Amora Vs Daniel

2003 Words
Amora sedang sangat sial karena harus menyaksikan adegan menjijikkan dari dua manusia yang harus akan nafsu. Amora yakin jika mereka adalah sepasang kekasih, karena jika mereka adalah sepasang suami istri, kurasa mereka tidak akan melakukan hal nyeleneh dan absurd di tempat umum seperti itu karena pada hakikatnya suami istri tahu bagaimana cara menyampaikan perasaan mereka meski dengan cara tertutup. Amora pilih mengabaikannya, dan berlalu masuk ke dalam pesawat, mencari kursi berdasarkan nomor di tiket pesawatnya. Amora mendudukan tubuhnya setelah menyimpan koper ukuran sedang nya di bagasi khusus, kemudian memasang sabuk pengaman. Amora sengaja tidak melepas kacamata besarnya karena kantung mata yang terlihat mengganggu penampilannya setelah dua hari begadang menemani Christin menyelesaikan proyek tas mewahnya. Perjalanan dari Paris menuju Indonesia akan berlangsung sangat lama, lebih dari delapan belas jam, maka dari itu Amora sebelumnya berminat untuk mengambil tiket pesawat kelas bisnis, agar dia bisa istirahat dengan baik selama dia mengudara, tapi naas. Kelas bisnis ternyata sudah di booking oleh seseorang secara penuh, jadilah dia hanya bisa mengambil kelas ekonomi premium. Amora memejamkan matanya, berharap dia akan mendapatkan tidurnya, namun baru saja Amora merasa lebih rileks, tiba-tiba seseorang yang menempati kursi sebelahnya juga ikut duduk. Amora menurunkan kaca matanya, melirik sesaat pada orang itu dan langsung mengumpat dalam hati. Seketika rasa jijik tadi kembali Amora rasakan. Pasalnya, orang yang duduk di sebelah Amora adalah laki-laki yang sama dengan laki-laki yang dia jumpai tengah melakukan salam perpisahan kepada wanitanya di pintu keberangkatan pesawat tadi, dan sekarang laki-laki itu juga tengah melakukan panggilan telepon dengan seseorang, dan Amora yakin jika orang di seberang telepon itu juga merupakan kekasih laki-laki ini. "Iya sayangku. Ini aku sudah di pesawat. See u tomorrow. I love you!" Ucapnya sebelum akhirnya dia menutup panggilan telepon itu. "Oh f**k!" Lirih Amora dalam hati, namun lihatlah, laki-laki itu justru balas menatap Amora sekarang. "Hey, Indonesia juga?" Tanyanya seolah wajah Amora benar-benar terlihat seperti wajah khas orang Indonesia. "Kenalkan, aku Daniel. Daniel Fabiano!" Ucapnya lagi sembari mengulurkan tangannya ramah tapi Amora justru kembali mengumpat dalam hati. Bisa-bisanya laki-laki ini begitu percaya diri mengajaknya berkenalan saat tadi Amora melihatnya tengah melakukan ciuman panas di depan pintu keberangkatan pesawat, dan baru saja Amora juga mendengar percakapan laki-laki ini dengan orang lain dengan kata sayang dan cinta, tapi sekarang , lihatlah, dia begitu percaya diri mengajak seorang wanita berkenalan. "Aku Daniel Fabiano." Ucapnya sekali lagi namun kali ini laki-laki itu juga memberikan kartu namanya kepada Amora dan Amora membaca sepintas kartu nama itu, di mana di kertas kecil itu terpampang jelas nama Daniel Fabiano beserta pekerjaannya. Amora melihat semua aksesoris yang menempel di tubuh laki-laki itu, mulai dari kacamata, kemeja yang dia kenakan, jam tangan beserta ikat pinggangnya, dan Amora yakin jika itu adalah merek yang cukup mahal, dan asli yang justru terlihat seperti pemborosan untuk digunakan oleh seorang laki-laki. Amora juga memperhatikan wajah laki-laki itu dengan seksama, tampan, dan menurut Amora wajar jika laki-laki sekelas Daniel Fabiano memiliki lebih dari satu wanita. "Aku juga dari Indonesia, Jakarta!" Ucap Daniel lagi masih dengan tangan yang menengadah karena Amora masih juga belum menerima jabat tangannya, dan ya detik berikutnya Amora benar-benar menjabat tangan Daniel Fabiano sembari menyebut namanya. "Amora." Jawabnya. "Sebenarnya aku sedang sangat sibuk, tapi karena permintaan Mommy dan Nanaku, aku terpaksa balik ke Indonesia. Katanya Nana ku akan menikah dan aku harus menghadiri pestanya!" Ucap Daniel terdengar sangat pecicilan padahal Amora tidak pernah bertanya apapun padanya. "Oh,,," hanya kata Oh yang berhasil lolos dari bibir Amora namun dengan perasaan yang juga kesal pada laki-laki yang baru dia tahu bernama Daniel Fabian itu. "Nana ku itu cantik. Sama cantiknya seperti dirimu." Ucap Daniel lagi. "Oh tidak. Kau jauh lebih cantik!" Ralatnya lagi dan lagi-lagi Amora rasanya ingin mengumpat dengan nasib sialnya hari ini. Dia masih belum bisa menghubungi Brian kekasihnya, dan sekarang dia justru bertemu dengan laki-laki Playboy seperti Daniel Fabiano. Bagaimana tidak , laki-laki ini baru saja menyamakan kecantikannya dengan seorang Nana, dan karena tadi Daniel juga menggunakan bahasa Mommy untuk ibunya, maka Amora yakin Nana itu adalah neneknya. Bagaimana mungkin dia disamakan dengan seorang nenek-nenek. 'Oh my god.' Batin Amora, namun sebisa mungkin Amora tetap bersikap ramah dengan menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk senyuman. "Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan di Paris? Apa kau juga bekerja di negara ini?" Tanya Daniel benar-benar kepo tapi Amora hanya menjawab dengan anggukan saja. Merasa tidak mendapat respon baik, Daniel meminta Amora untuk istirahat, karena perjalanan mereka akan lama, dan keduanya benar-benar berusaha untuk mendapatkan tidur mereka. Entah sudah berapa jam mereka terlelap, saat tiba-tiba d**a Amora terasa sesak dan nafasnya mulai terasa berat. Amora membuka matanya , berniat untuk mengambil satu cup air mineral agar rongga dadanya bisa lebih rileks, namun saat Amora membuka mata itu, Amora justru dikejutkan dengan keberadaan kepala seseorang di atas dadanya, dan sontak Amora menjerit dari duduk. "Oh, brengseeek. Apa yang kau lakukan?" Umpatnya sambil mendorong kepala itu dengan sangat cepat, hingga orang itu terhuyung dengan mata yang terlihat sayu. Mengucek sebentar mata itu dan menguap. "Apa yang kau lakukan Nona?" Orang itu justru bertanya balik pada Amora. "Kau melakukan pelecehan b******k. Dasar playboy. Bisa bisanya kau malah,,,!" "Maafkan aku. Aku yakin aku gak sengaja melakukan itu. Aku ketiduran sayang!" Jawabnya yang sudah pasti itu Daniel dan Amora kembali mengumpat, namun untuk melanjutkan kemarahannya pun dia tidak bisa sekarang, karena memang benar jika tadi Daniel memang terlihat tertidur pulas di atas dadanya. Amora menggigit giginya sendiri, kemudian bangkit dari duduknya dan berlalu ke kamar mandi, membasuh mukanya agar terlihat segar dan emosinya bisa segera mereda. Baru saja Amora akan keluar dari pintu kamar mandi, saat bersamaan seseorang juga keluar dari pintu kamar mandi sebelahnya lagi, dan tubuhnya terbentur dengan punggung laki-laki itu. Karena kaget, Amora mundur dengan langkah terhuyung. Amora lupa jika saat ini dia masih menggunakan sepatu hak tinggi dan tumit sepatunya , malah meliuk hingga tubuhnya nyaris terjatuh. Beruntung Daniel langsung meraih dan menahan pinggang Amora, hingga Amora tidak jadi jatuh , tapi dirinya yang justru jatuh ke lantai pesawat. Amora dengan cepat menahan pergerakan tubuhnya agar berdiri dengan baik, tapi tumis sepatutnya yang meliuk justru kembali menumbangkan tubuh indah itu hingga Amora benar-benar terjatuh, namun beruntung lagi Amora justru jatuh di atas tubuh Daniel dengan posisi d**a bertemu d**a. "Aduuh!" Daniel mengaduh saat tubuh Amora jatuh di atas tumbuhnya, kedua tangan Daniel menyanggah tepat di kedua buah d**a Amora dan Amora langsung menatap tajam ke arah Daniel. "Brengseek!" Umpatnya lagi dengan sangat kesal. Amora menarik cepat tubuhnya dari atas tubuh Daniel dan baru menyadari jika kedua tangan Daniel justru sedang mencengkram kedua buah dadanya. Tanpa basa-basi Amora langsung menyikut pangkal paha Daniel dengan lututnya hingga Daniel kembali mengadu saat Junior kebanggaannya mendapat serangan dari wanita itu, Amora. "Aak sakit!" Rintih Daniel sembari memegang juniornya dengan kedua tangannya dan tubuhnya dia tekuk karena rasanya seperti tersengat aliran listrik bertegangan tinggi. "Dasar b*****h. Apa yang kau lakukan? Apa aku ingin melecehkan ku, seperti cara yang kamu lakukan kepada banyak wanita!" Jerit Amora dengan sangat kesal dan tiga orang pramugari langsung menghampiri kedua penumpang pesawat kelas ekonomi premium itu. "Apa yang terjadi Nona?" Tanya seorang pramugari. "Laki-laki ini baru saja melecehkan ku, dia memegang buah da,,,!" Amora menggantung kalimatnya sambil melirik ke arah kiri dan kanan dan ternyata penumpang lain justru sedang melihat ke arah dia sekarang. "Aku tidak berniat melecehkan mu Nona, aku hanya ingin membantumu agar kau tidak terjatuh tapi kau justru,,,,!" Daniel menjeda kalimatnya sembari mengaduh seolah rasa sakit itu benar-benar dahsyat di pangkal pahanya. "Nona, laki-laki ini memang tidak melecehkan Anda! Bukankah tapi dia mencoba membantu Anda agar tidak terjatuh tapi dia sendiri yang justru terjatuh dan kau malah menyerangnya tepat di bagian sensitif tubuhnya. Dan itu benar-benar sangat menyakitkan Nona!" Seorang penumpang laki-laki yang kebetulan melihat kejadian itu angkat suara dan Amora langsung terlihat kikuk karena ternyata dia juga menyadari itu. "Aduuuh. Sepertinya kali ini aku harus di operasi untuk menjaga milikku agar tetap perkasa dan ini adalah kesalahanmu, Nona!" Daniel Fabiano justru bersikap lebay seolah rasa sakit itu memang benar-benar luar biasa hingga membutuhkan tindakan operasi. "Oh maaf Tuan , mari saya bantu!" Ucap seorang pramugari mencoba membantu Daniel untuk bangkit dari meringkuknya dan dengan ekspresi manja dan m***m , Daniel justru sukarela menggandeng bahu sang pramugari, bahkan dia meletakkan kepalanya di bahu pramugari itu seolah dia kehilangan tenaga karena serangan Amora tadi. "Apa Tuan bisa berjalan?" Tanya pramugari lain dan Daniel langsung menggeleng dengan gaya alay nya seolah sedang meminta pramugari itu untuk berada di lengan sebelahnya lagi, dan benar saja pramugari itu langsung menawarkan bahunya untuk menopang Daniel yang sejatinya hanya pura-pura lemas, sampai ke kursi yang Daniel tempati. Amora hanya berdiri sambil bersedekap d**a di samping Daniel, melihat laki-laki itu dengan segala kemanjaan nya. La iya, masa gara-gara hal itu dia tiba-tiba minta di pijit oleh kedua pramugari tadi, dan herannya, kedua pramugari itu mau saja diminta untuk melakukan pekerjaan yang sejatinya bukanlah pekerjaan mereka. Amora memutar bola matanya asal, kemudian menghela nafas dengan sangat dalam lalu menghembuskannya kasar. Rasa kantuknya seketika hilang dengan sikap sembrono Daniel Fabiano. Daniel melirik sekilas ke arah Amora yang masih berdiri dengan segala keangkuhannya dan tiba-tiba sebuah ide gila langsung melintas di otak licik seorang Daniel Fabiano. "Aduh,,, sakit. Ini rasanya sangat sakit. Sakit sekali!" Tiba-tiba Daniel kembali menjerit dari duduknya sambil menahan pangkal pahanya dan Amora langsung terlihat panik saat melihat ekspresi kesakitan dari laki-laki itu. "Oh apa ini masih sakit Tuan?" Tanya pramugari itu dan Daniel langsung mengangguk dengan sangat cepat. "Iya, ini sakit sekali. Tapi kali ini aku tidak mau kalian yang membantuku. Aku ingin wanita ini. Wanita yang sudah menyakiti junior ku yang harus membantuku lepas dari rasa sakit ini!" Jawab Daniel dan sontak kedua pramugari itu langsung mendongak ke arah Amora yang masih berdiri di samping Daniel. "Nona,,,!" Sapanya dengan tatapan fokus ke arah Amora. "Apa,,,?" Amora berlagak tidak tahu. "Sebagai solidaritas dan bentuk tanggung jawab sekaligus cara Anda berterima kasih kepada laki-laki ini karena telah membantu Anda untuk tidak terjatuh, tolong, tolong bantu dia untuk meredam rasa sakitnya! Kami harus membantu penumpang lain!" Ucap pramugari itu lembut. "What,,,?" Syok Amora. "Nona, ayolah. Kau yang sudah menyakitinya, jadi kau juga yang harus menolongnya sekarang!" Seorang penumpang lain ikut menimpali dan tatapan beberapa penumpang juga kini seolah menuntut Amora untuk benar-benar mengabulkan keinginan Daniel untuk di tenangkan dari rasa sakit yang secara tidak sengaja Amora lakukan pada tubuh laki-laki itu. "Ayolah Nona!" "Jadilah orang yang bertanggung jawab." "Iya Nona!" Suara beberapa penumpang lain yang ikut meminta Amora untuk membantu Daniel dan dengan menggigit giginya sendiri juga perasaan kesalnya, Amora akhirnya setuju untuk membantu Daniel menenangkan rasa sakit yang bahkan Amora sendiri tidak mengerti bagaimana cara dia harus membantu laki-laki itu. Amora duduk di kursinya tepat di depan Daniel , dan Daniel memintanya untuk memijit kedua pahanya seolah cara itu bisa meredam rasa sakit juga nyeri pada inti tubuhnya, dan Amora seolah tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan laki-laki di depannya meskipun ini sangat aneh sekaligus menjijikan untuk Amora lakukan. Ada senyum yang turut terbit di kedua sudut bibir Daniel saat Amora, wanita yang beberapa jam lalu dia kenal namun sekarang sudah berhasil dia paksa untuk memijat kedua pahanya dan entah untuk apa Daniel justru membayangkan yang aneh-aneh sekarang. Tentu saja yang Daniel bayangkan itu sesuatu yang berbau se x , bagaimana Amora yang memijat bagian itu lalu,,,! "Kenapa kamu tersenyum?" Amora menatap wajah Daniel yang tengah tersenyum tidak jelas dengan mata terpejam seolah sedang menikmati sesuatu yang nikmat. "Aku yakin otakmu sedang berpikir yang tidak-tidak! Oh dasar otak m***m!" Amora kesal sembari menepuk paha Daniel dan memilih duduk di kursi dia sebelumnya, namun sial, kaki jenjangnya belum benar-benar melewati paha Daniel , Daniel justru menarik lengan Amora untuk berbalik karena dia masih ingin menahan wanita itu, dan gerakan itu justru membuat Amora kembali jatuh dan kali ini Amora kembali jatuh di pangkuan Daniel, bokongnya menimpa tepat di bagian sensitif Daniel. Daniel kembali menjerit karena sakit , namun suaranya belum sempat keluar, karena Amora buru-buru menutup mulut Daniel dengan telapak tangannya agar laki-laki Playboy ini tidak teriak atau mereka akan kembali menjadi pusat perhatian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD