mereka mampu bertahan dan membaik seperti sekarang ini.             “Anak kurang ajar!” bentak Yudi lalu menampar pipi kanan Navyla dengan tangan nya.             “Vivy!” jerit Wanda saat melihat sang putri kesayangan di sakiti tepat di depan mata nya.             “Jangan sakiti anak ku!” bentak nya penuh amarah sambil menangis pilu.             “Semua ini karena kau yang tak bisa mendidik anak mu dengan baik!” balas Yudi tak kalah menyeram kan.             Navyla menatap ayah nya dengan tatapan nanar, dugaan nya benar, sang ayah ternyata tidak akan pernah bisa berubah. Yang ia ingin kan di dunia ini hanya lah uang dan wanita. Ia bahkan tidak peduli dengan segala penderitaan dan beban yang selama ini ditanggung oleh Navyla akibat perselingkuhan yang telah ia lakukan dulu.             “Aku juga tidak sudi memiliki anak durhaka seperti mu! Seharus nya kau tidak pernah lahir ke dunia ini!” ucap Yudi lalu beranjak keluar dari rumah kecil tersebut.             Walau pun hati nya sangat terluka, sebisa mungkin Navyla tetap menyungging kan senyuman kepada ibu nya. Ia tidak ingin perempuan itu sedih karena hal ini. Kondisi kesehatan Wanda adalah hal terpenting yang harus ia jaga.             “Bu, udah. Vivy gak kenapa kenapa kok, yuk tidur,” ucap Navyla sambil tersenyum.             “Pipi mu merah nak,” ucap Wanda prihatin melihat wajah putri kesayangan nya.             “Ga papa bu, yang penting ibu gak di pukul ayah kan tadi?” tanya Navyla. Perempuan itu menghela nafas nya lega setelah melihat gelengan kepala dari sang ibu.             “Ayo bu kita tidur, udah tengah malam, gak baik begadang,” ajak Navyla, Wanda pun mengangguk dan mengikuti anak nya masuk ke dalam kamar.             “Ibu tidur duluan ya, Vivy mau mandi sebentar,”             “Kamu beneran ga papa kan Vy? Ibu khawatir,”             Navyla menggeleng kan kepala nya pelan sembari tersenyum.             “Ga papa bu,” ucap Navyla lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di luar kamar nya.             Perempuan itu terduduk dilantai setelah menghidup kan keran air, dengan penuh kesedihan Navyla menangis pilu meluap kan seluruh kesedihan dan amarah.             Oke Vy! You need to stop crying!             Kamu harus kuat demi ibu.             Setelah puas menagisi kelakuan ayah nya, Navyla mulai membersih kan badan nya lalu tidur menyusul sang ibu. ***             “Vivy pergi ke kampus dulu ya bu,” ucap Navyla dengan mulut penuh.             “Habisin dulu sarapan nya Vy,” tegur Wanda dengan nada lembut.             “Vivy udah kenyang kok bu, ibu jangan lupa minum obat ya, kayanya Vivy bakalan pulang malam hari ini, ada urusan di toko nanti bu,”             “Oh iya? Ya udah kamu jangan lupa makan juga ya nak,”             “Iya ibu, Vivy pamit ya..” ucap Navyla sambil mencium tangan sang ibu.             Tak sampai lima belas menit, perempuan dengan rambut panjang nan ikal itu sampai di parkiran kampus nya. Dengan langkah anggun Navyla memasuki tiap lorong menuju ruangan paling mengerikan di tempat ini.             Ya. Ruangan milik dosen paling galak yang sayangnya menjadi dosen pembimbing Navyla.             “Permisi pak,” ucap Navyla setelah mengetuk pintu lalu melangkah kan kaki nya masuk ke dalam.             “Saya belum mengizin kan kamu masuk,” ucap nya dingin.             Spontan langkah kaki Navyla pun terhenti, perempuan itu memandang sekitar nya dengan jantung yang berdebar kencang.             Belagu banget sih ini dosen!             “Tunggu di luar, saya akan memanggil mu ketika urusan saya selesai,”             “Baik pak,” ucap Navyla pasrah lalu keluar dari ruang j*****m itu.             Sudah hampir empat jam Navyla menunggu agar dosen itu memanggil nya, tapi sampai saat ini pun tidak ada suara yang keluar dari dalam sana. Diam diam ia memutus kan untuk mengintip ke dalam melalui sebuah jendela kaca yang ada di pintu tersebut.             Tampak lah wajah seorang pria yang terlihat sangat serius membaca berkas berkas yang ada di depan nya, tangan nya yang kekar dengan lincah nya mencoret coret berkas tersebut dengan tinta merah.             Untuk seorang dosen, lelaki itu terbilang cukup muda di banding kan dengan dosen lain nya, malah dosen galak ini adalah dosen termuda yang mengajar di kampus. Tak jarang juga banyak mahasiswi yang diam diam menyimpan rasa suka pada dosen ini terlepas dari sifat galak yang di miliki nya.             Bagaimana tidak, di banding kan semua dosen pria yang mengajar disini. Kevin lah yang memiliki rupa yang paling menawan. Wajah nya tampak begitu gagah dengan alis tebal dan rahang tegas yang di tumbuhi sedikit jenggot tipis.             Tanpa Navyla sadari, ternyata sedari tadi Kevin sudah menatap nya dengan tatapan tajam dari kursi kebesaran tersebut.             Buru buru Navyla segera kabur dari tempat nya berdiri lalu kembali duduk di kursi tunggu.             Kevin menghembus kan nafas nya perlahan, tangan nya meletak kan berkas proposal terakhir milik mahasiswa mahasiswa nya ke dalam sebuah laci lalu beranjak keluar untuk menemui Navyla.             Mata nya menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjuk kan jam dua siang.             “Saya lapar, mau makan dulu. Kamu pulang saja, besok baru kita bimbingan,”             “Tapi kan besok sabtu pak?”             “Ya sudah, kalau tidak mau, senin saja kamu datang lagi, saya akan periksa proposal kamu jika saya ada waktu,” ujar Kevin lalu berjalan meninggal kan Navyla.             “Tapi pak, saya sudah hampir sebulan menunggu bimbingan selanjut nya dari bapak,” ujar Navyla lagi.             “Ya ya, senin saya periksa,”             “Apa bisa hari ini saja pak? Biar senin saya bimbingan lagi sama bapak,”             “Yang jadi dosen disini itu saya atau kamu? Kok jadi kamu yang ngatur ngatur saya?” ujar Kevin dengan wajah yang menyeram kan.             “Ma-maaf pak,”             Navyla menunduk kan kepala nya bukan karena takut, tapi karena ia benar benar geram dengan tingkah laku dosen yang ada di depan nya itu. Terus kenapa rupa nya kalau dia dosen? Bukan nya mahasiswa berhak mendapat kan bimbingan dari nya? Kenapa sekarang malah seolah olah Navyla harus mengemis hanya untuk mendapat kan sebuah gelar?             “Hah... ya sudah, kamu ikut saya makan siang, kita akan bahas proposal mu disana,” ucap Kevin sambil menghela nafas nya geram.             Sebenar nya di satu sisi Kevin tersentuh melihat perjuangan Navyla untuk menemui nya saat ini, bukan nya sengaja untuk mengabaikan nya, memang belakangan ini urusan Kevin di kantor milik keluarga nya benar benar sedang banyak banyak nya.             Di tambah lagi dengan tumpukan proposal milik mahasiswa bimbingan nya yang belum sempat ia teliti selama hampir sebulan.             “Makan siang?”             “Mau atau enggak? Saya gak punya waktu hanya untuk menunggu jawaban mu disini, saya masih memiliki banyak kerjaan lain diluar,”             “Mau pak!” balas Navyla pasrah.             Ya udah lah kalau harus makan siang berdua, yang penting proposal ku cepat beres.             “Ya sudah, ayo ikut ke mobil saya,”             “Saya bawa motor kok pak, saya pergi sendiri—“             “Ikut saja, saya juga tidak selera dengan mahasiswa, kamu tidak perlu takut saya apa apain. Saya hanya tertarik pada perempuan cerdas,”             Jadi aku bodoh gitu?!             “Ba-baik pak.” ucap Navyla berusaha sebisa mungkin untuk tetap tersenyum ramah.             “Aku doain kau dapat jodoh yang bodoh!” gumam Navyla penuh tekanan namun tidak dapat di dengar oleh Kevin.             Aamiin.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
102.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook