Perkenalan

1090 Words
Semua selalu memiliki awal, karena akhir tidak akan pernah hadir tanpa dimulai awalnya. Semoga awal ini adalah awal yang membawa kebahagiaan, tidak ada lagi kesulitan dan rasa putus asa yang harus menghantui. *Kirana,(kelas X) kira-kira itulah sepenggal catatan yang ditulis Kirana beberapa waktu lalu, tulisan yang sengaja ia buat untuk menyemangati hidupnya sendiri. Aris baru saja tiba sepertinya, saat mendapati Agam yang tengah berdiri didekat pagar tembok. “Eh Gam, lo tahu nama cewek itu gak?” tanya Aris pada Agam teman seangkatannya namun berbeda kelas dengannya. Agam melirik cewek yang Aris tunjuk dengan lirikan matannya, sebentar Agil terdiam mengingat siapa sosok yang sedang berjalan di bawah itu. Posisi mereka yang kini sedang berada dilantai dua dan Kirana kini tengah berjalan koridor bawah yang berbatasan dengan gedung mereka, Kirana tampak berjalan dengan seorang perempuan yang juga Agam ingat siapa itu. Agam terdiam, "hm." lanjutnya berdehem. "Tahu." ucapnya jujur karena ia memang mengingat jika perempuan yang sedang berjalan di bawah itu adalah Kirana perempuan yang beberapa saat lalu pingsan karena ulahnya saat bermain basket. “siapa?” tanya Aris lagi sepertinya jawaban Agam barusan tidak cukup membuat Aris puas. “Temen sekelas gue,” jawab Agil, pandangannya terus menatap Kirana yang kini sedang terdiam menghentikan langkahnya seperti sedang ada yang Kirana tunggu. “Namanya buset. Belibet amat sih,” kesal Aris karena Agam tidak juga memuaskan rasa penasarannya. Salah Aris juga yang tidak langsung bertanya siapa nama gadis itu. “yah mana tau gue, lagian lo gak nanya siapa namanya?” jawab Agam tidak kalah kesal. “serah lo deh,” balas Aris sambil berlalu, Agam yang mengetahui kepergian Aris tidak berniat untuk menyusul kepergiannya karena mata Agam kini masih terfokus menatap perempuan yang belum juga beranjak untuk melanjutkan langkahnya. Aris menoleh penuh harap, namun sepertinya harapan itu salah “woy lo gak niat nyusul gue?" teriak Aris kesal karena Agam tidak ikut menyusulnya. “duluan aja, gue mau ke kantin dulu.” Ucap Agam tidak berbohong karena ia memang berniat untuk pergi ke kantin terlebih dahulu namun nanti ketika niatnya sudah terkumpul penuh. Lagian untuk apa Agam membuang waktunya menyusul Aris sedangkan kelas mereka saja berbeda. Aris menghela nafas kesal “huh dasar,” lalu menyuraki Agam yang terlihat santai tanpa dosa. Akhirnya Aris memilih untuk masuk kelas, karena tidak ada manfaatnya ia menunggu Agam jelas jelas kelas mereka saja sudah berbeda. Baru saja Agam menginjakkan kaki di pintu kelas, namun sepertinya keberuntungan tidaj berpihak pada Agam kali ini. “Agam lo kebagian jadwal piket hari ini !" Teriak Samsul dari kelas Agam. Hah lagi-lagi Agam menghela nafas kesal, namun tidak apa apa kekesalan Agam akan terbayar saat melihat Kirana nanti. Agam yang masih diam diambang pintu membuat Samsul menghela nafas jengkel “woy Agam, buruan!” Teriak Samsul lagi, bedanya kali ini teriakan itu semakin keras karena Agam belum juga ada niatan untuk masuk kelas dan melaksanakan tugas piketnya. “berisik ini gue masuk,” balas Agam sambil berjalan menuju ke kelasnya. “nih lama amat sih,” kesal Samsul menggerutu pada Agam sambil menyerahkan sapu ditangannya. “heboh amat sih lo, ini gue beresin.” Balas Agam mengambil sapu yang diserahkan Samsul dengan cepat dan mulai menyapu lantai. “heh mulai dari belakang dodol...” teriak Samsul lagi karena Agam mulai menyapu dari bagian depan dan itu adalah kesalahan yang sangat fatal bagi Samsul. “hm” Agam berdehem tanpa menjawab omelan Samsul ia dengan santai berjalan ke arah belakang untuk menyapu lantai yang masih bersih hanya ada debu tipis saja di bawah sana. “Ini lagi si Kirana jam segini belum nongol.” Omel samsul entah pada siapa karena di sana hanya ada dirinya, Samsul, dan seorang perempuan yang tidak Agam kenal. Samsul memang seorang ketua kelas pantas saja ia takut jika dirinya mendapat omelan kalau sampai tidak bisa mengatur anggota kelasnya dengan benar. “An, lo liat si Kirana gak?” tanya Aris pada perempaun yang tengah duduk sambil membaca buku di pojokan itu. An mungkin namanya Ani pikir Agam, karena ia tidak tahu nama asli cewek tersebut. “Aniiiii, bukan An.” Kesal perempuan tersebut yah tebakan Agam benar jika perempuan tersebut bernama Ani. “apa bedanya,” balas Samsul. “Dasar Sambal.” Balas Ani kesal, membalas ledekan Samsul yang seenaknya memanggil namanya dengan asal dan tidak jelas. “haha,” Agam tertawa lepas mendengar perdebatan mereka berdua yang menurutnya cukup lucu. “Eh Kirana,” Samsul berteriak memanggil nama Kirana yang baru saja datang. Terlihat dari balik jendela wanita itu tengah berjalan menuju ke arah kelas dan itu membuat percakapan Samsul dan Ani terhenti sekaligus tawa keras Agam yang juga ikut terhenti. Lagi lagi Agam dibuat terpesona oleh Kirana, rambut yang diikat satu dengan rapi itu terlihat begitu indah ditambah dengan wajah Kirana yang manis. “apa sih gue baru aja dateng,” kesal Kirana pada Samsul karena baru saja ia datang tapi Samsul sudah heboh meneriakinya. Agam yang berada di belakang kelas hanya diam sama menyimak pembicaraan mereka sambil menikmati suara Kirana yang terdengar indah ditelinganya. “ini jadwal piket lo, tuh liat.” Kesal Samsul sambil menunjuk jadwal pike kelas yang terpampang jelas. “haha iya, sorry yah gue lupa.” Ucap Kirana tertawa bersalah karena ia tidak mengingat sama sekali jika hari ini adalah jadwalnya membersihkan kelas. “hm,” Samsul berdehem sebagai jawaban. “tuh angkat kursi ke atas, biar lantainya di pel si Agam nanti.” Ucap Samsul menyuruh Kirana menaikkan kursi ke atas meja. “oke,” balas Kirana tidak membantah. “eh gue aja, lo ini nyapu.” Cegah Agam datang dari belakang saat Kirana baru saja memegang satu kursi untuk ia angkat ke atas meja. Mana mungkin Agam membiarkan perempuan mengerjakan pekerjaan berat sedangkan ia sebagai laki laki hanya menyapu lantai saja. “gak usah gue bisa,” tolak Kirana percaya diri. “ish udah gue aja lo nyapu. Cowok mana bisa nyapu sih,” keukeuh Agam sambil menyerahkan sapu pada tangan Kirana. Kulit mereka bersentuhan dengan refleks dan Agam tanpa sadar merasakan ada getaran yang menjalar diseluruh tubuhnya saat ia tidak sengaja menyentuh lengan Kirana. “sorry,” ucap Agam meminta maaf karena ia tanpa meminta izin menarik lengan Kirana. “gak papa, beneran ini gue yang nyapu?” tanya Kirana memastikan jika Agam memang benar benar akan menggantikan tugasnya. Kirana dan Agam sudah akur sejak beberapa hari pasca kejadian itu, mereka terbiasa menjadi teman sekelas saat ini. Meski terkadang ada rasa canggung yang datang mebghampiri mereka namun Kirana bisa menepis itu semua. Berbeda dengan Agam yang sudah terlanjur jatuh hati pada Kirana. bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD