bc

Dunia Khumaira

book_age12+
1.2K
FOLLOW
6.2K
READ
teacherxstudent
arranged marriage
arrogant
humorous
genius
icy
virgin
spiritual
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

'Pernikahan dan Perjodohan' dua kata yang mampu mengejutkan kehidupan seorang gadis bernama Zila Khumaira Azzahra. Bagaimana tidak? Usianya baru 18 tahun dan masih duduk di kelas XII SMA. Kedua kata itu juga yang mengharuskan gadis itu mengubah kepribadiannya yang nakal dan jahil terhadap orang lain, terutama adik kelasnya.

Siapa yang menyangka, ternyata calon suaminya adalah seorang guru di SMA Pratama, tempat di mana Khumaira bersekolah. Dia mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam sekaligus guru BK. Bukan hanya itu saja, pria itu juga yang selalu memergoki Khumaira sedang tertidur di dalam kelas maupun di rooftop.

Khumaira melakukan berbagai cara agar Ilyas, sang suami, menceraikannya. Namun, pria itu bersikukuh mempertahankan rumah tangga ini dan berjuang sendiri.

Bagaimana upaya Khumaira agar diceraikan oleh Ilyas? Mampukah ia membuat suaminya goyah? Dan bagaimanakah perjuangan Ilyas yang bersikukuh untuk mempertahankan pernikahannya dengan Khumaira?

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Seorang gadis tengah menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Gadis itu mengulas senyum manisnya kala melihat wajahnya yang cantik dan tidak bosan dipandang. Setelah mengedipkan sebelah matanya, dia langsung beranjak keluar kamarnya menuju ke ruang makan. "Non Zila mau sarapan dengan apa? Nasi goreng atau roti?" tanya seorang wanita paruh baya dengan pakaian asisten rumah tangga itu. "Khumaira, Bi Marti. Jangan panggil Aira dengan Zila," ucap sebuah suara. Mendengar ucapan dari seseorang, membuat Khumaira mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Dia tidak suka dipanggil Khumaira, karena panggilan itu terlalu alim bagi gadis nakal dan jahil sepertinya. Iya, gadis itu bernama Zila Khumaira Azzahra. "Ish, papa mah. Aku nggak suka dipanggil Khumaira oleh siapa pun, kecuali Papa, Mama, dan Abang. Pokoknya aku nggak mau, ya," protes Khumaira. "Kamu itu, panggilan Khumaira sangat bagus dan cocok untukmu." Khumaira menggelengkan kepala. "Ish, itu terlalu alim, Papa. Ya kali dipanggil Khumaira kelakuannya bar-bar," gerutu Khumaira. "Kalau kamu nggak nurut, papa bakal melakukan sesuatu," ucap papa Khumaira. Khumaira menatap sang mama, lalu menghampiri wanita itu. "Mamaku yang cantik dan baik. Nyonya Meiza Aisyah Azzahra, tolong beritahu Tuan Bagas Pratama Al-Khwarizmi, bahwa panggilan Khumaira-" "Bilang saja sendiri, Papa deket kok di sana," sahut mama Khumaira yang diketahui bernama Meiza Aisyah Azzahra. Bagas Pratama Al-Khwarizmi, nama dari papa Khumaira. Pria paruh baya itu langsung duduk di kursi kebesarannya sebagai kepala keluarga. "Meiza, cepat duduk dan sarapan." Meiza menghela napas kasar, lalu menyahut, "Iya, Mas." Ruang makan seketika hening. Hanya suara dentingan sendoklah yang terdengar. Bagas, Meiza, dan Khumaira begitu fokus dengan sarapan masing-masing. Setelah selesai sarapan, Bagas meminta kedua wanita kesayangannya untuk tetap duduk, karena ada hal penting yang akan dia sampaikan. Bagas mengembuskan napas dengan kasar. "Papa mau mengatakan hal penting, jadi tolong duduk di tempat kalian dulu." "Iya, kenapa, Mas?" tanya Meiza. "Papa sudah memutuskan, kalau papa akan menjodohkan Khumaira dengan seseorang yang mampu membimbingnya menjadi gadis yang baik," papar Bagas. "Apa?!" teriak Khumaira sambil menggebrak meja makan. Ucapan Bagas, membuat kedua wanita itu terkejut bukan main. Apa maksudnya dengan perjodohan? Khumaira langsung beranjak dari duduknya, lalu melangkahkan kaki meninggalkan ruang makan. Namun, baru beberapa langkah, suara Bagas menghentikannya. "Kembali ke tempat dudukmu Khumaira," tegas Bagas. "Tidak mau, Aira bakal sarapan di sekolah," sahut Khumaira dengan ketus tanpa menoleh sedikit pun ke arah Bagas. "Papa mengatakan kembali ke tempat duduk, artinya kamu harus duduk dan makan!" perintah Bagas tanpa mau dibantah. "Kalau aku tidak mau, apa yang bakal Papa lakuin?" tantang Khumaira pada Bagas masih bertahan di posisi semula. Bagas yang awalnya sedang duduk dengan tenang di kursi, kini langsung berdiri. "Semua fasilitas yang papa berikan, akan papa cabut," jawabnya. "Aku tidak takut dan tidak peduli," ucap Khumaira seraya berjalan meninggalkan Bagas bersama Meiza dan bi Marti di ruang makan, saat sampai di depan pintu ruang makan tib-tiba Khumaira menghentikan langkahnya kembali. "Kalau papa berani melakukan hal itu, lihatlah apa yang akan aku lakukan," ucap Khumaira pada Bagas, lalu melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti. Khumaira berjalan keluar rumah menuju pelataran parkir dan masuk ke dalam mobilnya, lalu melajukannya dengan kecepatan di atas rata-rata. *** Khumaira memarkirkan mobil di pelataran parkir khusus untuknya, karena mereka tahu bahwa Khumaira adalah putri dari pemilik sekolah ini. Gadis itu bersekolah di SMA Pratama, sekolah terkenal yang berstandar internasional dengan fasilitas lengkap dan sistem keamanan yang canggih. Dia berjalan di koridor sekolah, semua orang menatap ke arahnya, lalu saling berbisik menggosip tentang Khumaira. "Orang tua kak Zila sekaya apa, sih? Sampai semua orang tunduk sama dia?" "Itu yang namanya Kak Zila? Anak pemilik sekolah ini, yang katanya sombong terus bar-bar. Eh, bukan-bukan, nakal plus jail?" "Mau sekolah atau mau jual diri? Pakai seragam ketat banget." Khumaira menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat kurang ajar dari salah satu siswi yang sedang berbisik-bisik dengan kedua temannya. "Lo kalau nggak suka sama seragam gue, ya udah diem, nggak usah banyak omong," ucap Khumaira dengan sinis. "Wajar dong kalau kita ngomong gituh, hak kita buat berpendapat," sahut gadis itu. "Oh Anita? kelas sebelas, ya? Denger ya! Pemerintah kasih hak asasi pada warga negara Indonesia untuk berpendapat yang baik buat negara, lah pendapat lo apa kabarnya? Pendapat kok unfaedah, mati aja sana!" balas Khumaira tak mau kalah. Inilah salah satu sifatknya juga, tidak pernah mau kalah dalam hal berbicara walaupun dengan orang tua. "Kita juga baik kok pendapatnya," sela teman Anita yang bernama Cici. "Apa baiknya?" tanya Khumaira dengan santai dan nada meremehkan. Mereka bertiga hanya diam. "Nggak bisa jawabkan lo, makanya punya mulut tuh dijaga. Kalau nggak mau menjaga, mending jahit tuh mulut!" sarkas Khumaira, "oh iya, lo bilang gue nakal dan jahil, ya? Oke, makasih atas pujiannya. Tenang aja, Say. Nanti tunggu kenalakan dan kejahilan gue, ya," lanjutnya sambil mengedipkan sebelah mata dan berjalan meninggalkan mereka untuk kembali ke tujuan pertama yaitu kelas. Sesampainya di kelas, Khumaira langsung menaruh tas, kemudian kedua sahabatnya yang baru saja datang ke kelas langsung duduk di kursi yang berada di hadapan gadis itu. "Pulang sekolah shopping yuk ke mall," ajak Riana Fatimah Putri, sahabat Khumaira. "Gue sih ayo aja," sahut Khumaira dengan santai. "Gue juga," tambah Ratu Khadijah Khanzana. Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi, guru yang mengajar langsung masuk ke kelas sesuai jadwal masing-masing. Kalian bingung kenapa Khumaira berada di kelas dan tidak bolos? Tentu saja, dia tidak akan bolos saat jam pelajaran pertama sampai istirahat. Di saat masih pagi, kerajinan dan tenaganya masih terkumpul, tetapi setelah istirahatlah rasa malas akan berontak meminta keluar. *** Empat jam kemudian bel istirahat berbunyi, semua orang yang sedari tadi berkutat dengan pelajaran pasti sangat riang menuju ke kantin untuk istirahat. Bukan hanya para murid, para guru pun sama gembiranya. Setelah menerangkan materi dengan terus berbicara di depan siswa, para guru pasti merasa haus. Guru yang mengajar di kelas Khumaira XII IPS 1 pun pergi ke kantor. "Jiwa malas gue berontak, nih. Kita ke rooftop sekolah ayo!" Khumaira berdecak sebal mendengar penuturan Riana. "Gue juga sama, Ri. Kita ke rooftop aja, gue mau tidur," ucap Ratu dengan asal. "Terserah." Khumaira meninggalkan mereka terlebih dulu menuju ke rooftop sekolah. Sesampainya di sana Khumaira langsung duduk di lantai rooftop. "Kita sampai kapan, ya, kayak gini terus?" tanya Ratu pada kedua sahabatnya. "Gue nggak akan pernah berhenti, sebelum ada yang bisa buat gue berubah. Tapi mana bisa? Emang ada yang mampu." Khumaira tertawa lepas tanpa beban dan tanpa tahu hal apa yang akan terjadi pada dia di masa depan. Riana memukul pelan lengan Khumaira. "Jangan sombong lo, di atas langit masih ada langit. Inget sama Allah. Dia pemilik segalanya," ujar Riana sambil terkekeh pelan. Ratu memutar bola matanya malas. "Kayak orang bener aja lo? Sejak kapan lo ingat sama Allah? Bukannya cuman saat sakit doang, ya," cerocos Ratu. "Sok tahu banget sih lo, walaupun gue selalu berbuat dosa, tapi gue masih inget ya sama Tuhan gue yaitu Allah. Ya, meskipun jarang melaksanakan perintah-Nya, tapi lebih banyak menjalankan larangan-Nya," sahut Riana dengan tawa pelan. "Udah ah berisik, gue mau tidur." "Iya, gue juga." "Siapa pun salah satu dari kita, yang dengar suara bel pulang sekolah lebih dulu, harus bangunin kita yang nggak dengar oke," ucap Ratu. "Hm." "Siap." Mereka bertiga membaringkan tubuh di lantai rooftop yang telah terlapisi permadani tebal, permadani itu sengaja dibeli oleh Khumaira supaya, dia bersama kedua sahabatnya nyaman berada di rooftop saat tidur. Ketiga gadis itu akhirnya terlelap dan masuk ke alam mimpi masing-masing.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook