8. Bertemu camer

1063 Words
"Yogi, Mama tuh udah sepet lihat kamu terus-terusan kayak gini. Kapan coba kamu kasih Mama cucu? Kamu udah gede. Ubah sifat kamu jadi lebih dewasa. Biar ketemu jodohnya juga cepet." omel Sarah ketika melihat Yogi yang bertelanjang d**a, sedang mengambil perkedel yang ia simpan di tudung nasi. "Eh Mama. Aku tadi nyari Mama lo. Aku punya kabar baik." ucap Yogi dengan senyumannya. "Gak usah bilang kabar baik, kalau ujung-ujungnya kabar kucing kamu yang lahiran." ketus Sarah. Sarah sudah sangat ingin melihat anaknya nikah dan punya anak. Tapi, anaknya juga tak kunjung dapat jodoh. Sarah tak pernah absen mempromosikan Yogi pada teman-teman arisannya. Banyak yang kecantol, tapi Yogi yang tidak mau. Sebenarnya Sarah sangat heran, tipe wanita idaman anaknya itu seperti apa. "Ini beneran baik, Ma. Mama duduk dulu deh!" Yogi menuntun Mamanya untuk duduk di kursi yang ada di samping meja makan. "Jadi gini, Ma. Yogi ceritanya suka sama perempuan," ucap Yogi. Ia menjeda ucapannya. Pengen lihat reaksi Mamanya dulu. Tapi, Mamanya hanya diam. "Kok Mama diam sih?" "Mama nunggu kamu ngomong. Jangan diputus-putus ngomongnya. Yang jelas!" sentak Sarah. Awas aja anaknya mempermainkannya. Bilang udah punya calon cuma biar dia gak tanya-tanya lagi. Tapi nyatanya nol kosong. Menurut Sarah, Yogi terlalu cupu untuk mendekati perempuan. Sebenarnya kalau mendekati jago, tapi untuk nyeriusin satu perempuan, Yogi terlalu bertele-tele. "Tapi, kalau misal mantu Mama gak cantik, gakpapa kan?" tanya Yogi. " Ya gakpapa. Penting kamu suka, Mama mah selow aja." "Dia item, Ma. Gak cantik tapi montok. Trus dia itu sering marah, sering nendang kaki Yogi. Tapi, dia keibuan juga. Namanya Yura. Dia janda anak satu." jelas Yogi meringis. Kata-kata janda keluar begitu saja dari bibirnya. "Yaudah bawa dia kesini!" ucap Mamanya. "Kalau mau, Ma. Soalnya dia sulit ditaklukin. Dia kerja satu kantor sama Yogi. Manager marketing." "Kamu cowok apa bukan sih. Seret cewek kesini aja gak mampu. Sekalian suruh bawa anaknya." "Mama beneran? Mama setuju kalau aku sama Yura?" tanya Yogi kaget. "Kamu pikir Mama becanda. Mama pengen cepet dapat cucu. Lumayan dong kalau dia janda, Mama udah langsung dapat cucu siap momong." "Iya, Ma. Besok aku coba ajak baik-baik. Kalau dia gak mau, biar Yogi seret aja." "Kalau dinikahin baik-baik gak mau, ya paksa aja." "Mama the best lah." ▪️▪️▪️▪️ Seharian ini adalah hari yang menenangkan untuk Yura. Karena, seharian ini ia tidak berpapasan dengan Yogi sekalipun. Yura bekerja dengan tenang, sambil mendengar celotehan dari anaknya melalui sambungan telefon. Saat pulang kerja pun, Yura nampak bahagia, karena Nathan tidak rewel. Nathan asik bermain dengan Ilal. Beberapa kali, Ilal menanyakan soal Yogi pada Yura. Tapi, Yura hanya mengedikkan bahunya acuh. Kemarin, ia libur dan mengajak anaknya jalan-jalan. Anaknya sudah tidak lagi menanyakan Yogi. Tapi, saat Ilal menyebut-nyebut lagi nama Yogi, Nathan ikut-ikutan juga. "Masa sih, satu kantor tapi gak ketemu." ucap Ilal pada Yura. "Kamu pikir, aku emaknya Yogi. Yang harus ngintilin dia. Aku gak tau juga dia kemana." jawab Yura menyeruput kopi yang baru saja dia buat. "Pa pa." ucap Nathan tiba-tiba sambil memandang Yura. "Apa sayang?" tanya Yura. "Pa pa!" celoteh Nathan lagi. "Kamu nyariin Papa?" tanya Yura memancing. Nathan mengangguk semangat. Ia pengen ketemu Papanya lagi. "Em, mbak!" panggil Ilal tiba-tiba. "Apa?" "Kalau mbak Yura capek. Mending aku yang antar Nathan menemui Mas Yogi. Kasihan seharian ini dia nyariin Mas Yogi." ucap Ilal. "Siapa yang mau nemuin Yogi? Aku gak ada niatan ajak Nathan kesana." jawab Yura bingung. "Tapi Nathan pengen kesana." "Mana ada ceritanya bawahan, main ke rumah atasan? Apalagi membawa anak, Itu sangat memalukan." "Tapi Nathan-" "Ilal, ini udah jam pulang kamu!" Ilal merengut sebal. Gagal sudah modusnya untuk tebar pesona pada Yogi. Padahal, sedari pagi, ia sudah merecoki Nathan agar rewel dan meminta ke rumah Yogi. Tapi, Yura malah melarangnya. "Yaudah mbak, aku pulang dulu ya!" pamit Ilal sopan. "Gaji kamu udah aku transfer ya, Il." ucap Yura memberitahu. "Iya mbak, makasih!" jawab Ilal tersenyum. Saat membuka pintu, Ilal dikagetkan dengan Yogi yang berdiri dengan gagah di hadapannya. Pria itu tampak rapi dengan stelan kemeja dan jasnya. Mungkin baru selesai rapat. "Yura ada kan?" tanya Yogi. Ilal ingin mengatakan 'tidak. Tapi, jeritan Yura dari dalam membuat Yogi langsung menerobos begitu saja. "Nathan! Kan Mama udah bilang. Jangan main di sempitan kursi. Kan, tangan kamu jadi kejepit gini." ucap Yura meniup-niup tangan Nathan. Wajah Nathan memerah menahan tangis. "Yura, ada apa?" panik Yogi menyisingkan jasnya. Yura memicingkan matanya. Kenapa Yogi bisa masuk kesini? Ilal juga ada di belakang Yogi. "Papa!" pekik Nathan girang. Yogi langsung menggendong Nathan. "Pa atit!" ucap Nathan dengan wajah cemberutnya. "Sini Papa tiup!" Yogi menarik jemari calon anaknya. Meniupya pelan-pelan. Hingga Nathan menghentikan niatnya mau menangis. Kini Nathan malah cekikikkan karena tiupan Papanya yang membuatnya geli. "Ilal, ngapain kamu masih disini?" tanya Yura bingung. Ilal tergagap. Mau tidak mau, ia juga keluar rumah. Ketimbang dikira ngapa-ngapin. "Ganjen banget si Illal." komentar Yogi. Terus terang Yogi tidak suka dengan Illal. Cewek itu terlalu agresif. Tapi, kalau yang agresif Yura, Yogi tetap suka. "Siap-siap sana. Aku mau ngajakin kamu ketemu Mamaku.", ucap Yogi membawa Nathan duduk di sofa.. "Apa maksudmu?" sentak Yura kaget. "Aku mau bawa kamu ke rumah orangtuaku. Cepet ganti baju. Dandannya gak usah cantik-cantik!" jelas Yogi tanpa rasa bersalah sedikutpun. Yura masih blank. Kenapa tiba-tiba Yogi mengajaknya. "Tapi, ada acara apa?" tanya Yura yang tidak begitu saja mau. "Makan malam biasa. Udah jangan banyak tanya. Mandi kilat sama ganti baju. Aku tungguin disini." Yogi mengusir Yura. Agar perempuan itu segera mandi. Akhirnya Yura pasrah. Saat ada Yogi, Nathan juga tidak ada dipihaknya. "Nathan, kamu mau kan ketemu sama Oma? Oma orangnya baik kok. Walau sangat ceweret." ujar Yogi terkekeh. Pria itu terlihat sangat menyayangi Nathan, walau Nathan bukan anak kandungnya. Mendengar pernyataan Papanya, membuat Nathan mengangguk walau dia sendiri tidak tau apa maksudnya. Yura memilih mengenakan dress selutut dan merias wajahnya alakadar. Toh, hanya makan malam biasa. Yogi terperanggah melihat rambut Yura yang digerai. Perempuan itu tampak lebih anggun dari biasanya. Aura ceweknya terlihat lebih keluar. "Nathan gini aja?" tanya Yogi.. "Nathan udah dimandiin Ilal. Aku pakein jaket dulu." Yura mengambil jaket kecil untuk anaknya. Setelah siap, Yogi mengajak calon keluarga kecilnya ke mobil. Sebenarnya, ia masih dag dig dug mengajak Yura ke rumah. Walau Mamanya bilang, tidak apa ia bersama dengan Yura yang seorang janda, tapi kalau pikiran Mamanya berubah, bagaimana?.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD