Bab 2 - Rebeliand

1848 Words
Desa kami ini, terletak di ujung paling selatan pulau Adon, yang dibangun oleh para orang-orang keren, yang sekarang sudah keriput da menjalani masa tuanya, selagi sebagian sisanya sudah meninggal. Oke akan kuceritakan soal desaku ini. Desa ini dibangun diatas tanah gersang berbatu namun dekat dengan pantai, jadi ada sebidang padang rumput yang bisa ditanami di dekat pantai. Konon kata ayahku, penduduk awal desa ini (yang berarti tiga belas kepala keluarga) merupakan para prajurit kenamaan di Kerajaan Donater. Namun karena sebuah perbedaan pendapat, maka ketiga belas orang ini pergi dari istana, lalu menjelajah ke selatan hingga sampai di tempat yang sekarang adalah tempat dimana desa kami berdiri. Aku penasaran tentang sejarah nama desa kami. Rebeliand terdengar cukup feminin di telingaku. Tapi ayahku tidak pernah menceritakan soal ini. Ketiga belas orang mantan prajurit ini mulai membangun desa dengan barang-barang seadanya. Dimulai dari mengumpulkan banyak kayu untuk membangun rumah, satu rumah untuk satu orang. Perlahan tapi pasti padang rumput mulai berubah menjadi desa kecil yang berpenghuni. Hanya saja desa ini masih belum bisa bertahan lebih lama jika hanya ditinggali tiga belas orang. Adalah Zacharia Ekkehard, pemimpin pertama dari desa ini yang mencetuskan ide agar desa ini dapat bertahan lama. Pertama, membangun desa yang kuat dari serangan eksternal dan penguatan visi misi agar tidak terjadi pemberontakan. Kedua, menikah dan melahirkan generasi baru agar desa ini tetap bertahan. Ketiga, membantu memperkaya satu sama lain hingga desa ini berubah menjadi kerajaan. Ketiga ide itu dijalankan dengan sumber utama adalah pencurian yang dilakukan secara bergantian oleh ketiga belas orang, dengan target kota kerajaan yang tersebar di Pulau Adon. Sejak hari itu, orang-orang desa kami mulai mencuri untuk bertahan hidup. Bermula dari mencuri makanan dari desa-desa kecil di desa kami, hingga banyak barang berharga seperti perhiasan, atau apapun yang berbahan emas dari sebuah kota lalu dijual di kota lain. Kadangkala sepulang dari pencurian, mereka tidak hanya membawa barang-barang mewah namun juga istri yang cantik jelita dari tempat mereka beraksi. Mereka terus melakukan pencurian hingga kami dapat berdiri sebesar ini, tidak terlalu besar dibandingkan Kerajaan Donater di utara. Namun desa kami cukup besar untuk dipandang sebagai sebuah ‘kota’ oleh orang-orang Donater, maupun desa-desa kecil disekitar kami. Seiring berjalannya waktu kebiasaan mencuri mulai dikurangi oleh beberapa kepala keluarga dengan alasan terlalu berbahaya dan Rebeliand sudah waktunya memulai sesuatu yang baru. Alasan itu membuat beberapa kepala keluarga membentuk bisnisnya sendiri dan perlahan mulai meninggalkan tradisi mencuri yang kami selalu banggakan dalam sejarah desa Rebeliand. Sedangkan keluarga yang lain hanya menanam sayur dipekarangan belakang rumah yang dekat dengan pantai dan cukup subur. Selain itu untuk padang rumput yang lebih luas maka kepala desa memberi ide agar kami mulai beternak beberapa jenis binatang. Sehingga dengan sayur, juga daging binatang membuat kami semua dapat memiliki sumber makanan sendiri. Pencurianpun semakin turun peminatnya, karena yang kami incar hanya barang berharga yang dapat dijual lagi atau sekadar kami simpan. Sumber makanan pribadi membuat pencurian makanan berkurang drastis hingga perlahan pencurian makanan sama sekali tidak kami lakukan. Pencurian hanya kami lakukan beberapa bulan sekali, untuk mencuri barang berharga kemudian dijual lagi dengan tujuan saling membantu warga desa yang saling membutuhkan. Inilah kerennya desaku, semua orang saling memiliki seperti keluarga dekat. Suatu hari kepala desa memutuskan untuk membuka desa Rebeliand untuk orang luar, dengan syarat Rebeliand harus membangun penginapan dengan Master Ozihel sebagai pemiliknya (yang dipilih melalui musyawarah) untuk menampung banyak orang diluar desa kami. Keputusan ini terbilang berhasil karena penginapan yang kami miliki cukup membuat orang-orang desa lain atau bahkan dari kota tertarik untuk menginap disini. Ada sekitar selusin desa kecil di sekitar desa kami, dan kota Donuemont yang sudah menjadi bagian dari kerajaan Donater ada diutara desa kami dengan jarak sekitar beberapa jam. Warga dari desa dan kota lain itulah yang menjadi pelanggan awal dari penginapan kami. Penginapan yang berhasil membuat para kepala keluarga memberikan ide mereka kepada kepala desa untuk semakin menambah pemasukan bagi desa. Dalam waktu beberapa tahun, ide-idepun mulai dilaksanakan satu persatu. Dimulai dari kebun anggur yang memakan seluruh padang rumput bagian barat daya, pembuatan minuman anggur didekat kebunnya hingga pelabuhan untuk para nelayan. Karena itu hanya ada tiga rumah dengan penampilan mencolok yang menandakan mereka adalah keluarga terkaya di desa kami. Kami tidak iri dengan keluarga pemilik tiga rumah ini, menurut kami rumah besar yang mereka punya setimpal dengan kerja keras mereka membangun desa ini. Kami kan tidak mungkin selamanya mencuri untuk hidup. Kembali ke masa sekarang, dimana warga desa bisa menikmati warisan para leleluhur dengan santai. Kompleks rumah di desa kami adalah tiga belas rumah yang memiliki formasi bentuk huruf W, dengan empat rumah di kedua sayap, lalu ditengah formasi ada lima rumah. Desa kami dikelilingi tiga pos penjagaan di tiga sudut yaitu utara, barat laut dan timur laut. Kenapa hanya tiga? Karena di posisi selatan kami, adalah laut lepas. Jadi sisi yang perlu dijaga adalah sisi kosong. Setiap pos penjagaan memiliki dua orang penjaga yang adalah para anak-anak muda desa. Di pos utara kadangkala terdapat tiga sampai lima orang yang berjaga, karena pos utara adalah jalan masuk utama para tamu yang akan masuk ke desa kami. Hari ini desaku tampak terlalu sepi, meskipun saat ini masih terlalu pagi untuk beraktifitas. Tapi aku belum melihat satu kepalapun muncul untuk menyambut kepergianku. Aku melewati rumah keluarga Ozel, keluarga Wornd, sampai akhirnya aku tiba di depan rumah Masterku. Rumah Keluarga Ekkehard. Keluarga Ekkehard yang sekarang dipimpin oleh Master Lozaleo Ekkehard, yang merupakan pemimpin desa ini secara turun temurun, sekaligus guruku dalam seni mencuri. Keluarga Ekkehard terus mengajarkan teknik mencuri kepada anak-anak muda desa kami, yang ingin tetap mempertahankan tradisi mencuri. Hanya saja pencurian yang kami lakukan memiliki motivasi kebanggaan pribadi, bukan bertahan hidup. Rumah Ekkehard terletak di tengah desa. Sepertinya itu cukup untuk cerita hari ini. Atau mau kutuliskan soal cerita soal tiga belas keluarga di desa kami? Atau kubuatkan kitab sekalian? Rumah Ekkehard inilah yang sekarang akan kulewati. Rumah ini adalah rumah yang selama tujuh tahun menjadi rumah keduaku, karena aku belajar mencuri dari Master Ekkehard disini setiap hari. Sekarang rasanya agak aneh saat aku harus melewati rumah ini, dan benar-benar mencuri ke Donuemont sendirian. Rumah besar dengan tiga lantai yang amat sangat nyaman, ruang makan dengan meja bundar besar belum lagi ruang latihan dengan segala jenis peralatan mencuri terbaik. Ada secuil keinginanku untuk masuk kedalam dan mengambil kelas latihan bersama Master Ekkehard daripada harus mencuri sendirian. Tapi aku belum boleh mundur, ini misi pertamaku. Dan setahuku, dari antara para anak-anak generasi ketiga di desa kami hanya dua orang yang berani untuk meneruskan tradisi pekerjaan di desa kami yaitu mencuri. Selebihnya, para anak-anak muda itu memilih untuk bekerja di penginapan Master Ozihel atau menjadi nelayan bawahan Master Tosval dan secara bergantian menjadi penjaga pos. Kalian tanya siapa anak satu lagi yang seperjuangan denganku dan memilih jalan hidupnya sebagai pencuri? Maaf, aku tidak akan pernah menjawabnya dan lebih baik kita tidak usah membahasnya. Orang itu adalah iblis. Titik. Setelah melewati kediaman keluarga Ekkehard aku dan Orion mulai berjalan ke arah pos utara. Pagi ini pos utara dijaga oleh satu orang, yang tampak aneh bagiku karena pos ini bagaikan gerbang yang membatasi desa kami dengan dunia luar. Maksudku kalian harus tahulah bahwa siapa sih orang yang cukup kuat untuk menjaga pos ini sendirian? Benar-benar sok kuat. Ocehan di otakku bertambah saat mengenali sosok itu. Cowok muda ini berambut hitam legam yang diikat seperti ekor kuda, dia memiliki kulit yang hampir seputih kulitku, juga mata hijau yang menawan. Dia memakai setelan coklat khas penjaga pos Rebeliand dengan lambang api merah diatas bunga teratai. Dia memakai sepatu kulit tinggi hingga hampir menyentuh lututnya dan yang paling aneh dari itu semua adalah sebuah busur panah dan beberapa lusin anak panah di punggungnya. Seorang penjaga pos penting harusnya memakai senjata jarak pendek kan? Bukan malah jarak jauh. Tapi sosok ini tidak sadar kalau orang didepannya sedang mengejek dia dalam hati, jadi pemuda ini menoleh dengan tampang polos. “Hai master pencuri,” katanya dengan muka polos. “Sol, ngapain kau jaga pos utara? Mana Azel? Roshi? Atau minimal si Cia masih lebih baik jaga pos daripada kamu,” balasku sengit. Nama orang ini adalah Solastra Wornd, dia adalah tetanggaku karena rumah keluarga Wornd tepat disebelahku. Jadi hubungan kami sangat akrab bahkan bisa dibilang dia adalah sahabatku. Jadi memanggil dia ‘Sol’ bukan sebuah kekejian, malah ini adalah keharusan. Hanya saja karena dia sangat dekat denganku, maka aku cukup mengerti karakternya yang selalu santai sepanjang zaman. “Cia lebih baik dariku?” sahutnya dengan mata berbinar-binar. "Seorang Vhirlass Udhokh, yang merupakan pencuri muda berbakat malah memuji Amicia Ekkehard yang adalah musuh bebuyutannya.” Dia menggelengkan kepalanya dengan wajah muram “Dunia akan runtuh hari ini, pulau Adon akan tenggelam.” Sial! Sol selalu seperti itu, mengejek dengan puitis namun tepat sasaran. “Eh... Aku Cuma ngomong jujur ya,” kilahku. “Di pos sepenting ini masa iya kamu disuruh menjaga sendirian? Aku bukan memuji Cia, aku hanya bicara fakta.” “Oke,” katanya sambil mengibaskan tangannya, seolah semua pembicaraan kita sebelumnya adalah tidak penting. “Aku disuruh Master Leo disini, katanya restu terbaik warga desa buat kamu adalah dengan mengirimku kesini sebagai orang terakhir yang berpamitan denganmu.” Pertama, aku paling tidak suka kalo ada orang muda yang berani memanggil Masterku dengan nama depannya. Menurutku itu sebuah tindakan tidak sopan dan orang tersebut layak mendapat sedikit goresan dengan pisauku di beberapa bagian tubuhnya. Kedua, adalah fakta bahwa Masterku juga meminta warga desa yang tidak berhubungan dengan kegiatan mencuri tidak perlu memanggil dia dengan sebutan resmi, cukup Master Leo atau Pak Leo. Beberapa orang tua di desa ini termasuk kedua orangtuaku memang memanggil Masterku hanya namanya saja atau jika ada acara resmi maka mereka memanggil Masterku dengan panggilan Kepala Desa. Bagaimana dengan para anak muda? Mereka semua memanggil Masterku dengan sebutan Master Ekkehard, kecuali satu orang, yaitu si pria panah nan lempeng di depanku ini. Di hari kepulanganku aku mungkin akan memberinya pelajaran soal rasa hormat kepada sahabatku ini. Tapi tunggu dulu, Master Ekkehard menyuruhnya? Restu dari seluruh warga desa? Mendadak aku langsung menoleh ke belakang dan aku sadar kalo para warga desa diam-diam mengintip dari celah jendela masing-masing rumah mereka. Aku semakin merasa bahwa seluruh warga desa ini memang keluarga. “Jadi apa ucapan perpisahanmu wahai Solastra Wornd sang penjaga terkuat pos utara?” kataku dengan gaya berpuisi. Solastra tiba-tiba menarik gulungan kertas dari dalam rompinya lalu membaca isi gulungan tersebut yang bunyinya: Matahari yang terbit akan awali Langkah tetap yang sulit namun pasti Sendiri untuk teguh pada tradisi Master Ekkehard sudah pasti pengarangnya. Selama aku diajar olehnya aku hanya mengerti sedikit arti dari sajaknya, selebihnya aku hanya membiarkan itu menguap dan tiba-tiba kulupakan. Tapi aku sadar sajak yang dibacakan Solastra adalah sajak yang menandai titik dimana aku akan menjadi seorang prajurit yang akan dibanggakan oleh Rebeliand untuk beberapa tahun kedepan, atau malah kelak aku akan menjadi pelatih para calon pencuri di masa depan. Sederhana, namun aku tahu bahwa pesan Master hanya satu, yaitu melanjutkan tradisi Rebeliand. Dengan pesan yang aku tangkap itu, aku melewati pos utara setelah bersalaman dengan Sol, pujangga yang merangkap sebagai sahabatku. Lalu aku keluar dari desaku, untuk pertama kalinya hanya aku dan Orion yang menantang pulau Adon. Petualanganku pun dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD