Bab 3. Dito dan Ana

1097 Words
“Gue bingung banget Na sama cewek gue, dia nggak suka kalau gue jadi pilot. Harusnya gue dapet jadwal terbang ke Hongkong, tapi gue bingung karena lagi-lagi nggak dibolehin sama cewek gue,” ucap Dito. “Gue jadi harus cari alasan lagi supaya gue bisa nggak ambil penerbangan jauh, gue udah sering izin sakit, satu sisi gue mau juga coba penerbangan jauh,” tambah Dito. “Gue paham sih, cewek lo pasti pengen banyak waktu ya sama lo?kalo gue di posisi cewe lo sih pasti ngizinin banget, toh untuk kemajuan karir lo juga sebagai pilot ” ujar Ana. Dito tertawa lalu menenggak birnya, ia semakin larut dalam kesedihannya di satu sisi senang karena akhirnya ada tempat berkeluh kesah, “Hahaha coba ya semua perempuan kayak lo, pasti damai kerjanya gue fokus jadi calon suami,” timpal Dito. Ana terdiam, ia tak menyangka bahwa kata “suami” menyentuh kalbunya. Sudah bertahun-tahun ia menjadi pramugari ‘nakal’ yang tidak serius dalam hidupnya, tidak ada juga satupun kru kabin yang pernah jatuh ke pelukannya mengajak Ana serius apalagi berumah tangga. Ana langsung teringat ibu bapaknya di rumah, sedikit mellow karena pasti ibu bapaknya juga sudah mendambakan cucu di usia Ana yang tak lagi muda. Namun ia langsung menghapus pikiran sedihnya. “Yaudah nggak usah dipikirin dulu, di beach club kok sedih?joget lah,” Ana menarik Dito agar mau berdiri dan mengayunkan tubuhnya senada dengan irama lagu… *** Dito terbangun dari tidur lelapnya, berdansa semalam suntuk di tempat hiburan juga ternyata menggerakkan semua otot-otot di tubuhnya yang biasanya hanya digunakan untuk bermain game console saja. Lelah tapi menyenangkan. Tersentak, Dito ingat bahwa semalaman ia tidak memeriksa handphonenya bahkan tidak merespon pacarnya. Tangannya buru-buru melihat ke aplikasi chat miliknya. “Kamu kemana? Semaleman nggak hubungin aku?Terlalu asyik kamu ya sama pekerjaan kamu jadi lupa sama aku? Aku tuh nungguin kamu semaleman tau nggak? Kamu hari ini ada jadwal penerbangan ke Jakarta kan?Tunggu aku disitu,” Dito membaca pesan yang ditulis Tita. Seakan sudah mengerti watak kekasihnya yang over-protective, over-jealous. Pernah suatu hari, Dito terbang ke Surabaya dan menginap disana. Tita ternyata mengambil penerbangan juga ke Surabaya hanya untuk bertemu dengan Dito. Awalnya Dito senang karena Tita mau se-effort itu untuk Dito, namun lama kelamaan Dito lelah karena seperti tidak ada waktu untuk dirinya sendiri. Meski begitu, Tita tetaplah kekasihnya yang sudah menemani Dito dari nol sampai saat ini Dito sudah menjadi pilot yang sukses. “Aku semalam makan sama teman-temanku, habis itu nongkrong sebentar. Kamu nggak usah nyusul, kita ketemu di tengah aja ya?Kita makan siang bareng ya,” ketik Dito. Suara handphone berbunyi, rupanya Tita tidak mau menunggu lama lagi untuk berbalas pesan… “Halo, kamu kemana aja sih? Aku tuh khawatir nungguin kamu, kamu nggak bales-bales aku. Masa kamu harus aku samperin terus sih Dit? Aku capek Dit. Please ya Dit, kamu resign aja, aku nggak bisa ditinggal kamu lama begini,” ucap Tita sambil terisak. “Maaf ya Ta, semalam benar-benar aku nggak megang hp. Sudah ya Ta, kita sudah pernah bahas ini, tolong jangan dibahas lagi. Aku nggak kuliah Ta, aku mau kerja apa kalau nggak jadi pilot?” Redam Dito. “Kalau kamu resign jadi pilot, aku dukung kamu jadi apapun Dit. Kamu mau buka mie ayam, usaha mainan figur seperti hobi kamu, atau mau buka rental game aku dukung Dit, yang penting kamu sama aku ya? Please?,” Tita memohon dengan sangat kepada Dito. “Ta kamu nggak capek?setiap hari yang dibahas ini aja. Nanti lagi ya Ta, aku harus terbang ke Jakarta, nanti kita ketemu ya Ta. Please dukung apapun yang aku lakuin Ta,” Dito langsung menutup telepon nya Suasana seperti ini adalah makanan sehari-hari Dito sebelum terbang dan setelah terbang, sebelum terbang harus mendengarkan kekasihnya merajuk, setelah terbang merayu kekasihnya agar tidak merajuk. Tubuh Dito memang tidak bersama Tita 24 jam, tetapi pikirannya ada bersama Tita setiap waktu. Rasanya Dito tidak semangat menjalani hari, padahal masih pagi. Ia lalu menenggelamkan tubuhnya kembali ke kasur… *** “Mas Dito, nanti mau minum kopi?Kayaknya masih ngantuk banget atau banyak pikiran mas?,” Pertanyaan Ana membuyarkan pikiran Dito yang berkecamuk. Mereka sedang antri untuk diperiksa barang bawaannya untuk bisa masuk ke pesawat. “Biasa lah, tapi kopi boleh deh bikinin aja nanti. Biar seger sampe Jakarta,” balas Dito sambil tersenyum. “Biar seger ya mas nanti mau war? Gue soalnya lihat di Kota Kasablanka ada bazaar action figure lagi banting harga gitu, banyak action figure asli Jepang,” kata Ana. “Serius? Gue malah nggak tau. Tapi gue emang lagi nyari banget action figure RX-78, kira-kira ada nggak ya disana?” Dito bersemangat sambil mengeluarkan handphonenya, lalu Dito berhenti. “Kok lo tau gue suka action figure?,” tanya Dito penasaran. “Gue sempet liat wallpaper lo Gundam, biasanya orang yang majang wallpaper Gundam suka beli action figure juga, kayak gue suka Star Wars gue juga gila banget sama printilannya makanya kemarin pas gue liat di **, gue langsung inget lo, gue kira lo tau,” balas Ana. Biasanya Dito tak pernah memperhatikan kru kabin yang terbang bersamanya, namun kali ini Ana seperti menarik perhatiannya. Dito seperti baru sadar bahwa selain Ana cantik dan menarik, Ana juga seperti memiliki pengetahuan yang luas terkait banyak hal. “Kok lo tau Gundam?” kata Dito dengan sumringah. “Tau cuma sekedar tau aja, gue sering liat itu soalnya. Lo pasti ngoleksi di rumah ya?,” Tanya Ana. “Iya, sumpah koleksi gue tuh banyak banget nggak cuma Gundam aja, gue juga suka cari yang Marvel atau DC lumayan nambahin koleksi gue. Semua koleksi gue, gue simpen di lemari kaca. Suka banget gue tuh kalau pulang kerja, nengokin semua koleksi gue, kayak seneng aja uang gue bisa gue beliin buat hobi,” cerita Dito panjang lebar, lagi lagi Dito seperti didengarkan oleh orang, ia merasa gembira. “Mahal banget pasti Mas, kalau semua koleksi lo di totalin harganya ya? Namanya juga hobi. Gue aja perempuan hobi ke klinik kecantikan. Habis berapa ratus juta kalau ditotal, ya gue ngerti lah hehe,” Canda Ana sambil terkekeh. Kalau saja saat ini yang berbicara dengan Dito adalah Tita, pasti Dito sudah diceramahi panjang lebar oleh kekasihnya itu, bagaimana Dito harus menyimpan uangnya untuk pernikahan mereka, mengumpulkan uang untuk membeli rumah, untuk jalan-jalan bersama Tita. Dito merasa Tita seperti tidak rela, kalau mengeluarkan uang tetapi untuk kebutuhannya sendiri. “Eh lo mau berangkat bareng nggak ke Kokas? Gue mau cari Gundam, siapa tau lo bisa nemuin Star Wars disitu..,” tanya Dito sambil melirik ke arah Ana yang sedang merapikan seragamnya, ada penasaran yang dirasakan Dito terhadap Ana… ***

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD