Bab 3 - Donuemont

2470 Words
Orion punya rahasia. Yep, rahasia yang dimiliki Orion adalah kuda ini dapat membaca emosiku, atau malah yang lebih menyeramkan, dia mengerti setiap perkataanku. Bagiku Orion adalah sebuah legenda, karena dia adalah hasil terbaik curianku. Aku mencurinya dari desa sebelah timur desaku (aku lupa namanya), lalu tiba-tiba saja kami punya ikatan batin dan beginilah kami sekarang bersama. Tiba-tiba cakrawala memelan di sekitarku, hingga berhenti sepenuhnya. Aku turun dari punggung Orion, dan berkacak pinggang didepan kepalanya. “Kau sudah butuh minum? Baru setengah jam bro!” Kuda putih ini langsung menghentakkan kaki-kakinya ke tanah karena kesal. Tapi memang benar kok, Orion tidak biasanya selemah ini. Rebeliand sudah jauh dibelakang kami, tapi aku masih bisa melihat titik hitam di cakrawala yang menurutku adalah pos utara. Tembok berbatu Donuemont di utara masih belum kelihatan, kehausan Orion benar-benar menyebalkan karena kami baru beberapa langkah keluar dari Rebeliand. Aku membuka tasku lalu mengeluarkan botolku. “Hei! Satu kali minum dan kita sampai ke Donater dalam waktu satu jam? Setuju?” Orion sudah meringkik tidak sabar saat melihat botol air itu, ekspresinya menyiratkan berikan-botol-itu-dan-kuberikan-apapun-yang-kau-mau. Dan aku anggap itu ‘oke’ dari dia. Orion membalas airku dengan berlari amat sangat cepat, hingga tiba-tiba kami sudah sampai di dekat gerbang selatan Donuemont. Para pemanah ada di atas menara lingkaran, dua ksatria berkuda berada di kedua sisi gerbang. Para prajurit bersenjata pedang berpatroli didepan tembok. Kota ini adalah satu-satunya kota besar di batas selatan dari Donater Selatan, yang hanya didiami selusin desa kecil. Desa-desa itu rata-rata memisahkan diri dari kerajaan karena upeti, atau karena ingin mandiri, sehingga kota ini relatif tidak perlu peduli terhadap pertempuran. Rebeliand juga termasuk desa di selatan Donuemont. Tapi bagi orang-orang kota ini, desaku adalah sebuah kota yang besar. Bahkan ada selentingan kabar yang beredar, bahwa Rebeliand merupakan ibukota dari kerajaan di wilayah selatan Adon. Sekilas, aku melihat para prajurit yang sedang berpatroli mulai memberi kode rahasia kepada pemanah diatas. Sekarang maksud kode itu sudah jelas, karena kini tepat didepan gerbang ada seorang prajurit tua yang memegang pedang besar datang kearahku. Prajurit ini tidak memakai baju zirah sama sekali, kecuali pelindung kaki dan tangannya. Dia hanya memakai baju coklat tanpa lengan dan celana hitam. Pria ini cukup tua karena keriput terlihat dari wajahnya, juga rambut hitamnya yang dihiasi uban. Mata hitamnya tajam, tapi sangat sayu seolah dia sudah teramat sering melalui banyak kesedihan. Pedang besar yang tadi dibawanya sekarang sudah dia tancapkan ke tanah antara Orion (dan aku diatasnya), untuk menjadi pembatas antar kami. “Selamat datang di Donuemont, anda adalah?” Sekilas suaranya mirip ayahku, dalam dan berwibawa. Tapi orang ini memiliki suara serak yang membuatku berpikir dia mungkin sedang sakit. "Panggil saja Lass," jawabku sembari turun dari Orion lalu memberi salam dengan membungkukkan badan. “Saya sedang ingin membeli beberapa roti dari Donuemont, dan menginap untuk beberapa hari disini. Ngomong-ngomong nama Anda siapa ya?” tanyaku sopan. Dia membalas salamku dengan melakukan hal serupa. “Saya Normen Harv, kepala pengawal Raja Arash.” Tunggu sebentar, kepala pengawal raja? Untuk apa orang sepenting ini di sini? Seolah membaca pikiranku, dengan ramah Normen berkata, “Raja sudah ada di sini selama satu minggu, besok dia akan pulang setelah festival Cyprian nanti malam. Donuemont tetap terbuka untuk orang luar, apalagi sahabat dekat dari Rebeliand.” Keramahan Normen tidak serta merta menghilangkan rasa takutku, karena tiba-tiba ada Raja di Donuemont. “Rebeliand juga akan selalu dekat dengan Donater terutama Donuemont, jadi boleh saya masuk? Atau saya harus diperiksa dulu?” tanyaku mencoba tetap tenang. Sepasang pisau tidak akan dianggap berbahaya oleh Normen. Karena di Adon, semua orang selalu membawa senjata, untuk dapat menjadi alat pertahanan diri dari berbagai makhluk. Sedangkan untuk tali tambang, aku sudah menyiapkan alasan, tapi jika dia menemukan sekotak penuh jarum, maka aku pasti akan dipenggal disini. “Tidak perlu, Rebeliand adalah pemasok banyak barang yang penting di Donuemont. Jadi, kepercayaan kami pada warga Rebeliand sangat tinggi,” ujar kepala pengawal itu. Setelah itu Normen tersenyum dan mempersilahkan kami melewatinya. Lalu aku mengangguk sopan pada Normen, yang entah kenapa memiliki senyum menawan untuk ukuran pria tua sayu. Beberapa prajurit lain mengangguk sopan juga kepadaku (dan Orion), hingga kami disambut oleh dua prajurit berkuda penjaga gerbang yang lengkap dengan baju zirah dan tombak di tangan kanan masing-masing mereka. Tepat saat aku beberapa langkah di depan gerbang, kedua penjaga itu mengetukkan tombak panjang mereka ke tanah dua kali dan gerbang pun terbuka perlahan. Selama gerbang naik perlahan, aku mulai memikirkan rencana pencurianku yang harus kuubah beberapa bagian karena fakta baru yang mendadak ini. Raja Donater ada di Donuemont, dan di depanku kota Donuemont yang santai dan tentram berubah menjadi sebuah kandang besar untuk para prajurit elite dari Raja. Sekilas aku melihat senyum dari prajurit penjaga gerbang yang disebelah kiriku, saat aku masuk melewati gerbang. Keramahan masih menjadi prioritas utama dari Donuemont rupanya. Beberapa gambaran besar soal rumah yang kucuri sudah ada di otakku, yang belum terpikirkan adalah tempatku menginap di kota besar ini sekaligus menyembunyikan diriku, peralatanku, dan Orion. Selain itu aku juga butuh akses keluar dari kota ini dengan sangat mulus. Mendadak aku ingat perkataan Normen tadi. Hari ini ada festival untuk seorang dewa, jadi semua orang akan sibuk keluar rumah. “Orang Rebeliand ya?” suara wanita yang lembut membuyarkan lamunanku. Namun suara lembut itu dibalas dengan ringkikkan bersahabat dari Orion di sebelahku. Aku menoleh untuk melihat pemilik suara itu. Pemilik suara tersebut adalah seorang wanita muda dengan gaun hijau santai berlengan pendek, namun bagian bawahnya panjang hingga kebawah lutut. Sekilas wanita ini tampak biasa saja, hingga saat aku melihat lebih teliti ternyata ada beberapa bagian yang aneh di wajahnya. Kulit di pipinya agak terlalu banyak memiliki keriput untuk usianya. Lalu di beberapa bagian tangannya ada bercak-bercak coklat yang tampak kontras dengan kulit putihnya. Dan kakinya, kedua kaki itu juga seputih tangannya tapi bagaimana dengan bagian yang tertutup gaunnya? Semua penyamaran itu tidak akan terlihat ditengah jalan utama kota ini, tempat banyak orang berlalu lalang. Pantas saja Orion memberinya tindakan bersahabat. Wanita ini adalah salah satu sahabat Orion, selain aku. Untuk membuat wanita ini mengerti bahwa aku sudah mengenalinya, hanya cukup dengan memasang muka semasam mungkin didepannya. Meskipun secara terang-terangan memperlihatkan bahwa aku cukup menyadari penyamarannya tapi wanita ini terlihat sangat santai, “Sudah cukup memandangiku anak muda?” godanya dengan senyum yang manis dia melanjutkan kalimatnya. "Pedang raja, itu targetku. Kau mau bekerja sama? Atau kau hanya mengincar sesuatu yang kecil?” tanyanya. Tanpa segala macam penyamaran yang dia pakai, aku sudah amat sangat membenci orang ini. Dengan segala penyamaran yang dia pakai, ditambah setiap kalimat yang dia keluarkan untuk selalu mengejekku maka aku semakin membenci manusia satu ini. Tapi tawaran yang dia berikan cukup menggiurkan, pedang raja Donater bukan sesuatu yang mudah dicuri. Ditambah fakta bahwa pedang itu tidak akan kami jual, melainkan akan kami pamerkan didepan semua warga desa semakin membuatku tidak sabar ingin mencurinya. “Penginapan Alestora, kamar nomor 8, jam tujuh malam. Aku tidak mau lebih dari itu,” ujar wanita itu singkat, lalu dia pergi dari hadapanku setelah mengucapkan kalimat itu. Raja yang melihat festival di kota terjauh, Iblis yang menawarkan perjanjian hidup-mati denganku. Aku harus siap dengan kejutan yang akan menyambutku di kota ini. Terlepas dari dua manusia mengerikan yang langsung membuyarkan rencana pencurianku di kota ini, keindahan Donuemont tetap tidak ada duanya. Setelah melewati gerbang dan masuk ke Donuemont, mataku disuguhi pemandangan sebuah kota yang ramai dengan segala aktifitasnya. Prajurit dengan segala macam peralatan beratnya. Orang tua yang berjalan-jalan pagi dengan anaknya di taman, hingga para gadis yang memperhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Yang paling hebat dari semuanya adalah bau roti yang sedang dimasak, selalu menguar di udara seharian penuh. Geografis kota ini adalah sebuah lingkaran besar sempurna, yang dikelilingi tembok batu tebal dengan empat gerbang di keempat sisinya. Biasanya, gerbang selatan adalah gerbang paling santai penjagaannya, dibandingkan gerbang barat maupun utara yang sangat ketat. Para pemanah selalu ada di menara maupun tembok kota bagian atas untuk memberikan peringatan kepada penjaga gerbang maupun para prajurit di bawah. Seolah belum cukup dengan keamanan yang sebegitu ketat, maka didalam kota bagian barat laut terdapat sebuah kompleks prajurit yang disebut barak, oleh warga kota. Para prajurit yang sedang tidak bergiliran menjaga, akan beristirahat di barak tersebut atau bertemu dengan keluarganya di kompleks barat daya yang merupakan kompleks tempat tinggal warga. Keempat kompleks di Donuemont memiliki jalan kecil berbatu, yang semuanya bermuara ke jalan besar yang merupakan perempatan di tengah kota. Tepat di tengah kota terdapat sebuah patung besar, yang sampai sekarang aku masih belum tahu itu patung siapa, intinya dia orang terkenal di kota ini. Di timur laut ada kompleks pemerintahan tempat para bangsawan, gubernur, petinggi prajurit, maupun orang-orang kerajaan yang berkunjung untuk tinggal. Tujuanku ada dikananku, yang merupakan kompleks tenggara. Kompleks ini adalah kompleks perdagangan warga Donuemont. Ada sekitar selusin penginapan di kompleks ini, lengkap dengan tempat minumnya, lusinan toko roti, toko anggur, toko peralatan kayu, dan beberapa tempat penempaan yang berdesakan di kompleks tenggara. Meskipun keempat kompleks memiliki ukuran yang kurang lebih sama besar, menurutku kompleks ini adalah kompeks paling besar sekaligus kumuh. Karena jalan yang ada di kompleks ini benar-benar sangat sempit dibandingkan kompleks lain. Kompleks ini memiliki tanggung jawab penuh untuk menanggung keseluruhan pekerjaan dari warga kota ini. Akibatnya, banyak sekali sampah berserakan di sepanjang kompleks ini, sekaligus tingginya kejahatan yang terjadi di kompleks ini. Tanpa gangguan dan tawaran menggiurkan dari wanita iblis, tadi maka besok malam akan ada beberapa emas yang menghilang dari salah satu toko disini. Tapi sekali lagi, tawaran iblis itu selalu menggiurkan. Saat aku meninggalkan jalan utama dan memasuki jalan kecil di kompleks tenggara, maka suasana pun berubah riuh karena tawaran setiap pedagang terhadap setiap orang yang melewati toko mereka. Beberapa pedagang meneriakkan roti dengan segala macam isinya yang benar-benar membuatku ingin masuk dan makan disana, atau apakah kucuri saja? Satu teriakan keras sudah cukup membuatku kesal dari salah seorang wanita di sudut kompleks sempit ini. “Vhirlass Udhokh dan Orion!! Penginapan Alestora! Cinta sejatimu sedang menunggumu di kamar atas!” Suara itu berasal dari seorang iblis wanita, yang kali ini sudah melepaskan penyamarannya, dan sedang melambaikan tangannya ke arahku. “Hai Lass!” sapanya riang. Lalu dia juga tersenyum kepada Orion disebelahku. “Hai Orion!” Selanjutnya Iblis ini memberikan kunci yang seperti kunci neraka kepadaku, lalu dia berkata, "Kamar nomor 8 tepat disebelahku. Orion aku akan amankan dia di kandang belakang,” paparnya, yang sekali lagi dibalas ringkikkan rendah persahabatan dari Orion. Aku tidak pernah berpikir bahwa kuda kesayanganku ini bisa percaya kepada iblis sepertinya. Iblis ini bukan iblis sungguhan, dia adalah seorang gadis cantik dengan kulit putih juga rambut pirang panjang yang digelung rapi seperti gaya seorang bangsawan. Gadis ini sekilas sangat manis dengan bibir tipis dengan senyum yang indah, mata abu-abu yang tegas, pipi tirus dengan dagu yang memiliki belahan, ditambah tinggi badan yang sedikit dibawahku. Fakta lain yang membuat kecantikannya bertambah adalah, keseluruhan pakaiannya yang menandakan dia bukan cewek pesolek manja melainkan seorang petarung tangguh. Baju coklat lengan panjang dengan bulu-bulu di bahunya, dipadu celana berwarna sama yang berujung kepada sepatu hitam yang tinggi dibawah mata kaki. Terakhir, baju zirah yang menutupi bagian d**a hingga perut, sudah cukup menegaskan pribadinya. Belum cukup dengan penampilan tersebut, cewek ini juga memiliki sebuah pisau dengan dua sisi yang berbeda, yaitu bergerigi disatu sisi, dan tajam di sisi lain tersarung di pinggangnya. Penampilannya memang manis, dan sesuai dengan tipe gadis idamanku yaitu gadis yang bisa membela diri. Namun, sebelum kalian berpikir bahwa aku menyukai dia dan sebagainya, akan kuberi tahu satu hal. Amicia Ekkehard bukan seorang wanita yang ingin kau nikahi, bahkan kau pacari. Masalahnya, gadis sialan ini ada dan selalu mengganggu keseluruhan hidupku. Saat Masterku (yang adalah ayahnya) memintaku untuk belajar mencuri, aku berpikir bahwa seluruh anak seumuranku di desa akan diajak juga. Nyatanya, saat kelas pertama dimulai yang ada hanyalah aku, dan iblis ini. Berumur dua belas tahun, dan belajar mencuri bersama seorang anak cewek seusiaku membuatku berpikir bahwa dia adalah saingan utama dan sainganku satu-satunya, tapi tidak bagi dia. Bagi dia, aku hanyalah sebuah boneka lucu yang menjadi sasaran empuknya dalam mempraktekkan semua teknik yang diajarkan Master kepada kami. Hampir setiap hari selama tujuh tahunku, yang kuhabiskan bersamanya menandakan bahwa setiap hari adalah hariku kehilangan sesuatu. Dimulai dari hal-hal kecil seperti kentang goreng, yang merupakan bekalku, yang tersisa setengah saat jam makan siang. Lalu beberapa hari selanjutnya adalah tempat makanku yang hilang dari tas, dan hari selanjutnya tasku yang hilang. Sampai yang paling parah, adalah saat kedua pisau senjata kesayanganku hilang dari tasku di tahun kelimaku menjadi murid Master. Seminggu kemudian kedua pisauku itu ditemukan di pos utara di hari keberangkatan Amicia untuk pencurian pertamanya, beruntung hanya aku dan Sol yang tahu soal ini. Meskipun dia selalu mengembalikan barang-barangku, tapi dia tidak pernah memperlihatkan rasa bersalah karena melalukan itu semua. Dua tahun lalu, saat dia dinyatakan siap oleh Master untuk memulai aksinya yang pertama, Amicia sudah jarang terlihat di desa. Tapi aku tahu, kalau dia selalu pulang minimal sebulan sekali, karena fakta bahwa ada barang-barang baru di rumah Master setiap kali aku latihan. Sebenarnya Master memperbolehkanku untuk pergi bersama Amicia karena kami berdua memiliki kemampuan yang setara, hanya saja saat itu aku menolak karena aku belum memiliki kuda (membayangkan aku berada di punggung kuda bersama Amicia adalah mimpi buruk paling buruk dalam hidupku). Selama pencarianku akan kuda, aku selalu menyempatkan waktu-waktu tertentu untuk mengasah ilmu di rumah Master (bukan berharap bertemu Amicia, catat itu baik-baik!), dan Master selalu melatihku lebih keras karena aku tidak lagi setiap hari belajar dirumahnya. Hingga sekitar tiga bulan lalu, aku baru bertemu Orion dan berhasil mendapatkan ikatan batin dengan kuda ajaib ini. Bulan lalu kuda ini sempat hilang, dan aku pusing berat karena hilangnya sobatku yang satu ini. Hilangnya Orion membuatku datang ke rumah Master untuk berlatih pisau melawan para penjaga pos (yang jelas hasilnya aku menang telak melawan keenam orang lemah itu). Sampai akhirnya, saat aku pulang pada malam hari, dan si iblis ini sudah di ruang tamuku bersama kedua orang tuaku yang berbincang-bincang sambil tertawa (astaga orang tuaku). Saat aku masuk kerumahku, iblis ini hanya tersenyum santai tanpa memperlihatkan muka bersalah, dia berkata, “Hei Lass! Aku baru saja mengembalikan Orion. Terima kasih" Sungguh, aku benar-benar benci dengan gadis pencuri sok cantik ini. “Kau tahu raja bakal kesini? Atau kau tahu kalau aku bakal kesini?” tanyaku. Dia memiringkan kepalanya sedikit saat mendengar pertanyaanku dan dia menyunggingkan senyum setengah yang menyebalkan itu lagi. "Terlalu banyak pertanyaan, membuktikan bahwa kau tetap Lassku tersayang. Sebelum kau tanya lebih lanjut, aku beri kau catatan penting untuk hari ini.” Amicia mendekatkan bibirnya ketelingaku dan berbisik lirih namun terdengar sangat jernih ditelingaku, “Maaf tapi hari ini tolong biarkan aku jadi pemimpinnya. Lakukan semua rencanaku yang sudah kumasukkan ke dalam kantong jubahmu.” Setelah mengakhiri kalimatnya, dengan gerakan yang luwes, iblis ini mencium pipiku lalu masuk ke penginapan dengan santai. Aku tambahkan kejutan untuk hari ini: Vhirlass Udhokh menjual jiwanya pada iblis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD